Saat Ini AI Belum Diakui sebagai Seni, Tapi di Masa Depan Bisa Jadi
Merdeka.com - Sejak munculnya Artificial Intelligence (AI), teknologi semakin menjadi hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia sehari-hari. Semakin banyak pekerjaan manusia yang kini bisa dilakukan oleh AI, salah satunya membuat karya seni.
Baik karya seni dalam bentuk tulisan, hingga lukisan, AI mulai menguasai segalanya. Namun, apakah hasil karya AI juga bisa disebut sebuah seni?
Seniman global masa lampau seperti Matisse dan Picasso menggunakan kuas, pena, tanah liat, dan media lukis lain yang lebih nyata untuk membuat karya mereka. Sedangkan AI, perangkat itu hanya membutuhkan kode untuk membuat ‘mahakaryanya’.
-
Apa yang dibuat oleh AI? Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, baru-baru ini membagikan sebuah video pertunjukan fashion show yang dihasilkan oleh AI, menampilkan berbagai pemimpin dunia dan tokoh teknologi terkemuka.
-
Apa yang digambarkan AI? Berikut adalah penggambaran capres menggunakan teknologi artificial intelligence (AI).
-
Apa yang dilakukan teknologi AI? Mengutip DailyMail, Jumat (6/9), dokumen ini menunjukkan bahwa perusahaan seperti Facebook, Google, dan Amazon mungkin menggunakan teknologi ini untuk menargetkan iklan kepada konsumen. Menurut presentasi yang bocor ini, perangkat lunak tersebut mampu menangkap data niat konsumen secara real-time dan mencocokkannya dengan data perilaku untuk membuat iklan yang lebih relevan.
-
Apa jenis AI yang banyak dipatenkan? AI Generative adalah jenis kecerdasan buatan yang memungkinkan pengguna menghasilkan konten seperti teks, gambar, musik, audio, dan video.
-
Siapa yang membuat ilustrasi AI? Postingan ini diunggah oleh akun MidJourney dan merupakan hasil karya @carl_franzen.
-
Siapa yang digambarkan AI? Berikut adalah penggambaran capres menggunakan teknologi artificial intelligence (AI).
Dalam setahun terakhir, karya-karya AI semakin diakui bahkan sebagian dari mereka ada yang berhasil memenangkan kompetisi. Namun, tidak semua orang mengakui hasil AI sebagai sebuah seni.
Banyak yang memandang bahwa AI tidak memiliki emosi atau orisinalitas untuk dapat menciptakan sebuah seni sejati. Belum lagi keberadaan mereka yang dapat membuat seniman manusia kehilangan pekerjaannya hingga komplikasi hak cipta yang perlu dipertimbangkan.
Meski demikian, AI terus dipergunakan sebagai alat untuk menghasilkan karya seni. Seperti 2021 lalu dimana OpenAI memperkenalkan DALL-E, sistem yang dilatih dengan miliaran gambar dan deskripsi untuk membuat gambarnya sendiri. Kemudian muncul, muncul Midjourney hingga Imagen Google Research.
Kemunculan mereka membuat banyak pengamat seni menjadi tertarik untuk berbagi pandangan tentang ini, salah satunya seniman sekaligus peneliti di bidang komputasi, dan Direktur SensiLab Universitas Monash, Jon McCormack.
"Pada tahap ini dalam pengembangan AI saya akan mengatakan bahwa manusia menciptakan seni, AI bekerja sebagai alat yang mungkin membantu orang dalam penciptaan seni," kata McCormack, dikutip IFL Science, Rabu (14/6).
McCormack melihat bahwa penciptaan karya lewat bantuan AI mungkin adalah upaya manusia untuk terus berkarya, tetapi AI tidak bisa dikatakan sebagai seniman. Karena hasil AI sendiri umumnya terlihat serupa dan turunan.
"Saya tidak melihat mereka sebagai seniman. Tapi tentu saja manusia mungkin menggunakannya untuk membuat seni," jelas McCormack.
Untuk saat ini, hasil karya AI memang tidak bisa dikatakan sebagai sebuah seni. Namun McCormack sendiri mengatakan bahwa definisi dari ‘seni’ sendiri dapat berubah seiring berjalannya waktu. Bisa jadi dimasa depan, karya AI mampu diakui sebagai sebuah hasil seni.
Reporter magang: Safira Tiur Margaretha (mdk/faz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lukisan karya Ai-Da, robot seniman ultra-realistis, mencetak rekor dengan terjual Rp20 miliar di lelang.
Baca SelengkapnyaWanita ini tiba-tiba marah karena baru diberi tahu bahwa yang menggambar tatonya adalah AI.
Baca SelengkapnyaSotheby’s akan melelang karya seni robot humanoid Ai-Da untuk pertama kalinya.
Baca SelengkapnyaBerikut perusahaan-perusahaan di dunia yang paling banyak punya paten AI.
Baca SelengkapnyaMeski banyak perusahaan memanfaatkan AI untuk konten kreatif mereka, tawaran pekerjaan untuk menulis tetaplah tinggi.
Baca SelengkapnyaDalam pemaparannya, Andi menyoroti AI yang menjadi tantangan tersendiri ke depannya.
Baca SelengkapnyaBerikut prediksi teknologi berbasis AI yang akan berubah menyeramkan di 2024.
Baca SelengkapnyaTeknologi Artificial Intelligence (AI) semakin berkembang, ada dua pertanyaan besar. Membahayakan atau menguntungkan?
Baca SelengkapnyaSurvei CVL Economics mengidentifikasi beberapa pekerjaan yang sebenarnya paling rentan terhadap dampak AI.
Baca SelengkapnyaAda alasan di balik pendiri Microsoft mengatakan hal itu.
Baca SelengkapnyaBukan hanya AI, beberapa teknologi ini diprediksi makin booming di masa depan.
Baca SelengkapnyaKeterbatasan AI dalam memahami konsep dasar seperti huruf dan suku kata menunjukkan bahwa meski canggih, AI belum berpikir seperti manusia.
Baca Selengkapnya