Serangan Siber Meningkat, Banyak Manfaatkan Covid-19
Merdeka.com - Perusahaan software anti-virus kenamaan yang juga bergerak di bidang keamanan siber, McAfee baru saja menerbitkan hasil studi terbaru. Laporan berjudul McAfee Covid-19 Threat Report: July 2020 ini menggarisbawahi aktivitas kejahatan siber di masa pandemi, terutama di kuartal pertama 2020.
"Sampai saat ini, tema kejahatan siber pada 2020 didominasi topik adaptasi cepat para penjahat siber dalam mengeksploitasi pandemi Covid-19 dan dampak serangan siber ini cukup besar," tutur McAfee Fellow and Chief Scientist, Raj Samani, dalam keterangan resmi yang diterima yangg dimuat Tekno Liputan6.com.
Menurut Raj, dimulai dari serangkaian phishing atau aplikasi jahat, kini telah berevoluasi menjadi tautan berbahaya yang ada di dunia maya. Para penjahat siber memanfaatkan rasa ingin tahun warganet tentang Covid-19 sebagai jalan masuk ke sistem operasi di seluruh dunia.
-
Kapan serangan siber meningkat? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia. Dilansir dari Jurist, Senin (11/12), laporan tersebut menyatakan bahwa proporsi pemilu yang menjadi sasaran serangan siber ini telah meningkat, dari 10 persen pada tahun 2015 menjadi 26 persen pada tahun 2022.
-
Bagaimana kejahatan siber dilakukan? Di balik layar monitor, para pelaku kejahatan siber beroperasi dengan kecanggihan yang semakin meningkat, menggunakan berbagai teknik seperti phising, malware, dan social engineering untuk mencuri data berharga atau merusak infrastruktur digital.
-
Apa saja serangan siber yang paling sering terjadi? Laporan tersebut menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara. Mulai dari yang berkaitan dengan ransomware, fraud, hingga identity and social engineering.
-
Dimana serangan siber diprediksi meningkat? Dalam beberapa tahun terakhir, serangan terhadap infrastruktur kritis telah meningkat, dengan penjahat siber yang menargetkan jaringan energi, infrastruktur kesehatan, dan bahkan sistem pemilihan umum.
-
Apa contoh jenis kejahatan siber? Jenis malware yang mengenkripsi data pada komputer korban dan meminta pembayaran tebusan untuk mendapatkan kunci dekripsi.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
Beberapa topik yang lumrah digunakan untuk menjebak warganet mengklik tautan hingga mengunduh atau membuka dokumen, menurut peneliti McAfee, adalah informasi soal tes, perawatan, dan pengobatan Covid-19, ditambah topik kerja dari rumah.
Sepanjang kuartal pertama 2020 ini, McAfee Advanced Threat Research juga mengamati pelaku kejahatan siber, terutama untuk ransomware, ternyata lebih fokus pada sektor yang mengutamakan komitmen waktu dan integritas pekerja, seperti perusahaan manufaktur, hukum, dan konstruksi.
"Dengan menggunakan protokol desktop jarak jauh dengan perlindungan lemah yang diperoleh secara ilegal, kami telah mengamati perilaku penjahat siber bergerak sangat cepat dalam mempelajari jaringan milik korban, mencuri serta mengkripsi data tersebut," tu
Ancaman Keamanan Siber Kuartal Pertama 2020
Sementara untuk aktivitas ancaman di kuartal pertama 2020 khususnya malware, McAfee mencatat pertumbuhan kasus malware melambat sekitar 35 persen. Namun jumlah total malware meningkat sebanyak 27 persen selama empat kuartal terakhir.
Lalu untuk kasus malware baru yang menargetkan macOS meningkat hingga 51 persen. Lalu untuk perangkat mobile, ada pertumbuhan temuan malware ponsel mencapai 71 persen dengan jumlah total malware selama empat kuartal terakhir meningkat 12 persen.
Adapun untuk target regional serangan siber, McAfee mencatat insiden yang meningkat hingga 60 persen di benua Amerika. Hal yang sama juga terjadi di Asia Pasifik dengan lonjakan hingga 27 persen, tapi penurunan terjadi di wilayah Eropa sebesar 7 persen.
Khusus untuk Indonesia sendiri, berdasarkan data yang dikumpulkan di laman McAfee Covid-19 Threat Dashboard, ada 2.505 malware yang terdeteksi memanfaatkan isu Covid-19. Data ini dikumpulkan mulai dari 2 Januari hingga 22 Juli 2020.
Sumber: Liputan6.comReporter: Agustinus Mario Damar
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia mengalami 2.200 serangan siber per satu menit.
Baca SelengkapnyaLaporan Microsoft ini menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaDunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca SelengkapnyaBNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaHampir sepertiga insiden serangan siber didominasi oleh ransomware.
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengenai jelang tahun pemilu yang disukai hacker.
Baca SelengkapnyaBSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware menyerang sektor keuangan.
Baca SelengkapnyaBagi perusahaan, serangan siber akan berdampak terhadap operasional organisasi.
Baca SelengkapnyaSebanyak 4.785.898 deteksi ancaman daring berhasil diblokir selama periode April hingga Juni tahun ini.
Baca SelengkapnyaTak ada yang kebal terhadap kebocoran, karena mengetahui kekuatan informasi sebuah negara adalah sesuatu yang penting di era sekarang.
Baca SelengkapnyaMenkominfo mengakui hacker global berhasrat menyerang Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia dilanda serangan siber dalam beberapa tahun terakhir. Yang paling membuat geger adalah diserangnya Pusat Data Nasional.
Baca Selengkapnya