Mayunan, Ujian Menuju Kedewasaan Remaja Putri di Desa Tenganan
Merdeka.com - Delapan orang gadis Desa Tenganan berbalut busana adat berwarna kuning keemasan duduk di ayunan tua. Tangannya memegang kuat gagang kayu yang terletak tepat di sampingnya. Perasaan tegang, seru pun bercampur aduk tatkala para remaja pria mulai menggerakkan ayunan tradisional itu.
Ayunan tradisional bergerak ke atas dan ke bawah. Bak komedi putar yang sering dijumpai di Pasar Malam. Raut wajah bahagia terpancar jelas dari para gadisini. Bukan sebagai sarana bermain permainan tradisional saja, aktivitas ini merupakan sebuah tradisi di Desa Tenganan. Tradisi ini bernama Meayunan.
Meayunan, rangkaian dari ritual Usaba Sambah. Sebuah upacara tradisional khas Desa Tenganan, kecamatan Manggis, Kabupaten Karang Asem, Bali, untuk melepas anak-anak remaja mereka ke usia akil balik. Dalam ritual ini terdapat berapa ujian yang harus mereka jalani sebagai tanda menuju proses kedewasaan.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan. Tradisi ini dilakukan dengan cara saling pukul satu sama lain menggunakan sebilah batang rotan.
-
Dimana Tradisi Ujungan dilakukan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Apa itu Upacara Memayu? Upacara Memayu merupakan upacara yang secara rutin diadakan oleh masyarakat Cirebon.
-
Apa ritual adat Seblang Bakungan? Seblang Bakungan dikenal sebagai ritual tarian yang dibawakan oleh wanita berumur dalam kondisi trans atau kehilangan kesadaran.
-
Bagaimana cara melakukan Tradisi Ujungan? Biasanya warga memulainya dengan perwakilan yang merasa berani untuk dipukul. Kemudian, mereka yang hadir akan satu per satu memukul, sampai serempak. Mereka mengarahkan batang rotan ukuran kurang lebing 60 Cm ke seluruh tubuh pria yang merasa berani itu.
-
Kapan Tradisi Ujungan dilakukan? Sebenarnya Tradisi Ujungan meruapakan bagian dari ritual pertanian bernama Seren Taun.
Ada prosesi yang perlu dilakukan sebelum para remaja putri yang disebut daha menaiki ayunan. Pada pagi hari para daha diwajibkan menelusuri jalan setapak menuju lokasi ritual persembahan di Bukit Kangin, dikawal remaja pria yang disebut truna. Kegiatan ini sekaligus menjadi simbol perjalanan setapak demi setapak menuju kedewasaan.
Sesampainya di puncak bukit, para daha lantas mempersembahkan sesajen yang diyakini pasti diterima Sang Pencipta karena daha-daha yang perawan dianggap masih suci. Seusai persembahan lengkap diletakkan di meja sesajen, para daha kemudian saling memahkotai dengan irisan buah kelapa yang sudah dikuliti sampai putih bersih.
Irisan buah kelapa ini juga dikalungkan pada leher kaum truna yang telah menemani mereka mendaki sampai ke puncak bukit.
©2021 Merdeka.com/Dewa KrisnaMenjelang petang, daha dan truna kembali menuruni bukit menuju satu tempat yang terdapat ayunan raksasa. Di sinilah para daha melanjutkan ritual kedewasaan. Mereka harus menaiki ayunan lantas diputar ke atas dan ke bawah.
Ayunan ini memiliki makna sebagai lambang naik dan turunnya kehidupan. Terkadang ada di puncak namun suatu waktu bisa berada di titik terbawah.Dengan berakhirnya bagian ini, para daha pun dinobatkan menjadi kaum dewasa yang siap mengarungi kehidupan nyata. Ritual ini disudahi dengan tarian sakral bagi Sang Pencipta sebagai ungkapan syukur kaum daha.
©2021 Merdeka.com/Dewa KrisnaAyunan yang terdiri dari 8 bangku tersebut ditempati oleh Daha. 1-2 orang pemuda laki-laki berdiri di tiang atas penyangga ayunan. Memutar ayunan tinggi yang diletakkan di halaman Desa Tanganan. Sorak-sorai gembira terdengar dari para daha. Beberapa daha terlihat tak sabar ingin segera naik di ayunan yang penuh makna ini.
Pada tradisi Mayunan ini, hanya wanita yang masih perawan saja yang boleh menaiki ayunan tersebut. Tak hanya remaja wanita saja yang mengikuti ritual Usaba Samba. Para truna menjalani prosesi kedewasaan dengan bertarung satu satu lawan satu di babak Perang Pandan. Tradisi ini rutin diselenggrakan setiap bulan ke-5 kalender Tenganan yakni bulan Mei hingga Juni.
©2021 Merdeka.com/Dewa KrisnaAyunan besar nan tinggi dalam prosesi ini bukanlah sembarang ayunan. Ayunan ini berusia ratusan tahunyang tidak boleh sembarangan dimainkan. Ayunan inidipercaya sebagai ayunan sakral yang merupakan warisan nenek moyang Desa Tenganan.
Banyak bekal yang harus dipersiapkan seorang tunas muda saat tiba waktunya beranjak dewasa. Mereka harus tahu bahwa hidup tak selamanya berjalan mulus. Tak jarang ada badai ujian menerpa. Petuah itulah yang ingin disampaikan para orangtua lewat ritual unik di Desa Tenganan Bali ini. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Secara tersirat, makna tradisi Turun Mandi adalah menyucikan jiwa dan raga anak laki-laki yang akan disunat.
Baca Selengkapnya1350 penari Gandrung menjalani tradisi ritual 'Meras Gandrung'.
Baca SelengkapnyaAda makna luhur dari tradisi Mudun Lemah di Cirebon
Baca SelengkapnyaMepandes merupakan ritual keagamaan yang harus dilaksanakan oleh semua umat Hindu di Bali yang khususnya bagi yang sudah menginjak usai remaja.
Baca SelengkapnyaTradisi ini diharapkan dapat membantu anak untuk mengatasi kesulitan dalam hidupnya, terhindar dari rintangan, dapat mandiri dan tanggung jawab.
Baca SelengkapnyaDalam tradisi lokal masyarakat Batak, terdapat upacara khusus untuk orang tua sebagai bentuk penghormatan dan balas budi.
Baca SelengkapnyaDoa tedak siten bahasa Arab, Latin serta artinya ini dapat Anda amalkan.
Baca SelengkapnyaRitual mandi sepasang kekasih menjelang pernikahan ini disaksikan langsung oleh kerabat dan teman mereka.
Baca SelengkapnyaBelum lama ini, ia baru melaksanakan ruwatan dua anak laki-lakinya.
Baca SelengkapnyaMelihat tradisi unik kebo-keboan yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaRibuan anak bermain bersama di Taman Blambangan dalam tajuk Festival Permainan Tradisional
Baca SelengkapnyaTradisi Puter Kayun bukan hanya warisan budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisatawan.
Baca Selengkapnya