Mengetahui Seluk Beluk Kudus Lewat Museum Jenang Pertama di Indonesia
Merdeka.com - Jalan-jalan ke Kota Kudus tak lengkap rasanya tanpa membeli oleh-oleh khas Kudus, yaitu jenang. Ya, selain dikenal sebagai kota Kretek, Kudus juga menjadi tanah kelahiran jenang. Untuk mengetahui perjalanan jenang hingga ada di kudus pabrik jenang Mubarok Food mendirikan Museum Jenang.
Museum ini pun diklaim menjadi museum jenang pertama dan satu-satunya di Indonesia. Museum Jenang Mubarok Food meneguhkan bahwa Kudus menjadi kota penghasil jenang terbesar di Jawa Tengah. Museum Jenang disajikan berbagai kisah Kudus tempo dulu.
Dengan interior dominan berwarna cokelat yang didominasi oleh kayu, pengunjung pun seolah diajak berkelana kembali ke masa lampau. Dimulai dari awal adanya pembuatan jenang hingga perjalanan jenang Kudus dari masa ke masa. Tak hanya tentang jenang saja, namun pengunjung juga diajak melihat Kudus secara keseluruhan lewat museum ini.
-
Bagaimana awal mula Kampung Coklat? Wisata Kampung Coklat berawal dari kegagalan sang pemilik saat beternak ayam. Wabah flu burung yang melanda Indonesia seketika membuat usahanya tutup. Kholid pun berpikir untuk merintis usaha baru.
-
Dimana pabrik cokelat kuno itu berada? Arkeolog menemukan pabrik cokelat kuno di dalam sebuah rumah zaman pertengahan berusia 600 tahun di Barcelona, Spanyol.
-
Dimana kuk kayu itu ditemukan? Pada tahun 2015, sebuah tim arkeolog menemukan kuk kayu yang tak lazim ini di pemukiman tumpukan Zaman Perunggu Akhir di Este, Veneto.
-
Dimana Kudok dibuat? Gunakan Per Mobil Terbuat dari material besi atau baja, tak sedikit dari pengrajin kudok menggunakan per mobil khususnya dibuat di Italia dan Jerman.
-
Di mana kerajinan kayu purba ditemukan? Penemuan terbaru di Air Terjun Kalambo, Zambia, memperkenalkan kita pada hominin awal dengan keterampilan tak terduga dalam pengerjaan kayu, jauh sebelum munculnya Homo sapiens.
-
Dimana Gubuk Kopi, tempat pembuatan gula kelapa Borobudur? Gubuk Kopi berada di Dusun Sendaren Satu, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
Museum Jenang diawal menceritakan tentang perjalan jenang Khas Kudus. H Mabruri dan istrinya Hj Alawiyah menjadi langkah awal jenang ini diproduksi. Makanan berbahan dasar tepung beras ketan ini pertama dijual di Pasar Bubar Menara pada tahun 1930. Awalnya belum ada merk, kemudian seiring jalannya waktu akhirnya berlabel Sinar 33.
Nomor itu diambil dari nomor rumah, yang juga sebagai tempat produksi. Namun, kini nama Sinar 33 tak lagi digunakan dan berganti menjadi Mubarok Food. Makanan kenyal dengan rasa legit ini pun sudah melejit menjadi oleh-oleh khas Kudus, bahkan dikenal hingga mancanegara.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas PrakosoMuseum yang berada di Jalan Sunan Muria Kudus, Desa Glantengan, Kecamatan Kota ini menjelaskan dengan detail jenang Kudus. Dilengkapi dengan miniatur-miniatur apik, museum ini mampu menggambarkan proses pembuatan jennang, perlengkapan yang digunakan dari masa ke masa, maupun jenis kemasan yang digunakan.
Di bawah miniatur juga dilengkapi penjelasan singkat yang membantu pengunjung lebih mengerti makna diorama tersebut. Tergantung juga di dinding foto-foto para generasi jenang Mubarok sebagai bentuk penghormatan. Dari generasi pertama Mabruri-Alawiyah (1910-1940), generasi kedua, Shochib Mabruri-Istifaiyah (1940-1992), dan foto generasi ketiga Muhammad Hilmy-Nujumullaily (1992-sekarang).
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas PrakosoPembangunan museum ini tak lepas dari falsafah hidup yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Falsafah tersebut kemudian disebut sebagai Gusjigang X Building. Artinya, Gus itu bagus, Ji berarti pintar mengaji dan Gang yang berarti pintar berdagang.
Falsafah itu mengajarkan bahwa sebagai manusia harus bagus akhlaknya, lalu mencari ilmu melalui mengaji, serta memiliki jiwa entrepreneur sebagai pedagang. Melalui landmark bangunan, bentuk karya tulisan, tulisan sejarah, hingga foto-foto falsafah itu divisualisasikan.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas PrakosoMuseum yang berada di lantai 2 gerai Jenang Mubarok Food ini menggambarkan suasana di wilayah Kabupaten Kudus. Ada sebuah rumah adat khas Kudus, komplek Masjid Menara, makam Sunan Kudus yang tersusun rapi di dalam maket dan sebuah kitab Alquran besar di sampingnya. Semuanya tergambar lengkap beserta sejarahnya.
Selain diorama-diorama apik, museum yang dibuka 2017 lalu ini juga menyediakan fasilitas berupa baju adat Kudus yang bisa digunakan pengunjung untuk berswafoto di seluruh spot museum.
Berlokasi tidak jauh dari kota, Museum Jenang hanya berjarak sekitar 650 meter dari Alun-alun Kudus. Tak ada salahnya mampir jika berkunjung di Kota Santri. Cukup mengeluarkan biaya Rp 10.000 ribu, pengunjung sudah puas mengelilingi museum. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Museum itu menyimpan berbagai koleksi benda-benda pembuatan rokok kretek dari tradisional hingga modern.
Baca SelengkapnyaAda ragam jenis rempah yang laku di masa silam tersimpan di Museum Bahari
Baca SelengkapnyaDi museum ini pengunjung akan mengetahui berbagai jenis wayang di Indonesia dan mancanegara
Baca SelengkapnyaRumah makan ini jadi tempat yang asyik dikunjungi bersama keluarga saat berada di Kuningan.
Baca SelengkapnyaMuseum ini sangat cocok dikunjungi anak-anak agar tertanam cinta budaya lokal sejak dini.
Baca SelengkapnyaKafe ini tak sekedar tempat bersantai untuk menikmati kopi dan aneka makanan minuman lezat, namun juga jadi ruang untuk membangkitkan memori di masa silam
Baca SelengkapnyaDi museum ini pengunjung seakan diajak menapaki jejak masa silam kejayaan peranakan Tionghoa di Tangerang.
Baca SelengkapnyaKota Tua, jalur perdagangan strategis dan cukup populer di masa lalu. Kini, daerah tersebut menjelma menjadi destinasi wisata yang penuh dengan sejarah bangsa.
Baca SelengkapnyaPengunjung seolah diajak napak tilas kejayaan Banten Lama, melalui sejumlah peninggalannya di kampung wisata tersebut.
Baca SelengkapnyaNgopi sambil menikmati suasana klasik Belitung tentu menghadirkan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Baca SelengkapnyaGaya arsitektur Istana Kuning merupakan percampuran berbagai kebudayaan seperti Melayu, China dan Dayak
Baca SelengkapnyaDesa wisata ini memberikan pengalaman seru yang bikin menunggu waktu berbuka jadi tak terasa lama
Baca Selengkapnya