Pocong Cepek, 'Hantu' Andalan di Persimpangan Jalan Surabaya
Merdeka.com - Tak melompat-melompat atau hanya diam di tempat, pocong yang satu ini sibuk mondar-mandir di pertigaan jalan sudut Kota Pahlawan. Hantu yang satu ini tak membuat warga Surabaya menjadi kalang kabut ketakutan justru terbantu dengan kehadiran sang pocong ini.
Pocong cepek, begitulah warga Surabaya memanggilnya. Kain berwarna putih membungkus tubuhnya, di bagian atas diikat sebuah tali. Wajahnya berlumuran cat berwarna putih. Lingkaran hitam besar terlukis di kelopak matanya. Totalitas, penampilan pria lanjut usia ini bak pocong sungguhan.
Dengan gaya yang nyentrik, Pocong Cepek mengatur lalu lintas di persimpangan jalan Kota Surabaya. Menjadi andalan sekaligus penghibur para pengguna yang melintas.
-
Kenapa Polisi Cepek muncul? Munculnya polisi cepek sejalan dengan perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia, terutama di Jakarta, yang kini dikenal sebagai salah satu kota metropolitan dengan tingkat kemacetan tertinggi dan durasi kemacetan terlama di Indonesia.
-
Apa itu Polisi Cepek? Istilah ‘cepek’ sendiri merujuk pada pecahan uang senilai Rp100. Fenomena ini menjadi lebih menonjol melalui popularitas Pak Ogah, seorang tokoh fiktif dalam serial televisi Si Unyil yang tayang pada periode tersebut. Pak Ogah menjadi ikon yang mengatur lalu lintas dan meminta bayaran sejumlah cepek dari pengendara.
-
Kapan Polisi Cepek mulai muncul? Awal mula adanya Polisi Cepek Ditelusuri hingga era 1980-an dan 1990-an di Indonesia.
-
Bagaimana Polisi Cepek bekerja? Pengguna jalan yang ingin diprioritaskan hendaknya untuk membuka jendela dan memberikan iming-iming uang. Dengan tindakan ini, mereka yang bertugas dengan sukarela akan ‘pasang badan’ untuk menghalangi kendaraan lain dan memberi jalan.
-
Dimana hantu Poppo berada? Menurut cerita hantu ini tinggal di Gunung Latimojong dan bentuknya mirip dengan manusia tapi mereka bisa terbang dan memiliki mata yang merah menyala.
-
Siapa tokoh terkenal dari Desa Pocong? Dua tokoh terkenal dari Desa Pocong ialah Nyai Pocong dan anaknya, Ke' Lessap.
Dari kejauhan bendera berwarna merah tinggi terlihat berkibar. Tongkat yang tinggi dengan bendera yang terikat menjadi penanda keberadaan sang pocong cepek jalanan. Sang pocong cepek, sosoknya 'menghantui' gentayangan di persimpangan Jalan Kutisari, Surabaya.
Sesekali suara lantangnya terdengar di antara deru jalanan. Tangannya sibuk beraksi dengan bendera merah itu. Dengan modal nekat, teriakan dan komando tangannya, pengendara lalu lintas mengikuti aba-aba dari 'hantu' jalanan ini.
©2021 Merdeka.com/Ivu FajarSutrisno, sang pocong cepek jalanan ini telah melakoni profesi ini hampir separuh hidupnya. Selama 23 tahun sejak 1998, Ia setia berdiri di persimpangan jalan raya itu. Menghalau panas terik matahari, berlindung di balik kostum nyentriknya.
Lintasan yang ramai dengan kendaraan yang tak pernah berhenti menjadi tumpuan hidupnya. Bergantung pada belas kasihan pengendara yang lewat. Dari uang receh yang kadang sampai di tangan atau dipungut dari aspal. Penghasilan yang dikumpulkan pun tak menentu tiap harinya. Rezekinya tergantung besar kecilnya recehan yang diberikan pengendara mobil.
©2021 Merdeka.com/Ivu FajarMenjadi polisi cepek bukan pekerjaan gampang. Bukan pula pekerjaan yang ia idam-idamkan. Namun, Ia tetap memberikan yang terbaik yang ia bisa. Dengan ide kreatifnya, Sutrisno tampil beda dengan polisi cepek lain.
Tak seperti polisi cepek dengan baju ala kadarnya. Pria yang akrab disapa Tris ini merangkai sendiri kostum andalannya. Selain pocong, beberapa kostum pun ia pernah pakai. Dari baju adat, tentara, tokoh-tokoh pahlawan dan baju-baju unik lainnya. Namun kostum yang melekat pada Sutrisno ialah pocong.
©2021 Merdeka.com/Ivu FajarSebelum menjadi polisi cepek, pria asal Banyuwangi ini sudah menjajal profesi lain. Dari kuli bangunan sampai tukang becak. Menjadi polisi cepek berawal tatkala ia membantu padatnya lalu lintas di persimpangan jalan.
Selama menjadi polisi cepek, asam manis jalan pun sudah ia lewati. Semangat dan kerja kerasnya seolah tak pernah pudar. Demi membantu warga Surabaya dari padatnya lalu lintas, sekaligus menghibur hati pengendara. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Konon warga yang tinggal pertama dihantui pocong selama 40 hari
Baca SelengkapnyaDipercaya bahwa area tersebut merupakan lahan yang harus dikosongkan. Bahkan, tak sedikit dari warga yang tak berani melintas di sana.
Baca SelengkapnyaKemunculan 'pocong' di Jalan Margonda Raya membuat resah warga Depok.
Baca SelengkapnyaGunung Slamet memiliki mitos yang berkembang di tengah masyarakat sekitar maupun para pendaki
Baca SelengkapnyaGunung Gede Pangrango, destinasi unggulan para pendaki di Taman Nasional Gede Pangrango, Jawa Barat. Keindahan alamnya dipadukan dengan mitos mistis.
Baca SelengkapnyaKini, kampung itu hanya menyisakan rumah yang terbengkalai. Beberapa rumah tampak sudah ambruk.
Baca SelengkapnyaKisah ini berkembang luas di masyarakat. Masyarakat ada yang percaya ada juga yang tidak.
Baca SelengkapnyaVideo yang didapat dari rekaman CCTV ini viral dan cukup menggemparkan publik.
Baca SelengkapnyaBanyak warga lokal yang baru tahu jika bangunan tersebut adalah makam.
Baca SelengkapnyaTak hanya menyimpan keindahan dan keeksotisan alam, Gunung Kerinci juga menyimpan banyak kisah mistis dan misteri yang belum terpecahkan hingga kini.
Baca Selengkapnya