Wae Rebo, Desa Tradisional Orang Minang di Pegunungan Flores
Merdeka.com - Tiap Pulau di Indonesia memiliki berbagai suku daerahnya masing-masing. Ada fakta unik sebuah suku yang terpisah jauh dari asal muasal daerahnya. Contohnya Suriname, daratan ini berada di Amerika dan jauh dari Pulau Jawa. Namun penduduknya didominasi Suku Jawa Asli. Sama seperti sebuah desa dataran tinggi Pulau Flores bernama Wae Rebo. Masyarakat adat Wae Rebo merupakan keturunan orang Minang, suku adat asli Sumatera Barat.
Desa Wae Rebo begitu eksotis, pantas UNESCO menjadikannya konservasi warisan budaya Asia Pasifik. Lokasinya berada di pegunungan terpencil di Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat adat Desa Wae Rebo mengungkapkan mereka berasal dari keturunan orang Minang. Ribuan tahun lalu, nenek moyang mereka menjelajah menggunakan kapal. Hingga mereka mendarat di Pulau Flores, tepatnya di Nanga Paang, sebelah timur Ruteng, Ibu Kota Kabupaten Manggarai.
Keunikan Desa Wae Rebo tak hanya sejarahnya. Bentang alamnya yang indah membuat wisatawan lokal hingga mancanegara menyambanginya.
-
Kenapa Desa Wisata Huta Tinggi terkenal? Desa Wisata Huta Tinggi yang berada di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara.
-
Kenapa Desa Wisata Pandean populer? Kekompakan warga menjaga kelestarian alam menjadikan desa ini punya daya tarik wisata tinggi.
-
Kenapa Wae Rebo terkenal? Bentang alamnya yang indah membuat wisatawan lokal hingga mancanegara menyambanginya.
-
Apa yang terkenal di Desa Wisata Banjaroya? Desa ini menjadi salah satu tempat terbaik untuk tumbuhnya durian.
-
Dimana letak Desa Wisata Huta Tinggi? Desa wisata yang satu ini bahkan berhasil meraih peringkat kelima dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori Konten Kreatif.
-
Kapan Kampung Wae Rebo mulai dikenal? Kampung Wae Rebo adalah contoh yang baik dalam pelestarian budaya dan alam, serta pengelolaan pariwisata yang bertanggung jawab.
©2021 Merdeka.com/Adelia Syafitri
Desa Wae Rebo berada di ketinggian 1.100 mdpl. Dikelilingi perbukitan dan pegunungan, seolah desa ini mengisolasi diri. Aksesnya juga sangat minim, perlu melewati hutan dengan tanjakan dan turunan yang beragam. Begitulah yang dilakukan leluhur masyarakat Wae Rebo. Empo Maro adalah pendiri desa Wae Rebo yang sebelumnya berpindah-pindah. Hingga tepat pada 1.080 tahun lalu menetap pada lembah Golo Pando yang sekarang disebut Wae Rebo.
Sudah ada lebih dari 18 generasi orang Minang di desa Wae Rebo. Konon, ribuan tahun lalu orang Minang berlayar sejauh ribuan kilometer untuk mencapai Flores. Empo Maro bersama saudaranya bernama Bimbang, berlayar dengan kapal layar tradisional. Bisa dibayangkan lautan ganas yang dilewati. Kemungkinan butuh berbulan-bulan menghabiskan waktu di perjalanan.
©2021 Merdeka.com/Adelia Syafitri
Keunikan lain Desa Wae Rebo berada pada rumah adat yang begitu terkenal. Bentuknya unik dan memiliki 7 bangunan. Adat dan kebudayaan mereka telah membaur dengan kebiasaan penduduk Pulau Flores. Namun arsitektur bangunannya masih memiliki unsur Minang. Rumah adat Desa Wae Rebo bernama Mbaru Niang. Pengaruh Minang bisa dijumpai pada arsitektur Niang Dangka, atap Mbaru Niang.
Berlatar pegunungan nan indah. Arsitekturnya mengadopsi Rumah Gadang dengan Niang Dangka, yang bertanduk rangkap dua dan dijadikan satu. Niang Dangka memiliki tinggi 15 meter dengan susunan 5 lantai. Tiap lantai punya peruntukan dari tempat tinggal hingga ritual adat. Satu Mbaru niang bisa ditinggali 6 hingga 8 keluarga. Ada 7 Mbaru Niang yang berada di Desa Wae Rebo. Tak hanya Mbaru Niang, ada beberapa rumah penduduk lainnya yang tersebar di sekitar kompleks Mbaru Niang.
©2021 Merdeka.com/Adelia Syafitri
Berada di ketinggian, membuat Desa Wae Rebo memiliki komoditas hasil sawah dan kebun. Kopi adalah produk unggulan mereka. Perkebunan kopi jenis robusta berada 700 meter di sekitar desa. Lelaki bertugas merawat kebun, sedangkan perempuan membuat kain ternun bernama cura. Menurut warga, kopi robusta Wae Rebo ditanam pertama kali pada tahun 1960 an. Rasanya benar-benar kuat diselingi aroma fruity dan sedikit asam. Tak jarang, selain karena keunikannya, Wisatawan datang karena ingin mencicipi kopi robusta khas Wae Rebo.
Lokasinya yang terpencil meniadakan akses jalan yang layak menuju ke Wae Rebo. Pengunjung dari luar harus menempuh berjalana kaki selama 3 jam. Tentunya bukan jalan setapak yang mudah. Topografi lembah dan bukit mendominasi selama perjalaan. Lebatnya hutan juga menjadi tantangan sendiri menuju Desa Wae Rebo.
©2021 Merdeka.com/Adelia Syafitri
Desa tertinggi di Flores ini memang fenomenal. Keberadannya yang misterius dan terpencil membuat Desa Wae Rebo Sering dikunjungi wisatawan. Wisatawan rela menempuh perjalanan yang sulit demi melihat keelokan desa di atas awan ini.
Tak ada tarif masuk mengunjungi Desa Wae Rebo, sepenuhnya berada di perbekalan dan transportasi. Namun para wisatawan biasa membawa buku yang nantinya didonasikan kepada anak desa Wae Rebo. Jangan lupa mencicipi kopi khas dan hasil tenun unik desa Wae Rebo. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wae Rebo berada di ketinggian 1.100 mdpl. Dikelilingi perbukitan dan pegunungan.
Baca SelengkapnyaWonosobo memiliki wisata alam yang asri dengan suasana sejuk.
Baca SelengkapnyaDieng terkenal karena keindahan alamnya yang memukau.
Baca SelengkapnyaMeski berada di tepi jurang, namun perkampungan tersebut padat penduduk.
Baca SelengkapnyaBerikut potret minimarket Wonosobo berlatarbelakang gunung bak di Jepang.
Baca SelengkapnyaDi luar ancaman yang begitu nyata dari letusan Gunung Merapi, kampung ini memiliki keindahan alam yang memukau.
Baca SelengkapnyaPengunjung akan diajak terbang untuk melihat panorama keindahan kota Subang.
Baca SelengkapnyaKeindahan di Desa Nagari Pariangan tidak pernah gagal dan mengecewakan sekalipun. Desa ini bahkan mirip seperti perkampungan di luar negeri.
Baca SelengkapnyaWisata Tawangmangu telah kesohor sejak zaman Belanda ketika berkunjung ke wilayah Solo Raya.
Baca SelengkapnyaDesa Bantarkuning punya daya tarik jalan yang diapit sawah dengan pemandangan bukit yang instagenik.
Baca SelengkapnyaDesa ini sayang untuk dilewatkan mengingat akses ke sana cukup mudah dengan jalan yang mulus.
Baca SelengkapnyaSelain dari pariwisata, perekonomian warga Desa Sembungan ditopang oleh hasil pertanian sayur mayur.
Baca Selengkapnya