3 Jenis Tafsir Mimpi menurut Islam yang Perlu Diketahui, Sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits
Merdeka.com merangkum informasi tentang 3 jenis tafsir mimpi menurut Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Merdeka.com merangkum informasi tentang 3 jenis tafsir mimpi menurut Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
3 Jenis Tafsir Mimpi menurut Islam yang Perlu Diketahui, Sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits
Mimpi adalah bunga tidur. Setiap orang yang tidur sebagian besar mengalami mimpi. Mimpi bukanlah dunia yang nyata. Namun, tidak jarang mimpi selalu memiliki pesan dan dapat ditafsirkan dengan metode-metode tertentu. Seseorang yang mengalami mimpi yang dapat ditafsirkan biasanya sedang diberikan pertanda akan sesuatu yang bakal terjadi.
Dalam Islam, menafsirkan mimpi adalah hal yang diperbolehkan. Bahkan, sejak zaman nabi, hal ini sudah sering dilakukan. Allah juga terkadang memberikan petunjuk kepada kekasihnya melalui mimpi. Berikut ini merdeka.com merangkum informasi tentang 3 jenis tafsir mimpi menurut Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
-
Bagaimana cara mengetahui mimpi petunjuk Allah? Jika mimpi terjadi pada dini hari atau saat sahur maka kemungkinan besar mimpi tersebut benar. Sebaliknya, mimpi yang terjadi di awal-awal malam atau saat petang, sering dipandang sebagai bisikan setan.
-
Bagaimana Islam memandang mimpi? Dalam pandangan Islam, pertemuan dalam mimpi ini juga dapat dipahami sebagai bentuk komunikasi spiritual antara dua dunia yang berbeda.
-
Bagaimana tafsir mimpi meninggal dunia di Islam? Berbagai macam tafsir mimpi tersebut diuraikan dari pendapat para ulama penafsir mimpi berdasarkan kaidah dan dasar dalam ilmu tafsir mimpi yang berlaku.
-
Bagaimana cara menyikapi mimpi buruk menurut Islam? Ketika mengalami mimpi buruk, sebagian besar dari kita merasa takut secara berlebihan. Padahal, Islam mempunyai ajaran-ajaran yang sebaiknya dilakukan setelah mengalami mimpi buruk. Dalam merespons mimpi buruk, setidaknya terdapat berbagai hal sunnah yang dianjurkan kepada seorang Muslim.
-
Bagaimana cara memahami mimpi? Sehingga, baik laki-laki ataupun perempuan yang bermimpi hamil, maka hal itu dapat menjadi sebuah pertanda jika kebaikan akan segera menghampiri.
-
Siapa yang bisa menafsirkan mimpi? Tafsir mimpi sudah dikenal sejak zaman nabi. Bahkan, terdapat beberapa nabi yang diberikan anugerah kemampuan oleh Allah untuk menafsirkan mimpi.
3 Jenis Tafsir Mimpi Menurut Islam
Tafsir mimpi termasuk dalam disiplin ilmu pengetahuan yang paling sulit dipelajari jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Sebab tidak semua mimpi bisa ditafsirkan dan tidak semua orang dapat menafsirkan sebuah mimpi yang sebenarnya.
Nabi Muhammad mengelompokkan jenis mimpi menjadi tiga bagian. Hal itu sesuai dengan salah satu hadits yang artinya:
Artinya: "Mimpi itu ada tiga. Mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi karena bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga), dan mimpi menyedihkan yang datang dari setan. Jika kalian mimpi sesuatu yang tak kalian senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapa pun, berdirilah dan shalatlah!." (HR Muslim).
Tafsir Mimpi yang Menjadi Petunjuk Menurut Islam
Tafsir mimpi yang dapat dijadikan pijakan atau petunjuk ialah yang betul-betul berasal dari petunjuk Allah SWT. Dalam kitab suci Al-Quran disampaikan dalam ayat berikut:
"Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia dan di akhirat." (QS. Yunus: 64).
Mengutip dari NU online, makna 'berita gembira' dalam ayat di atas, ialah mimpi baik yang dialami oleh seorang muslim. Yang kemudian dijelaskan pula dalam hadits Nabi SAW:
"Yang dimaksud kegembiraan dalam ayat di atas adalah mimpi yang baik yang terlihat oleh orang Muslim atau yang diperlihatkan padanya." (HR Ibnu Majah).
Contoh Mimpi yang Datang dari Allah SWT
Setelah mengetahui tafsir mimpi menurut Islam, maka berikut ini adalah contoh mimpi yang datang dari Allah. Salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Zaid dan Umar bin Khattab pernah bermimpi.
Mimpi mereka pernah dijadikan sebagai dasar penentu pensyariatan adzan. Rasulullah SAW menjadikan dasar penetapannya dari sebuah mimpi. Ini menjadi salah satu contoh tafsir mimpi petunjuk dari Allah SWT.
Mimpi yang dinilai bukan berasal dari bisikan setan, salah satunya dengan menandai waktu terjadinya mimpi tersebut. Bila mimpi terjadi pada dini hari atau saat waktu sahur. Maka kemungkinan besar mimpi itu adalah mimpi yang benar dan dapat ditafsirkan.
Sedangkan mimpi yang dianggap berasal dari bisikan setan, adalah mimpi yang terjadi pada awal-awal malam atau saat petang. Ketentuan ini seperti yang dijabarkan oleh Ibnu al-Jauzi:
"Mimpi yang paling benar adalah di waktu sahur, sebab waktu tersebut adalah waktu turunnya (isyarat) ketuhanan, dekat dengan rahmat dan ampunan, serta waktu diamnya setan. Kebalikannya adalah mimpi di waktu petang (awal waktu malam)." (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin, juz 1, hal. 76).
Menafsirkan Mimpi Menurut Islam Tidak Terlarang
Menjadi sebuah keistimewaan jika memiliki kemampuan menafsirkan mimpi. Hal ini dibuktikan dengan kelebihan yang diperoleh Nabi Yusuf AS. Tertuang dalam AlQuran surat Yusuf ayat 21 yang artinya:
"Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti."
Dengan demikian, mempelajari ilmu tentang tafsir mimpi, tidak dilarang dalam Islam. Bahkan oleh sebagian ulama, ilmu tafsir mimpi ini dimasukkan dalam kategori ilmu syariat. Salah satu yang berpandangan demikian ialah antropolog terkemuka Muslim, Ibnu Khaldun. Berikut pandangannya tentang ilmu tafsir mimpi:
"Ilmu Tafsir Mimpi. Ilmu ini merupakan bagian dari ilmu syariat dan merupakan ilmu yang baru dalam agama tatkala ilmu-ilmu dijadikan sebuah pekerjaan dan manusia menuliskan tentang ilmu. Sedangkan mimpi dan tafsir mimpi sebenarnya telah wujud di zaman salaf (terdahulu) seperti halnya juga wujud di zaman khalaf (masa kini)." (Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, hal. 288).
Hendaknya dalam mempelajari ilmu tafsir mimpi terlebih dahulu menguasai ilmu-ilmu syariat yang bersifat fardlu 'ain, seperti ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu-ilmu syariat lainnya. Hal ini supaya memiliki fondasi ilmu agama yang mumpuni serta tidak mudah tertipu dengan hal-hal gaib yang ternyata bisikan setan atau khayalan pribadi semata.