8 Tradisi Sambut Ramadhan dari Berbagai Daerah, Jakarta Hingga Sulawesi
Jelang Ramadhan 2025, Indonesia kembali diwarnai beragam tradisi unik dari berbagai daerah.

Ramadhan 2025 segera tiba. Di Indonesia, salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar dunia, bulan suci ini disambut dengan beragam tradisi unik di berbagai daerah. Setiap tradisi menyimpan nilai spiritual dan memperkuat ikatan sosial.
Tradisi-tradisi ini diwariskan turun-temurun, menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia yang kaya. Dari tradisi berbagi makanan hingga ritual membersihkan makam, setiap kegiatan mengandung makna mendalam sebagai bentuk persiapan spiritual dan fisik untuk menjalankan ibadah puasa.
Semarak tradisi ini menunjukkan betapa pentingnya Ramadhan bagi masyarakat Indonesia.Bukan hanya sebagai momen ibadah, tetapi juga sebagai waktu untuk mempererat persaudaraan dan melestarikan warisan budaya.
Tradisi Nyorog (Betawi, Jakarta)
Masyarakat Betawi di Jakarta memiliki tradisi unik bernama Nyorog. Tradisi ini dilakukan dengan mengirimkan makanan kepada para sesepuh keluarga atau tokoh masyarakat sebagai bentuk penghormatan dan mempererat silaturahmi.
Makanan yang dikirim biasanya berupa hidangan khas Betawi seperti kerak telor, dodol, dan kue kembang goyang. Nyorog mencerminkan nilai hormat kepada orang tua dan memperkuat ikatan keluarga.
Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun dan menjadi bagian penting dari budaya Betawi dalam menyambut Ramadhan. Nyorog tidak hanya sekadar mengirimkan makanan, tetapi juga sebagai simbol penghormatan dan ungkapan rasa syukur menjelang bulan suci.
Tradisi Cucurak (Jawa Barat)
Di Jawa Barat terdapat tradisi Cucurak, yaitu makan bersama keluarga besar di tempat wisata atau rumah pada hari terakhir bulan Sya'ban. Hidangan disajikan di atas daun pisang secara lesehan.
Biasanya terdiri dari nasi liwet, tempe, ikan asin, sambal, dan lalapan. Tradisi ini melambangkan kebersamaan, rasa syukur, dan mempererat tali silaturahmi sebelum Ramadhan. Cucurak menjadi momen berkumpul keluarga besar sebelum memasuki bulan puasa.
Makan bersama dengan hidangan sederhana namun penuh makna ini menjadi simbol persatuan dan kebersamaan.Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga silaturahmi dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan. Cucurak juga menjadi wadah untuk mempererat ikatan antar anggota keluarga.
Tradisi Padusan (Yogyakarta)
Tradisi Padusan dilakukan dengan mandi besar di sumber mata air atau sungai. Tradisi ini memiliki makna simbolis sebagai penyucian diri secara fisik dan spiritual sebelum Ramadhan.
Dipercaya dapat membersihkan jiwa dan raga untuk menyambut bulan suci dengan hati yang bersih. Padusan merupakan tradisi yang sarat dengan nilai spiritual. Mandi di air yang mengalir diyakini dapat membersihkan diri dari kotoran lahir dan batin.
Tradisi ini juga menjadi momen refleksi diri sebelum memasuki bulan Ramadhan. Dengan hati yang bersih, diharapkan ibadah puasa dapat dijalankan dengan lebih khusyuk.
Tradisi Meugang (Aceh)
Aceh memiliki tradisi Meugang, yaitu memasak dan menyantap daging (sapi atau kambing) bersama keluarga dan yatim piatu sehari sebelum Ramadhan. Tradisi ini merupakan bentuk berbagi dan mempererat kebersamaan menjelang ibadah puasa.
Meugang juga dilakukan sebelum Idul Fitri dan Idul Adha. Meugang menjadi simbol rasa syukur dan berbagi kepada sesama. Dengan menyembelih hewan kurban dan berbagi dagingnya, terjalin rasa kebersamaan dan kepedulian sosial.
Tradisi ini telah ada sejak masuknya Islam ke Aceh pada abad ke-14, menunjukkan akar budaya yang kuat dan nilai-nilai keagamaan yang dipegang teguh.
Tradisi Munggahan (Jawa)
Meskipun dikenal di Jawa Barat, munggahan juga dirayakan di berbagai daerah di Jawa. Tradisi ini melibatkan berkumpul bersama keluarga dan makan bersama sebagai bentuk perpisahan sebelum memasuki bulan puasa.
Munggahan merupakan momen untuk mempererat silaturahmi dan berbagi kebahagiaan sebelum menjalankan ibadah puasa. Makan bersama keluarga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi.
Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga dan kerabat. Munggahan juga menjadi kesempatan untuk saling memaafkan sebelum memasuki bulan suci.
Tradisi Nyadran (Jawa)
Nyadran melibatkan membersihkan makam dan berdoa bersama untuk para leluhur. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan dan mendoakan mereka yang telah meninggal dunia.
Nyadran mengajarkan pentingnya menghormati leluhur dan mendoakan mereka. Membersihkan makam dan berdoa bersama merupakan wujud bakti kepada leluhur.
Tradisi ini juga memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kepedulian sosial.Nyadran menjadi momen untuk mengingat jasa para leluhur dan mempererat tali silaturahmi antar keluarga.
Tradisi Malamang (Sumatera)
Di Sumatera, tradisi Malamang melibatkan pembuatan dan menikmati makanan khas, biasanya berupa kue-kue tradisional, bersama keluarga dan tetangga.
Ini merupakan bentuk kebersamaan dan perayaan menjelang Ramadhan. Malamang menjadi momen untuk mempererat silaturahmi dan berbagi kebahagiaan.
Membuat dan menikmati kue-kue tradisional bersama keluarga dan tetangga menjadi simbol kebersamaan dan kekeluargaan.Tradisi ini juga menjadi kesempatan untuk memperkenalkan makanan tradisional kepada generasi muda dan melestarikan budaya lokal.
Tradisi Suru Maca (Sulawesi Selatan)
Di Sulawesi Selatan, terdapat tradisi Suru Maca, yaitu pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran secara bersama-sama sebagai bentuk persiapan spiritual menyambut Ramadhan.
Suru Maca merupakan tradisi yang sarat dengan nilai spiritual dan mempersiapkan diri untuk menjalankan ibadah puasa.Pembacaan ayat suci Al-Quran bersama-sama menjadi bentuk persiapan spiritual dan meningkatkan keimanan.
Tradisi ini juga memperkuat rasa kebersamaan dan kekeluargaan dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Berbagai tradisi unik di atas menunjukkan betapa kayanya budaya Indonesia dalam menyambut Ramadhan.