Di Depan Putin & Forum Internasional, PM Malaysia dengan Berani Beberkan Dosa Israel & AS terhadap Palestina
PM Malaysia anggap serangan Israel ke Palestina bukan karena peristiwa 7 Oktober.
Perdana Menteri (PM) Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim mengemukakan argumennya terhadap genosida yang terjadi di Gaza.
Meski banyak narasi muncul dan seakan menyudutkan Palestina akibat serangan 7 Oktober, baginya ha tersebut tidak bisa dibuat kesimpulan.
Bahkan ia menambahkan bahwa semuanya bermula dari puluhan tahun lalu hingga maraknya dukungan kepada Israel.
Baginya, Israel telah memulai lebih dulu beragam kejahatan kepada Palestina ketimbang mengkambinghitamkan peristiwa 7 Oktober lalu.
Hal tersebut disampaikannya adalam event Eastern Economic Forum, Rusia bersama Presiden Putin dan Menlu China, Wang Yi.
Tolak Narasi Barat
Datuk Seri Anwar Ibrahimmtak sependapat dengan klaim dunia barat yang menyebut genosida israel dimulai sejak peristiwa 7 Oktober.
Menurutnya, kejadian sudah ada sejak peristiwa Nakba 1948 di Palestina.
"Seperti yang telah saya katakan secara konsisten, kita tidak dapat menggunakan narasi dari banyak media atau negara-negara barat yang mengatakan bahwa semuanya dimulai dengan serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober."
"Semuanya dimulai dengan penjajahan. Semuanya dimulai dengan Nagba pada tahun 1948," kata PM Malaysia itu.
Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa Israel telah menolak resolusi PBB dan melakukan pembiaran terhadap kejahatan yang terjadi di Tepi Barat oleh pemukim Yahudi.
"Semuanya berawal dari keengganan untuk menerima resolusi PBB secara konsisten dan kekerasan yang bekelanjutan oleh pemukim (Yahudi) terhadap pemukim di Tepi Barat.
Klaim Amerika Serikat Dukung Penuh Israel
PM Malaysia memuji sikap Rusia dan Tiongkok yang telah mengambil posisi terhadap konflik yang terjadi.
Meski begitu ia tetap menyayangkan mengapa resolusi PBB tetap belum bisa memberikan pengaruh besar. Menurutnya masalah utama ada di Israel.
Selain itu sikap Amerika Serikat yang cenderung pro kepada Israel juga menggambarkan adanya dukungan kepada pembantaian di Gaza.
"Dan saya memuji, tentu saja, posisi Rusia, posisi Tiongkok."
"Menteri Luar Negeri Wang, Anda telah mengambil inisiatif dan banyak negara, dan saya pikir mayoritas negara telah mengambil sikap, termasuk pengakuan terhadap Negara Palestina. Tapi kenapa itu tidak terjadi?"
"Karena sikap keras kepala Israel dan sayangnya, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, justru memberinya standing ovation ketika kekejaman telah dilakukan," sambungnya.
Datuk Ibrahim pun mendesak seluruh negara barat untuk terus menyuarakan isu ini dan meminta adanya keadilan dan kemanusiaan terhadap masyarakat di Palestina.
"Itu sebabnya saya bertanya kepada rekan-rekan saya, bahkan di negara barat, di mana letak kemanusiaannya? Mengapa kita berbicara tentang keadilan? Mengapa Anda akan berkhotbah kepada kami tentang hak asasi manusia dan demokrasi? Mengapa terdapat kontradiksi dalam penanganan permasalahan yang terjadi di dunia dan berulang kali?" Kata PM Malaysia.
Masalah Perampasan Tanah
PM Malaysia tak cuma menyinggung pembantaian keji Israel. Menurutnya isu yang tak kalah penting di sana juga berkaitan dengan perampasan tanah.
Menurutnya, Israel telah terbukti merampas tanah milik warga Palestina dan sengaja memenjarakan mereka.
"Sebab yang menjadi persoalan di Palestina saat ini, bukan hanya di Gaza, tapi seluruh Palestina, adalah persoalan perampasan."
"Anda menaklukkan, Anda merampas tanah orang, Anda merampas hak milik, Anda membunuh mereka, Anda menahan mereka, Anda mengambil alih rumah mereka, Anda memperlakukan mereka seperti penjara terbuka," jelasnya lagi.
Dia mengajak seluruh elemen masyarakat dunia untuk terus menyuarakan dukungan kepada Palestina dan mendesak Israel agar menaati resolusi dari PBB.
"Hal ini menimbulkan masalah bagi kami karena orang-orang berkata, mengapa Anda tidak berbuat apa-apa lagi ketika orang-orang banyak yang dibunuh? Dan itulah maksud saya."
"Jadi saya hanya berharap dan berdoa semoga akhirnya ada kewarasan bagi mereka yang punya pengaruh di dunia, karena mereka akhirnya benar-benar bisa dipertanggungjawabkan." Tutupnya.