Gadis Manis Transmigrasi Asal Wonosobo Rela Berhenti Sekolah demi Bantu Orangtua Bertani
Seorang gadis putri dari transmigran asal Wonosobo putus sekolah demi membantu orang tuanya di ladang setiap hari.
Seorang gadis putri dari transmigran asal Wonosobo putus sekolah demi membantu orang tuanya di ladang setiap hari.
Gadis Manis Transmigrasi Asal Wonosobo Rela Berhenti Sekolah demi Bantu Orangtua Bertani
Jefelin adalah seorang gadis manis yang rela berhenti sekolah untuk membantu orang tuanya bertani.
Jefelin adalah putri dari bapak Nuryono asal Wonosobo yang saat ini tinggal sebagai seorang transmigran.
Setiap hari, ia selalu berada di ladang membantu orangtua dengan cara memanen dan membersihkan ladang. Selain itu, Jefelin juga banyak menghabiskan waktu di rumah untuk beres-beres.
Ia tampak sangat mencintai pekerjaannya membantu orangtua. Pasalnya, dengan begitu, Jefelin mendapatkan jatah uang dari sang ibu untuk membeli jajan yang ia inginkan. Simak ulasannya sebagai berikut.
Gadis Rela Putus Sekolah untuk Bantu Orangtua
Sebuah video yang diunggah oleh channel Youtube Asian Survivor memperlihatkan seorang gadis Jefelin, putri dari seorang transmigran asal Wonosobo, Nuryono sedang menjalankan aktivitas sehari-harinya sebagai seorang petani.
Jefelin ternyata sudah memutuskan untuk putus sekolah demi bisa membantu orang tuanya di ladang. Setiap hari, ia selalu rutin ke ladang untuk memanen hasil tani yang sebelumnya sudah ditanam di ladang orang tuanya.
“Ya nggak apa-apa, ya pingin bantu orangtua saja. (Orangtua) mampu saja,” ucap Jefelin saat ditanya mengapa ia memutuskan untuk berhenti sekolah.
Berbeda dengan kakak Jefelin yang memilih untuk kembali ke Wonosobo dan berkeluarga di Jawa. Jefelin justru tidak ingin mengikuti jejak sang kakak. Ia lebih suka menetap di Sepunggur, Kalimantan, tempat keluarganya saat ini tinggal.
“Pingin di sini saja. Ya di sini enak saja sih. Kalau di sini kayak gimana gitu, enak saja. Kalau mau kerja di ladang, enak saja,” jelas Jefelin.
Orangtua Ikut Kehendak Anak
Sementara itu, sang ayah Nuryono mengaku ia lebih memilih untuk menuruti keinginan sang anak. Nuryono mengatakan ia tidak bisa memaksakan kehendak anaknya yang ingin putus sekolah saat SMA.
“Ya harus gimana lagi, kalau sudah nggak mau saya nggak bisa memaksakan lagi. Daripada nanti sekolah mogok-mogok, repot juga nanti. Kita pasrah dengan keadaan saja lah, sudah lah,” kata Nuryono.
Selain itu, Nuryono juga mengaku senang dengan pilihan anak yang lebih suka membantu orang tua dan tidak ada keinginan untuk bekerja atau merantau di perkotaan.
“Senang, jadi saya lebih baik mengawasi anaknya dekat, gitu loh. Lebih baik pengawasannya dekat, karena kan sudah remaja,” kata Suryono.
“Saya lebih suka dekat dengan anak-anak. Anak-anak juga senang dekat dengan bapak. Lebih senang bersama dengan keluarga,” lanjut Suryono.
Saat ini, keluarga Suryono dan anak-anaknya selalu menghabiskan waktu di ladang dan di rumah yang jauh sekali dengan kehidupan hingar bingar perkotaan. Mereka juga tidak ada keinginan untuk sekadar jalan-jalan ke kota.