Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hari Raya Nyepi Tanggal 3 Maret 2022, Pahami Makna Ogoh-Ogoh di Tahun Baru Saka 1944

Hari Raya Nyepi Tanggal 3 Maret 2022, Pahami Makna Ogoh-Ogoh di Tahun Baru Saka 1944 Upacara Melasti menjelang Hari Raya Nyepi. ©2017 REUTERS/Agung Parameswara

Merdeka.com - Hari Raya Nyepi jatuh pada tanggal 3 Maret 2022 yang diperingati umat Hindu di tanah air, khususnya di Bali. Nyepi adalah Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka. Nyepi sendiri Berasal dari kata sunyi, senyap, dan tidak ada kegiatan. Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka, pertama kali diselenggarakan pada tahun 78 Masehi.

Tujuan Hari Raya Nyepi adalah untuk meminta permohonan kepada Tuhan, membersihkan umat manusia dan alam semesta. Oleh karena itu, perayaan ini memiliki makna sebagai hari pembaruan, kebangkitan, kedamaian, dan toleransi.

Terdapat sejumlah perayaan yang mengiringi Tahun Baru Saka ini. Umat Hindu akan mengikuti lima ritual di antaranya upacara Melasti, menghaturkan pemujaan, Tawur Agung, Nyepi, dan Ngembak Geni. Bahkan terdapat beberapa pantangan untuk dijalankan semasa Hari Raya Nyepi atau disebut dengan Catur Brata Penyepian, yakni Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan dan Amati Lelanguan.

Selain itu, Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka begitu lekat dengan keberadaan ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh adalah boneka raksasa yang merupakan manifestasi Bhutakala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhutakala adalah kekuatan Bhu atau alam semesta dan Kala (waktu) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Rupanya ogoh-ogoh sendiri memiliki makna tertentu dari setiap bentuk. Ogoh-ogoh kerap juga digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, semisal bentuk naga, gajah, garuda, Widyadari, serta dewa.

Untuk lebih jelasnya mengenai Hari Raya Nyepi tanggal 3 Maret 2022 dan makna ogoh-ogoh, simak ulasannya berikut ini seperti dihimpun dari berbagai sumber, Rabu (2/3).

Makna Ogoh-Ogoh

ogoh ogoh di ancol

Ogoh-ogoh di Ancol ©2018 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Ogoh-ogoh biasanya dibuat menjelang Hari Raya Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja. Tepatnya di hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi yang berarti hari ini, Rabu (2/3).

Menurut para praktisi Hindu Dharma, prosesi ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Ogoh-ogoh melambangkan pengakuan manusia akan kuasa alam semesta dan waktu dengan kekuatan yang dibagi dua. Pertama, kekuatan Bhuana Agung atau alam semesta dan kedua, Bhuana Alit atau kekuatan dalam diri manusi).

Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kedua kekuatan tersebut dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Tergantung dari niat manusia itu sendiri.

Umat Hindu Bali percaya bahwa ogoh-ogoh mempresentasikan sifat buruk di dalam diri manusia. Karenanya, mereka membuat ogoh-ogoh sebelum perayaan Nyepi. Setelah selesai berkeliling atau diarak, ogoh-ogoh dibakar sebagai simbol telah hilangnya sifat buruk di dalam diri manusia. Sehingga, mereka siap melakukan tapabrata pada Hari Raya Nyepi keesok harinya.

Pantangan di Hari Raya Nyepi

menjelang hari raya nyepi

Upacara Melasti menjelang Hari Raya Nyepi ©2017 REUTERS/Agung Parameswara

Terdapat empat pantangan selama Hari Raya Nyepi yang dijalankan umat Hindu, atau lebih dikenal dengan sebutan Catur Brata Penyepian. Berikut di antaranya, seperti dilansir dari RRI:1. Amati Geni

Sesuai dengan nama nyepi atau sunyi, umat Hindu akan menjalankan Amati Geni dengan tidak menyalakan benda elektronik ataupun api selama 24 jam. Untuk memberikan suasana sepi di rumah.

Lantas selama 24 jam tersebut, tidak ada aktivitas yang berkaitan dengan listrik atau api. Bahkan internet dimatikan sebagai bentuk simbolis melawan hawa nafsu duniawi.

2. Amati Karya

Larangan selama Hari Raya Nyepi selanjutnya ialah Amati Karya, atau tidak melakukan aktivitas kegiatan atau bekerja dalam bentuk apa pun. Dalam keheningan Nyepi berlangsung, umat Hindu diajak introspeksi diri atas segala tindakan kurang baik yang pernah dilakukan. Demi menyambut tahun baru dengan kondisi yang suci.

3. Amati Lelungan

Pantangan di Hari Raya Nyepi berikutnya adalah Amati Lelungan, yakni larangan keinginan untuk bepergian. Tujuannya agar umat Hindu bisa khusyuk beribadah selama seharian penuh.

4. Amati Lelanguan

Pantangan di Hari Raya Nyepi yang terakhir ialah Amati Lelanguan. Umat Hindu dilarang memuaskan diri dengan bersenang-senang. Diwajibkan untuk menghentikan sejenak segala bentuk kesenangan duniawi dan fokus dalam sembahyang.

Oleh sebab itu, selama Hari Raya Nyepi tak ada toko, warung, mal, dan tempat hiburan lainnya yang buka. Inilah yang membuat perayaan Tahun Baru Saka khususnya di Kota Bali menjadi begitu tenang selama satu hari.

Tradisi di Hari Raya Nyepi

Keunikan lain dari Hari Raya Nyepi selanjutnya dengan keberadaan ritual yang mengiringi. Setiap ritual memiliki makna yang tersirat dan dilaksanakan secara berurutan. Berikut di antaranya seperti dikutip dari Liputan6:

1. Upacara Melasti

ilustrasi hari raya nyepi

Iring-iringan umat Hindu Bali saat melakukan upacara Melasti di pantai Petitenget, Bali, Rabu (14/3/2021). Dibeberapa kawasan seputaran Kota Denpasar terlihat umat Hindu berpakaian adat melakukan upacara Melasti. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka) Liputan6 ©2022 Merdeka.com

Tujuan utama dari Upacara Melasti adalah untuk menyucikan alam manusia (Bhuana Alit) dan alam semesta (Bhuana Agung). Upacara ini diselenggarakan di sumber air suci kelebutan, segara, campuran, dan patirtan.

Tapi banyak dilakukan di segara. Upacara dilakukan dengan bersembahyang menghadap laut. Upacara Melasti dengan mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dengan berkeliling desa sebelum sampai ke laut.

Pralingga atau pratima atau patung tersebut merupakan pengganti arca yang ada di pura. Meski terbuat dari kertas, kayu, maupun batu, pratima begitu berharga dan dihormati bagi umat Hindu.

Tujuan berkeliling desa ialah untuk menyucikan desa berdasarkan kesucian pratima. Umat Hindu harus melakukan upacara ini dengan khidmat, tertib, dan ikhlas.

2. Menghaturkan Pemujaan

ilustrasi hari raya nyepi

Umat Hindu melakukan sembahyang Hari Raya Nyepi di Pura Aditya Jaya, Jakarta. Hari Raya Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah) ©2022 Merdeka.com

Setelah menyelesaikan upacara Melasti, umat Hindu mengusung pratima dan segala perlengkapannya langsung menuju Balai Agung atau Pura Desa di setiap Desa Pakraman.

Sebelum Ngrupuk, semua orang melakukan nyejer, kemudian mereka menghaturkan bhakti atau pemujaan sesuai tujuan utama di Hari Raya Nyepi.

3. Tawur Agung

ilustrasi hari raya nyepi

Umat Hindu berdoa di Pura Aditya Jaya di Jakarta, Selasa (24/3/2020). Ibadah hari suci Nyepi Tahun Baru Saka 1942 di Pura Aditya Jaya tidak menyelenggarakan persembahyangan, namun untuk sembahyang dibatasi dalam mencegah penularan Covid-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia) ©2022 Merdeka.com

Dalam bahasa Jawa, kata Tawur berarti saur. Sementara, dalam bahasa Indonesia memiliki arti melunasi utang. Di setiap perempatan desa atau pemukiman, bermakna lambang untuk menjaga keseimbangan.

Keseimbangan yang dimaksud yakni Buana Alit, Buana Agung, manusia Bhuta, keseimbangan Dewa, serta merubah kekuatan bhuta menjadi dewa. Yang memiliki harapan mampu memberikan kesejahteraan dan kedamaian.

Acara dilanjutkan dengan Ngrupuk atau Mebuu-buu di setiap rumah. Bertujuan untuk membersihkan lingkungan dari pengaruh Bhuta Kala, yang dimaksudkan sebagai sesuatu yang merusak kehidupan, kemakmuran, kesehatan, dan kesuburan.

4. Nyepi

Umat Hindu menunaikan Catur Brata Penyepian yang terdiri atas Amati Karya, Amati Geni, Amati Lelanguan, dan Amati Lelungan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

5. Ngembak Geni

ilustrasi hari raya nyepi

Umat Hindu berdoa di Pura Widya Dharma yang sepi di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (24/3/2020). Pembatasan aktivitas menjelang Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1942 dilakukan sesuai dengan imbauan pemerintah untuk antisipasi penyebaran virus corona Covid-19. (Liputan6.com/Immanuel Antonius) ©2022 Merdeka.com

Secara bahasa, ngembak artinya 'bebas' dan geni artinya 'api'. Ngembak Geni bermakna bebas menyalakan api atau beraktivitas kembali seperti sedia kala. Ngembak Geni diawali dengan aktivitas baru dengan Mesima Krama di lingkungan keluarga, tetangga, dan dalam cakupan yang lebih luas.

Mesima Krama diartikan sebagai bentuk sosial antarsesama tentang sesuatu yang sudah terjadi, baru terjadi, dan yang akan datang. Termasuk juga membicarakan tentang upaya meningkatkan kehidupan lahir batin di tahun baru dengan bertumpu pada pengalaman.

(mdk/kur)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Parade Ogoh-Ogoh Menyambut Nyepi hingga Paling Ekstrem Lukat Geni Meriahkan Sejumlah Kota Besar di Indonesia
FOTO: Parade Ogoh-Ogoh Menyambut Nyepi hingga Paling Ekstrem Lukat Geni Meriahkan Sejumlah Kota Besar di Indonesia

Menyambut Hari Raya Nyepi, umat Hindu di sejumlah wilayah Indonesia pada Minggu (10/3/2024) lalu telah melakukan serangkaian ritual.

Baca Selengkapnya
Rayakan Nyepi dengan Mahalini, Ini Potret Rizky Febian Ikut Pengerupukan dan Bermain Gamelan Bali serta Arak Ogoh-ogoh
Rayakan Nyepi dengan Mahalini, Ini Potret Rizky Febian Ikut Pengerupukan dan Bermain Gamelan Bali serta Arak Ogoh-ogoh

Rizky Febian berkesempatan untuk merayakan Nyepi dan tradisi Pengerupukan di Bali bersama Mahalini.

Baca Selengkapnya
2 Agustus Peringati Hari Raya Galungan, Pahami Maknanya
2 Agustus Peringati Hari Raya Galungan, Pahami Maknanya

Galungan adalah Hari Raya penuh makna kebaikan bagi umat Hindu.

Baca Selengkapnya
FOTO: Semarak Parade Tarian Ogoh-Ogoh Menjelang Hari Raya Nyepi di Bali
FOTO: Semarak Parade Tarian Ogoh-Ogoh Menjelang Hari Raya Nyepi di Bali

Masyarakat Bali mengadakan parade tarian Ogoh-Ogoh untuk menyambut merayakan Hari Raya Nyepi tahun 2024 pada 11 Maret 2024 mendatang.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Rahajeng Rahina Nyepi 2024, Semoga Umat Hindu Lancar Laksanakan Catur Brata Penyepian
Jokowi: Rahajeng Rahina Nyepi 2024, Semoga Umat Hindu Lancar Laksanakan Catur Brata Penyepian

Presiden Jokowi mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi 2024 kepada seluruh umat Hindu yang merayakan.

Baca Selengkapnya
Membedah Sejarah Suro, Bulan Sakral Dalam Kalender Jawa
Membedah Sejarah Suro, Bulan Sakral Dalam Kalender Jawa

Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram mengakulturasikan kalender Hijriyah sebagai kalender Jawa

Baca Selengkapnya
Mengintip Persiapan Tahun Baru Imlek di Klenteng Tertua Kota Padang
Mengintip Persiapan Tahun Baru Imlek di Klenteng Tertua Kota Padang

Shio Imlek tahun 2024 adalah Naga Kayu yang melambangkan sebuah keberuntungan.

Baca Selengkapnya
Lunar New Year adalah Perayaan dalam Kalender Lunar, Bukan Cuma Dirayakan Orang Tiongkok
Lunar New Year adalah Perayaan dalam Kalender Lunar, Bukan Cuma Dirayakan Orang Tiongkok

Tahun Baru Imlek sering disebut sebagai Tahun Baru Tionghoa, sementara Lunar New Year memiliki banyak varian lainnya.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kekhusyukan Umat Hindu Bali Jalani Upacara Melasti Jelang Perayaan Nyepi
FOTO: Kekhusyukan Umat Hindu Bali Jalani Upacara Melasti Jelang Perayaan Nyepi

Saat upacara Melasti, segala sesuatu atau sarana sembahyang di Pura dibawa ke laut untuk disucikan.

Baca Selengkapnya
Menyambut Tahun Naga Kayu, Antara Mitos dan Makna yang Terkandung di Dalamnya
Menyambut Tahun Naga Kayu, Antara Mitos dan Makna yang Terkandung di Dalamnya

Tahun 2024, akan memasuki tahun Naga kayu, yang dalam budaya Asia Timur, naga telah lama dianggap sebagai simbol kebesaran dan kemakmuran.

Baca Selengkapnya
Ini yang Perlu Diketahui Saat Berkunjung ke Bali di Hari Raya Nyepi
Ini yang Perlu Diketahui Saat Berkunjung ke Bali di Hari Raya Nyepi

Sejumlah aturan telah ditetapkan demi berlangsungnya perayaan Nyepi secara sakral di Pulau Bali.

Baca Selengkapnya
Wujud Rasa Syukur, Begini Keseruan Tradisi Rebo Pungkasan di Bantul
Wujud Rasa Syukur, Begini Keseruan Tradisi Rebo Pungkasan di Bantul

Tradisi ini digelar setahun sekali, tepatnya pada hari Rabu terakhir di Bulan Safar.

Baca Selengkapnya