Kenali Penyebab Tuli dan Gejalanya, Perhatikan Kondisi Telinga Sebelum Terlambat
Berikut penyebab tuli dan gejalanya yang perlu diperhatikan sebelum terlambat.
Tuli merupakan suatu kondisi di mana kemampuan mendengar menghilang. Baik itu pada satu maupun dua telinga. Untuk diketahui, proses mendengar terjadi saat gelombang suara masuk ke telinga dan menggetarkan gendang telinga.
Getaran itu nantinya akan diteruskan ke tulang-tulang pendengaran dan dilanjutkan ke sel-sel saraf di otak. Sehingga getaran akan diterjemahkan menjadi suara.
-
Siapa yang sering terkena tungau telinga? Tungau telinga sering menyerang kucing, terutama anak kucing yang dapat tertular dari induknya.
-
Apa dampak buruk telinga kotor? Jika telinga dibiarkan kotor, maka dapat menimbulkan beberapa dampak buruk bagi kesehatan dan pendengaran Anda, seperti:
-
Kenapa telinga bisa infeksi? Earbuds, yang dimasukkan langsung ke dalam saluran telinga, menciptakan lingkungan tertutup yang dapat mendorong pertumbuhan bakteri dan memfasilitasi transfer mikroba.
-
Apa saja penyebab telinga panas? Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan telinga panas, termasuk infeksi telinga, sunburn, emosi, perubahan suhu ekstrem, dan cedera.
-
Telinga berdarah, apa penyebabnya? Kondisi telinga berdarah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk cedera fisik, infeksi, atau gangguan dalam saluran pendengaran. Salah satu penyebab umum telinga berdarah adalah cedera trauma, seperti benturan keras atau tusukan pada telinga.Ketika cedera terjadi, pembuluh darah di dalam telinga dapat pecah, menyebabkan perdarahan.
-
Apa yang dapat menyebabkan kerusakan pendengaran? Paparan berlebihan terhadap suara keras ini dapat mengakibatkan masalah pendengaran yang serius.
Tuli sendiri terjadi akibat adanya gangguan pada salah satu ataupun sejumlah tahap dalam proses mendengar. Pada umumnya, tuli dapat muncul dari lahir, mendadak hingga seiring berkembangnya waktu.
Jangan pernah menganggap sepele tuli. Sebab, tuli yang tidak tertangani justru mampu membuat penderitanya merasa teransing dari lingkungan. Selain itu, penderita juga bisa mengalami gangguan kecemasan hingga depresi.
Oleh karena itu, perlu untuk mengenal penyebab tuli beserta gejalanya. Hal ini bertujuan agar masyarakat luas lebih memperhatikan kondisi telinga sebelum terlambat.
Lantas apa saja penyebab tuli yang perlu diwaspdai? Bagaimana gejala-gejalanya? Melansir dari Alodokter, Senin (16/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
Penyebab Tuli
Penyebab tuli sebenarnya sangat beragam, tergantung pada bagian telinga yang mengalami gangguan. Adapun beberapa penyebab tuli yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Tuli Konduktif
Penyebab tuli konduktif adalah karena adanya gangguan di saluran telinga luar, gendang telinga atau telingan tengah. Kondisi ini dijelaskan menyebabkan gelombang suara yang tidak bisa masuk ke telinga bagian dalam. Akan tetapi, tuli konduktif biasanya dapat disembuhkan pasca mengobati penyebabnya.
Adapun penyebab tuli konduktif di antaranya adalah sebagai berikut:
- Gendang telinga robek
- Penumpukan kotoran telinga (serumen prop)
- Benda asing yang menyumbat saluran telinga
- Pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak normal di balik gendang telinga (kolesteatoma)
- Pertumbuhan atau pengerasan abnormal pada tulang pendengaran (otosklerosis)
- Infeksi telinga luar (otitis eksterna)
- Jaringan parut pada telinga akibat infeksi berulang
2. Tuli Sensoris
Berbeda dengan tuli konduktif, penyebab tuli sensoris adalah karena adanya kerusakan pada telinga dalam yakni gangguan pada saraf pendengaran atau fungsi koklea. Kondisi ini kemudian menyebabkan gelombang suara tidak sampai ke otak. Sehingga, tuli sensoris biasanya bersifat permanen.
Adapun penyebab tuli sensoris di antaranya adalah sebagai berikut:
- Proses penuaan
- Cedera kepala
- Kelainan bawaan, termasuk sindrom Usher
- Penyakit Meniere
- Paparan suara keras dalam jangka panjang, seperti karena bekerja di konstruksi bangunan
- Tumor jinak yang tumbuh di saraf penghubung antara telinga dan otak (Neuroma akustik)
- Komplikasi penyakit. Misalnya meningitis, campak, gondongan dan demam scarlet
- Penggunaan obat yang bisa menimbulkan efek samping di telinga, misalnya obat kemoterapi atau obat kina
Tahukah Anda, seseorang juga dapat menderita kombinasi tuli konduktif dan tuli sensoris. Penyebab tuli jenis ini biasanya akibat adanya cedera kepala dan kelainan genetik. Tidak hanya orang dewasa saja, tuli jenis ini juga bisa terjadi pada bayi.
Adapun beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko bayi menderita kombinasi tuli ini adalah sebagai berikut:
- Terlahir prematur
- Mengalami komplikasi saat lahir
- Sering menderita infeksi telinga
- Mengalami komplikasi akibat penyakit infeksi, misalnya meningitis atau cytomegalovirus
Gejala Tuli
1. Gejala Tuli pada Orang Dewasa
Biasanya hilangnya pendengaran pada orang dewasa terjadi secara bertahap. Adapun gejala tuli pada orang dewasa yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut:
- Tidak bisa mendengar suara dengan jelas bahkan dari telepon
- Sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya
- Sering salah memahami maksud perkataan orang lain
- Merasa orang lain sedang bergumam atau tidak jelas ketika berbicara
- Mendengarkan musik atau menonton dengan volume lebih tinggi daripada yang dibutuhkan orang lain
- Sulit mengikuti percakapan, terlebih jika ada lebih dari satu orang yang berbicara
- Merasa lelah atau stres apabila mengikuti kegiatan yang memerlukan konsentrasi dalam mendengar, misalnya mengikuti seminar
- Mengalami sensasi telinga berdenging (tinnitus), nyeri di telinga atau telinga terasa penuh
2. Gejala Tuli pada Anak Sudah Lebih Besar
Adapun gejala tuli pada anak yang sudah lebih besar dan perlu diwaspadai oleh orang tua adalah sebagai berikut:
- Mengalami gangguan dalam belajar
- Tidak memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan
- Tidak berbicara atau tidak dapat mengucapkan kalimat dengan jelas
- Sering mendengarkan suara keras ketika mendengar musik atau menonton
- Tampak tidak dapat memusatkan perhatian atau mengikuti perintah
3. Gejala Tuli pada Bayi
Adapun gejala tuli pada bayi yang perlu diwaspadai oleh para orang tua adalah sebagai berikut:
- Tidak tersenyum saat diajak bicara atau bercanda
- Tidak terkejut atau menangis ketika mendengar suara keras
- Tidak menoleh ke sumber suara saat namanya dipanggil, pada bayi usia 3 bulan atau lebih
- Tidak mengoceh atau meniru bunyi saat berusia 6 bulan atau lebih
- Tidak mengucapkan kata-kata, seperti 'mama' atau 'papa' saar berusia 12 bulan atau lebih
- Tidak tertarik pada benda atau mainan yang mengeluarkan suara
- Tidak mendengar saat dipanggil
- Tidak menyadari kehadiran seseorang sampai mereka melihat siapa yang datang