Kifarat adalah Cara Pengganti Tebus Kesalahan, Begini Niat dan Tata Cara Puasanya

Merdeka.com - Kifarat adalah cara pengganti guna menebus kesalahan atau pun dosa. Mengingat tidak ada manusia sempurna yang luput dari kesalahan dan dosa, hal ini berlaku bagi semua umat termasuk dalam Islam.

Perlu diketahui jika kifarat berasal dari kata dasar kafara atau menutupi sesuatu. Hal ini membuat kifarat bisa diartikan sebagai sebuah benda yang wajib ditunaikan karena seseorang melakukan perbuatan dosa.

Pada nantinya itu semua bertujuan agar menutup dosa-dosa yang telah diperbuat sebelumnya. Maka ia akan terbebas dari pengaruh dosa yang telah diperbuat di dunia bahkan di akhirat kelak.

Salah satu cara kifarat adalah dengan cara berpuasa. Berikut adalah niat puasa kifarat beserta tata caranya yang berhasil dirangkum dari berbagai sumber.

Ada 4 Sumpah Kifarat

Perlu diketahui jika sumpah kifarat ini sudah dijelaskan dan dipatenkan dalam firman Allah dalam Quran Surat Al-Maidah: 89. Firman tersebut berbunyi seperti berikut:

"Kaffarahnya adalah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu langgar." (Q.s. Al-Maidah: 89).

Dengan begitu, berdasarkan firman tersebut terdapat 4 sumpah kifarat, antara lain yaitu:

1. Memberi Makan 10 Kaum Fakir Miskin

Perlu diketahui jika memberi makan di sini adalah makanan siap saji yang lengkap dengan lauk-pauk. Namun memang belum diketahui dalil yang memberi penjelasan batasan makanan yang dimaksudkan dalam ayat. "Makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu,".

2. Memberi Pakaian kepada 10 Kaum Fakir Miskin

Hingga saat ini para ulama masih berselisih soal batasan pakaian yang dimaksud. Imam Malik dan Imam Ahmad berpendapat jika batasan pakaian yang dimaksud yaitu yang bisa digunakan atau layak pakai untuk salat. Maka, harus terdiri dari atasan dan juga bawahan pula, ini berarti tidak boleh jika seseorang hanya memberikan sebuah peci ataupun jilbab saja karena belum layak disebut sebagai 'pakaian'. Para ulama umumnya berpendapat jika orang miskin berhak menerima dua bentuk kifarat adalah yang beragama Islam.

3. Bebaskan Budak

Dijelaskan apabila tidak bisa melakukan sebanyak tiga jenis kifarat di atas maka hendaklah memilih salah satunya. Apabila tidak mampu bisa beralih ke kifarat yang ke empat.

4. Puasa Selama 3 Hari

Kifarat yang ke empat hanya diperbolehkan bagi mereka yang tak sanggup melakukan salah satu diantara tiga pilihan yang sudah dijelaskan. Madshab Hanafiyah serta Hambali memberikan syarat harus berturut-turut melakukan puasanya. Namun sebenarnya pendapat yang paling kuat, puasa ini boleh dilakukan tidak berturut-turut dan sesuai dengan kemampuan saja.

Niat dan Tata Cara Puasa Kifarat

Salah satu alasan mengapa seseorang harus melakukan kifarat ialah orang yang dengan sengaja membatalkan puasanya. Jikalau sudah terjadi, maka ia harus membayarnya dengan menjalankan puasa kifarat.

Membatalkan puasa dengan sengaja yang dimaksud contohnya seperti melakukan hubungan badan di siang hari, membunuh karena kesalahan dan membatalkan sumpah. Ada pun niat dan tata cara puasa kifarat seperti berikut:

1. Membaca Niat

Langkah pertama ialah membaca niat. Niat yang perlu dilafalkan bagi seseorang yang hendak berpuasa kifarat ialah:

'Nawaitu shouma ghadin likafarati fardlon lillahi ta'ala'.

Artinya:

"Saya berniat puasa esok hari untuk melaksanakan kifarat fardhu karena Allah Ta'ala".

2. Melakukan Sahur

Tidak berbeda dengan pasa Ramadan dan sunnah lainnya, puasa kifarat ini juga dianjurkan untuk tetap makan sahur sebelum berpuasa. Sahur ini hukumnya ialah sunnah, maka jika tak sahur maka tidak akan membuat seseorang berdosa.

3. Tahan Nafsu Diri

4. Berbuka puasa

3 Opsi bagi Pelanggar Larangan Shaum Ramadhan

Terdapat 3 opsi yang bisa dilakukan oleh kaum muslimin dan muslimah apabila melanggar larangan shaum ramadhan. Mereka tentu harus memenuhinya sebagai cara untuk menghapus dosa atau menebus dosa. 

Salah satunya adalah memerdekakan budak dan berpuasa selama 2 bulan berturut-turut serta memberikan makan sebanyak 60 orang miskin.

Dijelaskan oleh Abu Hurairah ra, 'Seorang lelaki datang menemui Nabi saw. dan berkata: Celaka saya, wahai Rasulullah. Beliau bertanya: Apa yang membuat engkau celaka? Lelaki itu menjawab: Saya telah bersetubuh dengan istri saya di siang hari bulan Ramadan. Beliau bertanya: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan seorang budak? Ia menjawab: Tidak punya. Beliau bertanya: Mampukah engkau berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Ia menjawab: Tidak mampu. Beliau bertanya lagi: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memberi makan enam puluh orang miskin? Ia menjawab: Tidak punya. Kemudian ia duduk menunggu sebentar. Lalu Rasulullah saw. memberikan sekeranjang kurma kepadanya sambil bersabda: Sedekahkan lah ini. Lelaki tadi bertanya: Tentunya aku harus menyedekahkannya kepada orang yang paling miskin di antara kita, sedangkan di daerah ini, tidak ada keluarga yang paling memerlukannya selain dari kami. Maka Rasulullah saw. pun tertawa sampai kelihatan salah satu bagian giginya. Kemudian beliau bersabda: Pulanglah dan berikan makan keluargamu' (Muttafaq ‘alaih). (mdk/bil)