Lokasi Nenek Jualan di Kopassus 65 Tahun, Cuma Lesehan & Akan Keliling Jika Tak Laku
Merdeka.com - Nenek renta yang akrab disapa Mbah Langkung ini merupakan sosok legendaris di Markas Grup 2 Kopassus, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Sudah sekira 65 tahun Mbah Langkung berjualan markas tersebut. Hingga dijuluki sebagai 'kantin legendaris'.
Wanita tua ini telah berdagang sejak usia 20-an dan menjadi saksi sejarah berdirinya Markas Grup 2 Kopassus, yang sebelumnya merupakan peralihan dari markas Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).
Sosoknya lantas dikenal oleh para prajurit TNI. Tak tanggung-tanggung, para jenderal turut menghormatinya. Bahkan sampai ada yang sengaja datang setiap hari raya lebaran tiba.
-
Dimana pedagang kelontong berjualan? Awalnya mereka menjajakan dagangannya dari rumah ke rumah, atau menawarkan barang dagangannya untuk dijual di hotel.
-
Dimana warung makan itu berada? Ia kini memiliki sebuah warung makan yang berlokasi di IJ.
-
Dimana kerupuk klenteng dijual? Kerupuk ini disebut kerupuk klenteng karena lokasi produksi sekaligus penjualannya ada di dekat Klenteng Hok Swie Bio Jalan Jaksa Agung Nomor 132 Kabupaten Bojonegoro.
-
Dimana warung kaki lima Kantor Pos Klandasan? Warung kaki lima ini berada di sepanjang Jalan Jendral Sudirman No.1, Kalandasan Ulu, Balikpapan.
-
Dimana warung lansia berada? Lokasi warung itu benar-benar terpencil di atas Pegunungan Ardilawet yang secara administratif masuk wilayah Desa Penusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga.
-
Dimana Warung Kothok berlokasi? Jadi ini adalah Warung Kothok, cabang asli dari warung dengan nama yang sama di Sleman, Yogyakarta.
Namun siapa sangka, tempat Mbah Langkung berjualan bukanlah dalam bentuk kantin atau warung. Melainkan lesehan di dekat gerbang Gereja Oikumene Immanuel Grup 2 Kopassus. Kadang berpindah tempat, demi mencari pembeli.
Simak informasi selengkapnya mengenai tempat jualan Mbah Langkung yang sederhana berikut ini, seperti dihimpun dari kanal YouTube Penyakit !!!, Rabu (25/5).
Jualan Lesehan di Halaman Kopassus
kanal YouTube Penyakit !!! ©2022 Merdeka.com
Tampak sejumlah prajurit berseragam loreng tengah membeli dagangan Mbah Langkung. Wanita tua tersebut telah menggelar tikar di dekat gerbang Gereja Oikumene Immanuel Grup 2 Kopassus, Jawa Tengah.
Banyak dagangannya yang telah tersaji, dari nasi paket, sayur mayur, lauk, camilan, gorengan, hingga buah.
Mbah Langkung biasa berjualan dengan lesehan di halaman. Biasanya beliau sudah siap berdagang sejak pukul 06.00 WIB atau 07.00 WIB setelah kulakan di pasar.
"Monggo dahar pak. Ngedol niki kok dereng payu to pak, kula niki nganti, matur sembah nuwun. Mugi bapak diparingi rezeki turah cukup, keturutan, kula dongak-dongakke (silakan makanannya pak. Saya jual dari tadi belum laku. Terima kasih banyak, semoga bapak diberi banyak rezeki, saya doa-doakan)," sapa Mbah Langkung.
Sering Mendoakan Para Prajurit TNI
kanal YouTube Penyakit !!! ©2022 Merdeka.com
Tak sedikit prajurit TNI di Grup 2 Kopassus yang membantu perekonomian Mbah Langkung. Apalagi sang suami juga sudah tidak bisa bekerja. Karena fisik yang tak lagi mendukung, serta pendengaran yang bermasalah.
Setiap ada yang datang membeli dagangannya, Mbah Langkung tak segan untuk mendoakan. Begitu bahagia dan bersyukur sudah dilarisi.
"Ini saya borong semua boleh mbah?," tanya Revi.
"Terima kasih, semoga rezekinya bapak banyak. Menolong mbah Langkung, matur sembah nuwun. Tadi kulakan semua sekawan atus. Semoga bapak diberi kesehatan sekeluarga. Apa pun segala harapan bisa tercapai," tukas Mbah Langkung.
Sering Memberi Gratis
kanal YouTube Penyakit !!! ©2022 Merdeka.com
Begitu mulia, Mbah Langkung acap kali memberikan secara gratis kepada para prajurit. Seakan tak merasa dirugikan, karena menurutnya selama ini mereka juga telah membantu simbah.
"Di sini sering, prajurit bayar gratis, Mbah Langkung enggak dibayar?," tanya Revi.
"Boleh, monggo. Saya juga sering dikasih sama bapak. Monggo pak didahar (silakan dimakan)," ujar Mbah Langkung.
"Saya dulu kalau Mbah Langkung pas jualan di bawah sana, saya langsung share biar ramai. Langsung datang orang-orang," ujar rekannya Revi.
"Iya, mobil-mobil pada datang, langsung habis. Alhamdulillah," ucap mbah langsung tertawa.
Ingin Mandiri Tanpa Merepotkan Anak
kanal YouTube Penyakit !!! ©2022 Merdeka.com
Diketahui Mbah Langkung kini telah dikaruniai 27 cucu dan 18 cicit, dari ketujuh buah hatinya. Mereka tinggal tak jauh dari kediaman Mbah Langkung dan kerap membantu mempersiapkan dagangan.
Meski sudah di usia senja, Mbah Langkung ingin tetap mencari nafkah. Karena ia mengaku, setiap pulang kerja cucu dan cicitnya kerap datang. Naluri seorang nenek, Mbah Langkung pun selalu memanjakan mereka.
"Mbah, kan sudah tua, kita kasihan mbah masih bawa-bawa barang jualan. Harusnya mbah istirahat, biar anaknya yang jualan," kata Revi.
"Kalau di rumah (anak yang) bikinin buat simbah. Kalau saya minta juga kasihan, mereka tidak ada yang punya juga. Kebun dan tanah sudah saya bagi tujuh, hanya sisa dikit. Buat masa depan anak," imbuh Mbah Langkung.
Jika di Kopassus Tidak Laku, Keliling Komplek
kanal YouTube Penyakit !!! ©2022 Merdeka.com
Jika dagangan Mbah Langkung di Markas Grup 2 Kopassus tidak habis, ia memutuskan untuk berkeliling. Biasanya Mbah Langkung menjajakan di sekitar komplek rumah warga.
Bahkan membagikan dagangannya kepada para pencari rumput. Agar mereka bisa istirahat dan makan siang. Mbah Langkung bahkan memberikan secara cuma-cuma ke markas Provos TNI di Grup 2 Kopassus.
"Mbah Langkung kalau jualannya enggak laku ini, mbah Langkung muter?," tanya Riski Vivian.
"Iya muter, keliling ke tempat ibu-ibu. 'Bu, dibeli, bu komandan, saya keliling sampai sana, tempatnya Rt 6, Rt 5. Kadang saya dikasih sembako sama pak Rt, ya terima kasih," jawab Mbah Langkung.
Nenek Lesehan Jualan 65 Tahun di Kopassus
Mbah Langkung menjadi sosok legendaris di Grup 2 Kopassus yang terkenal di kalangan prajurit hingga jenderal TNI. Ia kerap lesehan di dekat gerbang Gereja Oikumene Immanuel Grup 2 Kopassus.
Berikut videonya.
(mdk/kur)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaPasar Keluh letaknya begitu terpencil di pelosok desa Ponorogo. Suasana tempo dulu begitu terasa saat berkunjung ke pasar tersebut.
Baca SelengkapnyaKakek ini diketahui berjualan di sekitar GBLA, Bandung.
Baca SelengkapnyaKisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaIa hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca SelengkapnyaMeski kondisi tubuhnya sudah tak sekuat saat muda, nenek 69 tahun ini sangat antusias menuju Tanah Suci.
Baca SelengkapnyaWarung itu bentuknya cukup sederhana. Material bangunannya terbuat dari kayu. Konon usia warung itu telah mencapai 1 abad atau 100 tahun.
Baca SelengkapnyaDatang dari Lamongan ke Surabaya untuk menjual satu tikar, nyatanya dagangannya tak kunjung laku.
Baca Selengkapnya