Mengenal Megibung Tradisi Makan Bersama Masyarakat Bali, Bisa Dilaksanakan Jelang Ramadhan
Megibung, tradisi makan bersama khas Karangasem Bali yang dilaksanakan untuk mempererat kebersamaan.

Tradisi-tradisi menyambut Ramadan biasa dilakukan secara turun-temurun sebagai salah satu bentuk melestarikan budaya dan adat istiadat. Tak heran, jika setiap tradisi yang dilakukan dalam menyambut bulan suci Ramadan menyimpan makna mendalam.
Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang berebda-beda. Salah satunya umat Muslim yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali. Mereka juga memiliki tradisi menyambut Ramadan yang dinamakan dengan Megibung.
Melansir dari laman kemenparekraf, tradisi ini dilakukan dengan kegiatan memasak dan makan bersama sambil duduk melingkar. Menariknya, tradisi Megibung memiliki tata penataan makanan yang unik.
Nasi akan diletakkan di wadah yang disebut dengan gibungan. Sedangkan, lauknya disajikan di sebuah alas karangan. Menurut kepercayaan, tradisi Megibung merupakan bentuk mempererat persaudaraan dan kebersamaan.

Tradisi Megibung di Bali, khususnya di Karangasem, merupakan lebih dari sekadar makan bersama. Ini adalah simbol kuat kebersamaan, kesetaraan, dan nilai-nilai kekeluargaan yang telah diwariskan turun-temurun.
Dimulai sekitar tahun 1692 Masehi oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem, tradisi ini bermula dari kebiasaan makan bersama para prajuritnya setelah ekspedisi penaklukan di Lombok.
Dilakukan dengan cara duduk melingkar dalam posisi yang kini dikenal sebagai Megibung. Tradisi ini bukan hanya dianut oleh umat Hindu saja tetapi juga umat Muslim di Karangasem, khususnya di Kampung Islam Kecicang.
Makanan dalam tradisi Megibung biasanya disiapkan secara gotong royong dan terdiri dari nasi putih dan beragam lauk khas Bali. Nasi diletakkan dalam wadah besar bernama gibungan atau naren, sementara lauk pauk tersaji di wadah terpisah yang disebut karangan.
Peserta makan dengan duduk bersila dan melingkar dan menyantap makanan menggunakan tangan. Tentunya dengan etika seperti mencuci tangan sebelum makan, tidak menjatuhkan sisa makanan, dan menunggu semua selesai sebelum beranjak.

Megibung bukan hanya sekadar ritual makan biasanya, namun sarat makna filosofis. Tradisi ini mencerminkan kebersamaan, kesetaraan tanpa memandang status sosial, kerukunan, syukur, dan semangat gotong royong.
Biasanya dilakukan pada acara penting seperti upacara adat dan keagamaan (pernikahan, odalan di pura, ngaben, upacara tiga bulanan, dan hajatan lainnya), tetapi juga bisa dilakukan dalam lingkup keluarga atau komunitas untuk mempererat silaturahmi.
Meskipun kemudahan akses katering dan perubahan kebiasaan makan mengancam kelestariannya, upaya pelestarian terus dilakukan. Termasuk melalui paket wisata kuliner. Pada tahun 2018, Megibung ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Mengenal Lebih Dalam Tradisi Megibung
Proses persiapan makanan Megibung melibatkan partisipasi aktif seluruh anggota masyarakat, mencerminkan nilai gotong royong yang kuat. Makanan disajikan secara prasmanan dan dimakan bersama-sama, menciptakan suasana yang meriah dan menyenangkan.
Peserta biasanya dibagi dalam kelompok kecil (5-8 orang) yang disebut sela. Etika dalam Megibung menekankan kesopanan dan rasa hormat antar sesama, memperkuat ikatan sosial dan menciptakan suasana harmonis.
Megibung sering dilakukan setelah upacara keagamaan atau panen sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks menyambut Ramadhan, Megibung di Karangasem juga memiliki makna tersendiri.
Tradisi ini menunjukkan keharmonisan dan kebersamaan masyarakat Bali dalam menyambut bulan suci, menjadi perpaduan unik antara budaya Bali dan nilai-nilai keislaman. Hal ini menunjukkan toleransi dan kerukasan antar umat beragama di Bali.

Di beberapa daerah di Indonesia, terdapat tradisi unik menjelang Ramadhan. Megibung dengan makna kebersamaan dan kekeluargaan yang kuat merupakan contoh nyata bagaimana tradisi dapat mempererat tali persaudaraan dan menjadi bagian integral dari identitas budaya.
Tradisi ini bersama dengan tradisi-tradisi unik lainnya di Indonesia menunjukkan semangat masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadhan dengan penuh berkah dan nilai spiritual. Meskipun tradisi Megibung semakin jarang dilakukan karena perubahan gaya hidup, upaya pelestariannya terus dilakukan.
Kesimpulannya, Megibung adalah tradisi yang kaya akan makna dan nilai-nilai luhur. Lebih dari sekadar makan bersama, tradisi ini memperlihatkan keindahan kebersamaan, kesetaraan, dan syukur dalam masyarakat Bali.