Asal Muasal & Pengertian Istilah Takjil Berikut Hukum dalam Islam
"Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka."
"Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka."
Asal Muasal & Pengertian Istilah Takjil Berikut Hukum dalam Islam
Memasuki bulan Ramadhan, berbagai penjual berbaris di pinggir jalan menawarkan aneka jajan dan kudapan lezat untuk dikonsumsi saat buka puasa. Budaya berburu takjil ini mengakar di masyarakat Indonesia sejak lama.
Dilansir dari laman Muhammadiyah.or.id, kata takjil disebutkan dalam Hadits Nabi Muhammad Riwayat Bukhari dan Muslim yang berbunyi, "Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka."
Istilah 'menyegerakan' atau Ajjalu, dalam bahasa Arab memiliki medan semantik yaitu ajjala, yu'ajjilu, dan ta'jilan yang artinya menyegerakan.
Dalam KBBI sendiri, kata takjil memiliki arti sebagai 'mempercepat (berbuka puasa)'
Selain takjil memiliki makna sebagai makanan yang disegerakan saat berbuka, takjil juga sering dibagikan pada orang-orang lain yang sedang berpuasa pula, sehingga lahirlah istilah ‘bagi-bagi takjil.’
Dalam Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda:
"Barang siapa yang memberi buka orang yang berpuasa, niscaya dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sama sekali."
Kehadiran takjil di bulan puasa sekaligus menjadi angin segar bagi masyarakat pecinta kuliner.
Bagaimana tidak, apabila jam menunjukan pukul 5 sore maka para pedagang otomatis akan berjajar menampilkan produk-produk makanan yang sayang untuk dilewatkan.
Dengan makanan yang berwarna-warni dan beraneka ragam bentuknya, berburu takjil menjadi kegiatan andalan masyarakat Indonesia menjelang berbuka. Biasanya, tempat-tempat yang dikenal sebagai pusat takjil akan dikerumuni oleh banyak orang.
Menariknya, dilansir dari survei yang dirilis Good Stats, gorengan menduduki peringkat pertama sebagai takjil favorit masyarakat Indonesia untuk ramadhan 2024 dengan persentase mencapai 74%.
Disusul dengan air mineral, buah, sup buah, teh, dan kolak.
Dari survei tersebut bisa dikatakan masyarakat Indonesia memiliki preferensi mengkonsumsi makanan ringan untuk awalan berbuka puasa.
Selain euforia berburu takjil yang digemari oleh banyak orang, takjil juga berperan untuk mengangkat kembali makanan-makanan tradisional yang sejenak dilupakan oleh masyarakat, lho.
Kita bisa dengan mudah menemui kue lumpur, klepon, hingga nagasari di pedagang takjil pinggir jalan. Membuat makanan tradisional kembali ngetren walau hanya sesaat.
(Reporter magang: Alma Dhyan Kinansih)