Penjelasan Lengkap Dokter soal BPA Bisa Bikin Mandul
Berdasarkan studi yang dirujuk ternyata tidak ada hubungan antara BPA dengan gangguan kesuburan atau infertil.
Bisphenol A (BPA) telah menjadi perbincangan hangat dalam beberapa tahun terakhir, terutama mengenai kaitannya dengan masalah infertilitas. BPA merupakan salah satu komponen dalam polikarbonat yang digunakan untuk membuat wadah makanan dan minuman, serta dapat ditemukan di lingkungan seperti air, tanah, dan udara.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Ervan Surya menjelaskan berdasarkan studi yang dirujuk, tidak ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara BPA dan gangguan kesuburan. Sebuah studi meta-analisis yang dilakukan antara tahun 2013 hingga 2022 yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Medicine meneliti hubungan BPA dengan fertilitas perempuan melalui tiga parameter: kebutuhan akan IVF (in-vitro fertilization), PCOS (polycystic ovarian syndrome), dan endometriosis.
"Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara BPA dengan endometriosis, IVF, dan PCOS," ungkap Ervan dalam Forum Ngobras di Jakarta Pusat belum lama ini.
Faktor-Faktor Infertilitas
Infertilitas, yang sering disebut sebagai mandul oleh masyarakat umum, adalah kondisi di mana seorang perempuan tidak hamil dalam waktu satu tahun setelah melakukan hubungan seksual secara teratur 2-3 kali seminggu tanpa menggunakan kontrasepsi. Infertilitas dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari perempuan, laki-laki, atau keduanya.
Pada perempuan, penyebab utama infertilitas adalah gangguan pada tuba falopi dan panggul, yang masing-masing menyumbang 40 persen, serta disfungsi ovulasi yang juga mencapai 40 persen. Selain itu, terdapat kondisi tidak biasa seperti penyakit autoimun dan penyebab yang tidak dapat dijelaskan. Hal ini diungkapkan oleh seorang pria yang berpraktik di Tzu Chi Hospital. Di sisi lain, pada laki-laki, infertilitas dapat disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah atau varises pada testis (varikokel).
Infeksi yang merusak produksi sperma juga menjadi faktor penyebab, serta disfungsi seksual, seperti ketidakmampuan penis untuk ereksi. Selain itu, kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol terbukti dapat memicu infertilitas.
"Hubungan antara rokok dan infertilitas sudah terbukti, namun banyak orang tetap merokok. Sementara itu, mengenai BPA yang masih diragukan, kita justru merasa khawatir," ujar Ervan.
Perbincangan mengenai BPA membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI merilis pernyataan terkait senyawa kimia tersebut. Menurut ketentuan dalam Peraturan Badan POM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan, batas maksimum migrasi BPA ditetapkan sebesar 0,6 bagian per juta (bpj, mg/kg).
BPOM menegaskan BPA dapat membahayakan kesehatan jika dikonsumsi melebihi batas maksimum yang dapat diterima oleh tubuh. BPOM juga melakukan pengujian terhadap air minum dalam kemasan galon. Hasil pengambilan sampel dan pengujian laboratorium pada kemasan galon air mineral dalam kemasan polikarbonat yang dilakukan pada tahun 2021 menunjukkan adanya migrasi BPA dengan rata-rata sebesar 0,033 bpj.
"Angka ini jauh di bawah batas maksimum migrasi yang ditetapkan oleh Badan POM, yaitu 0,6 bpj," ujar BPOM dalam pernyataan resminya pada tahun 2021.