Potret Desa Hanya Dihuni 4 Rumah, Terikat Pitutur Warisan
Merdeka.com - Sejumlah desa unik tersebar di tanah air. Hingga tak jarang dijadikan sebagai wisata atau dikunjungi orang karena keunikannya tersebut. Seperti desa satu ini.
Lantaran hanya dihuni oleh empat kepala keluarga. Tentu saja lokasinya tampak sepi dan akses tidak mudah. Tepatnya di Desa Condro, Karangsumber, Winong, Pati, Jawa Tengah.
Menurut pitutur warisan turun menurun, hanya boleh dihuni tujuh rumah. Sayangnya kini penduduknya mulai berkurang. Sehingga tinggal empat rumah saja.
-
Di mana letak rumah terpencil itu? 'Kalau membangun rumah di sini bahan materialnya diusung pakai motor,' kata salah satu penghuni rumah itu. Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga.
-
Dimana letak kampung terpencil ini? Dusun Jurang Sempu yang berada di Desa Dayakan, Kecamatan Badegan merupakan salah satu desa terpencil di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
-
Apa yang unik dari desa ini? Dengan penduduk sekitar 4.000 orang, kisah desa ini sama uniknya dengan arsitekturnya.Kisah menakjubkan ini berawal dari penduduk desa yang mengabaikan keamanan karena keyakinan mereka pada Dewa Shani, yang mereka anggap sebagai pelindung desa.
-
Dimana kampung terpencil itu berada? Dusun Gunung Tengu merupakan sebuah perkampungan mati yang berada di tengah perkebunan kopi, lokasinya berada di Desa Sidoharjo, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung.
-
Bagaimana akses menuju kampung terpencil itu? Akses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
-
Apa yang ada di rumah terpencil itu? Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga. Mereka tergabung dalam keluarga Bapak Wiyono.
Penasaran dengan kondisi pedesaannya? Simak ulasan berikut ini.
Hanya Dihuni 4 Rumah
Sesuai dengan pitutur warisan yang dijaga, wilayah Condro, sepatutnya hanya dihuni oleh tujuh keluarga atau rumah saja.
Sayangnya kini tinggal empat kepala keluarga saja yang setia bertahan, yakni Mbah Giman, Mbah Sani, Mbah Suntoro, dan Mbah Paseman.
kanal YouTube Haris Horre ©2021 Merdeka.com
"Di sini ada empat rumah, dulu terkenal tujuh. Sekarang tinggal empat. Yang tiga dulu di kiri jalan itu sudah pindah," kata Mbah Giman seperti dilansir dari kanal YouTube Haris Horre.
"Ajeg pitu (bertahan tujuh)," ujarnya tertawa.
Empat kakek tersebut memang penghuni asli setempat. Tak ada ikatan saudara, sebatas tetangga desa.
"Ada Mbah Giman, Mbah Sani, Mbah Suntoro, Mbah Paseman. Sekedar tetangga, bukan saudara sedarah dari dulu," imbuhnya.
Alasan Pindah Karena Akses Susah
kanal YouTube Haris Horre ©2021 Merdeka.com
Sayangnya desa tersebut masih didominasi jalan setapak. Untuk kendaraan masuk wilayahnya pun hanya bisa diakses dengan sepeda motor.
Sehingga tiga keluarga sebelumnya memilih untuk pindah ke desa atau wilayah lain. Ditambah lagi, desa Condro dikelilingi persawahan dan perkebunan terbentang. Sehingga pemandangannya begitu asri nan sejuk.
"Podo pindah, amargi dereng diaspal (banyak yang pindah karena jalan belum diaspal)," ujar Mbah Giman.
Menurutnya, sebenarnya jika akses baik tentu mempermudah pembangunan dan aktivitas warga di sana.
"Kalau jalannya bagus, sebenarnya bisa. Cuma materialnya tidak bisa masuk, kurang lebar, untuk memuat pasir kan tidak kuat," imbuhnya.
Berharap Desanya Tetap Lestari
Mbah Giman sendiri saat ini hanya tinggal bersama istrinya. Keduanya bekerja sebagai petani untuk mencukupi kebutuhan. Untuk kegiatan kumpul kampung, orang-orang di Condro harus bergabung dengan desa lain.
"Pertama ngehuni Condro, sejak belum merdeka. Tidak ada Rt, jadi kalau kumpulan Rt gabung sama Karangmalang," jelas Mbah Giman.
"Anak saya kalau sudah punya pasangan, milih pergi sama pasangannya, ada yang ke Karangmalang, ada Malangan, Karang Bolong," tukas seorang bapak.
kanal YouTube Haris Horre ©2021 Merdeka.com
Mbah Giman berharap desa Condro akan tetap lestari. Kemudian ada pertambahan penduduk, meski tetap menjaga jumlah tujuh tadi.
"Semoga tetap lestari, tetap ada, tidak pindah semua. Condro itu tidak boleh dirusuhi orang, mboten dicandak uwong (tidak diambil orang). Itu motor pernah diambil orang, selang dua hari sudah balik lagi," pungkas Mbah Giman. (mdk/kur)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setelah ditinggal warganya, kampung ini kemudian berganti nama menjadi Mojokoncot
Baca SelengkapnyaSebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca SelengkapnyaTersembunyi di balik gua, begini potret kampung unik di Kebumen.
Baca SelengkapnyaAkses yang sulit membuat warga yang tinggal di sana sulit pergi ke mana-mana
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaKampung ini terletak di tengah hutan Taman Nasional Meru Betiri
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaBangunan semi permanen ini berukuran sedang, terkesan seperti minimalis.
Baca SelengkapnyaBerkunjung ke Dusun Malangbong seakan bernostalgia dengan suasana pedesaan tahun 1980-an.
Baca SelengkapnyaPenghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, rumah sederhana ini bisa dihuni puluhan keluarga.
Baca Selengkapnya