Rekaman Video Suporter PSG Bentangkan Spanduk Raksasa 'Free Palestine', Dibela UEFA Bikin Menteri Prancis Murka
Bendera raksasa berisi dukungan Palestina dibentangkan suporter Paris Saint-Germain di Liga Champions.
Pendukung klub Paris Saint-Germain mengibarkan bendera bernada dukungan kepada Palestina di pertandingan Liga Champions kontra Atletico Madrid pada Rabu (6/11) malam waktu setempat.
Dalam video yang diunggah akun Instagram @palestine.pixel, terlihat para suporter di tribun utara membentangkan bendera raksasa dengan lebar 50 meter dan tinggi 20 meter.
Bendera raksasa itu terbentang di kedua tingkat tribun di belakang gawang PSG dengan tulisan 'Free Palestine' yang sangat besar.
Dalam bendera tersebut, tergambar ilustrasi militan Hamas dan bendera Palestina serta Lebanon dengan gambar Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki sebagai pusatnya.
Selain itu, terdapat sebuah tulisan panjang yang dipasang di pagar pembatas suporter.
“Perang di lapangan, namun perdamaian di dunia,” tulis pesan suporter.
Bendera tersebut sekaligus menunjukkan peta sejarah Palestina.
Dikecam Menteri Dalam Negeri Prancis
Dikutip dari Reuters, Jumat (8/11) Menteri Dalam Negeri Prancis Bruno Retailleau mengkritik pemasangan spanduk raksasa “Bebaskan Palestina” oleh suporter Paris Saint-Germain (PSG) sebelum pertandingan Liga Champions UEFA melawan Atletico Madrid.
Retailleau menyebut bahwa tindakan tersebut sangat “tidak dapat diterima”.
Usai kejadian tersebut, Retailleau “menuntut penjelasan” dari klub setelah kelompok penggemar berat Paris Ultras Collective (CUP) meluncurkan spanduk sebelum kickoff di stadion Parc des Princes pada hari Rabu (6/11) lalu.
“Saya sekarang ingin tahu lebih banyak alasan spanduk ini bisa dibentangkan. Kepala polisi Paris (Laurent Nunez) menjelaskan apa yang terjadi. Kami menyepakati sejumlah hal tetapi saya menuntut akuntabilitas,” jelasnya.
Menurutnya, PSG harus tegas agar tidak ada unsur politik yang dilarang dalam ranah sepak bola Prancis dan UEFA.
“Saya meminta PSG untuk menjelaskan dirinya sendiri dan klub-klub untuk memastikan bahwa politik tidak merusak olahraga, yang harus selalu menjadi sumber persatuan,” katanya.
Jika terjadi lagi, pihaknya tak menutup kemungkinan akan melarang penuh spanduk yang berkaitan dengan unsur politik.
“Jika hal ini terjadi lagi, kami harus mempertimbangkan untuk melarang spanduk bagi klub yang tidak menegakkan aturan,” tambahnya.
Pasca pertandingan, PSG mengatakan mereka tidak mengetahui “adanya rencana untuk menampilkan pesan seperti itu”.
UEFA Tak Akan Sanksi PSG
Kritik keras dari Menteri Retailleau tak sejalan dengan pandangan otoritas sepak bola Eropa (UEFA).
Dalam keterangannya, UEFA mengatakan PSG tidak akan menghadapi proses disipliner karena hanya melarang pesan-pesan politik yang dianggap menghina atau provokatif.
“Oleh karena itu, tidak akan ada kasus disipliner karena spanduk yang dikibarkan dalam kasus ini tidak dapat dianggap provokatif atau menghina dalam kasus tersebut,” kata juru bicara UEFA.
Sikap UEFA tentu sangat berbeda dengan yang dialami klub Liga Premier Skotlandia Glasgow Celtic.
Celtic didenda $19.000 karena penggemar mereka mengibarkan bendera Palestina selama pertandingan Liga Champions setelah perang di Gaza pecah.
Para penggemar Celtic menentang keras larangan mengibarkan bendera Palestina sebelumnya.
“Kami tidak malu dan tegas atas dukungan kami terhadap Palestina,” kata kelompok tersebut kepada Al Jazeera pada November 2023.
Jelang Laga Prancis vs Israel
Insiden itu terjadi delapan hari sebelum Prancis menjamu Israel di Paris dalam pertandingan UEFA Nations League.
Menurut informasi, Prancis akan menghadapi Israel di Stade de France Kamis depan, dan penggemar diizinkan masuk ke stadion berkapasitas 80.000 orang.
Merespons kejadian tersebut, PSG pun memastikan bahwa stadion mereka menjadi tempat perkumpulan massa yang semangat dan tidak mendukung politik apapun.
“Paris St Germain mengingatkan bahwa Parc des Princes adalah – dan harus tetap ada – tempat persekutuan dalam semangat bersama terhadap sepak bola dan dengan tegas menentang pesan apa pun yang bersifat politik di stadionnya,” tambah klub tersebut.
Adapun Prancis sendiri memiliki komunitas Yahudi terbesar di Eropa dan terbesar ketiga di dunia, jauh di belakang Amerika Serikat dan Israel serta jumlah Muslim terbesar di Eropa.
Pertandingan itu akan dihadiri para pendukung Israel. Pada bulan lalu, pejabat kepolisian Paris mengatakan pertandingan itu terbuka untuk umum.