Sosok Gustavo Petro, Mantan Pemberontak Sukses Jadi Presiden Kolombia Keras Dukung Palestina
Dengan lantang dan berani, Petro menyatakan sikapnya menolak Israel atas pembantaian yang dilakukan terhadap warga sipil di Gaza, Palestina.
Dengan lantang dan berani, Petro menyatakan sikapnya menolak Israel atas pembantaian yang dilakukan terhadap warga sipil di Gaza, Palestina.
Sosok Gustavo Petro, Mantan Pemberontak Sukses Jadi Presiden Kolombia Keras Dukung Palestina
Presiden Kolombia Gustavo Petro belakangan mencuri perhatian dunia internasional. Dengan lantang dan berani, Petro menyatakan sikapnya menolak Israel atas pembantaian yang dilakukan terhadap warga sipil di Gaza, Palestina.
Dia bahkan memutus hubungan diplomatik Kolombia dengan Israel dan meminta mahkamah internasional menangkap Netanyahu.
Terbaru, Gustavo Francisco Petro Urrego bahkan dengan berani membalas kicauan Netanyahu di media social X (dulu Twitter) dan menyebut orang nomor satu di Israel itu pelaku genosida.
Lantas bagaimana profil dan latar belakang Gustavo Francisco Petro Urrego? Simak selengkapnya.
Pria kelahiran Ciénaga de Oro, Córdoba, Kolombia, pada 19 April 1960 itu adalah seorang ekonom, administrator publik, spesialis lingkungan hidup dan pembangunan kependudukan, mantan walikota Bogotá dan Senator Republik.
Gustavo Petro diketahui telah tiga kali menikah dan memiliki lima orang anak.
Dikutip dari gustavopetro.co, Gustavo Petro merupakan lulusan sejumlah universitas. Dia merupakan lulusan Externado University of Colombia.
Dia juga lulusan Escuela Superior de Administracion Pública (ESAP) dengan studi spesialisasi di bidang Administrasi Publik.
Selain itu dia juga merupakan lulusan studi Magister Ekonomi dari Universitas Javeriana, Spesialisasi dalam Lingkungan dan Pembangunan Kependudukan di Universitas Katolik Louvain dan Studi Doktoral dalam Tren Baru dalam Administrasi Bisnis di Universitas Salamanca.
Dilansir Anadolu Ajansi, Gustavo Petro merupakan mantan pejuang gerilya yang menjadi kepala negara sayap kiri pertama di negara itu.
Dia mengalahkan pengusaha jutawan Rodolfo Hernandez dalam pemilu putaran kedua yang digelar pada 19 Juni 2022 dengan selisih sekitar 700.000 suara, secara telak.
Pada usia 21 tahun, Gustavo Petro bergabung dengan kelompok gerilya kota M-19, yang kemudian menghabiskan satu setengah tahun di penjara.
Politisi tersebut mengaku beberapa hari setelah penangkapannya, dia disiksa oleh tentara dan kemudian dihukum karena kepemilikan senjata secara ilegal.
Pada tahun 2010, ia menjabat sebagai anggota kongres dan pada tahun 2011 ia menjadi walikota Bogota, posisi yang mendorongnya menjadi sorotan nasional di tengah banyak kontroversi.
Pada tahun 2015, ia mengakhiri masa jabatannya dengan popularitas rendah.
Dia telah mencalonkan diri sebagai presiden tiga kali dan pada tahun 2018 dia dikalahkan oleh kandidat sayap kanan Ivan Duque.
Di pilpres 2022, Gustavo Petro berhasil memenangkan kursi Presiden dengan Wakil Presidennya Francia Marquez. Sang Wapres adalah seorang aktivis dan mantan pembantu rumah tangga. Dia menjadi Wapres perempuan kulit hitam pertama di negara itu.
Saat kampanye Pilpres, Petro berjanji untuk sepenuhnya melaksanakan perjanjian damai tahun 2016 yang mengakhiri konflik 50 tahun dengan gerilyawan FARC dan mengupayakan perundingan damai dengan pemberontak ELN yang masih aktif.
Ia juga akan mendistribusikan kembali sistem pensiun negaranya dan mengakhiri ekstraksi minyak, yang membuat banyak investor ketakutan.
Dia juga berjanji untuk menaikkan pajak bagi orang-orang kaya dan membebankan biaya kepada pemilik tanah besar untuk lahan yang tidak produktif
Dia juga ingin memikirkan kembali "perang melawan narkoba" dan memulihkan hubungan dengan Venezuela.