Warga Palestina yang Ditahan Israel Kembali Wafat Akibat Disiksa, Sosok Menteri Zionis 'Dalang' Penyiksaan Tahanan Disorot
Atas peristiwa ini, kekejaman tentara Israel yang didalangi satu sosok menteri zionis kembali disorot.
Warga sipil Palestina kembali dilaporkan menjadi korban meninggal usai ditahan di penjara Ramon, Israel. Sebelum dinyatakan meninggal dunia, korban disebut memiliki tanda penyiksaan hingga kelaparan serius setelah ditahan lebih dari lima bulan.
Atas peristiwa ini, kekejaman tentara Israel yang didukung salah satu sosok menteri zionis kembali disorot. Dia ternyata memiliki rekam jejak yang begitu kontroversial.
Bahkan, perannya di pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjadi perhatian dunia. Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Tahanan Israel Kembali Wafat
Belum lama ini, Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Otoritas Palestina dan Masyarakat Tahanan Palestina (PPS) kembali mengumumkan kematian dari salah satu eks tahanan Israel.
Mohammed Munir Mousa (37) asal Betlehem dilaporkan meninggal dunia di Rumah Sakit Soroka Israel, Jumat (11/10) lalu.
Sebelum wafat, Mousa diketahui ditahan sejak 20 April 2023 di Penjara Ramon dan tidak memiliki masalah kesehatan yang serius.
Dalam keterangan yang dirilis, Mousa disebut memilik kondisi memprihatinkan. Dia memiliki tanda-tanda yang disebabkan oleh penyiksaan, kelaparan, hingga pengabaian medis.
Kekejaman Penjara Israel
Sebelumnya, Israel turut menerapkan penahanan terhadap ribuan warga Palestina disamping secara brutal melakukan serangan udara di berbagai wilayah Gaza.
Sebagaimana laporan kantor berita Anadolu pada Selasa (8/10) lalu, setidaknya 5.192 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Namun, jumlah ini hampir dua kali lipat menjadi 9.623 sejak Juli tahun ini.
Fasilitas penahanan Sde Teiman di Gurun Negev yang menjadi pusat para tawanan menjadi saksi bisu atas kekejaman pasukan Israel.
Sebuah laporan oleh organisasi nirlaba Asosiasi Hak Sipil di Israel (ACRI) mengungkapkan bahwa pelanggaran fisik dan psikologis terjadi di Sde Teiman.
Para tentara Israel diduga telah menerapkan praktik pelecehan, penyiksaan, dan pengabaian medis terhadap warga Palestina yang ditahan, menurut laporan dari organisasi non-profit Israel, B'Tselem.
Per 29 Juli lalu, militer Israel sedang menyelidiki kematian 48 warga Palestina di penjara-penjara Israel. Sebagian besar dari mereka ditahan di Jalur Gaza, dengan 36 di antaranya meninggal di Sde Teiman.
Sikap Kontroversial Menteri Israel Itamar Ben-Gvir
Di tengah kekejaman yang terus dirasakan para warga sipil dan tahanan, ada sikap kontroversial Menteri Israel Itamar Ben-Gvir.
Dalam sebuah laporan, Ben-Gvir disebut telah menghasut kekerasan terhadap para tahanan. Dia bahkan tak segan untuk mendokumentasikan aksi keji para tentara Israel dan dibagikan secara luas.
Tak lain, hal itu bertujuan untuk memuaskan keinginan balas dendam masyarakat Israel.
“Dia [Ben-Gvir] bahkan mendokumentasikan tindakan-tindakan ini untuk dibagikan, yang bertujuan untuk memuaskan keinginan balas dendam dalam masyarakat Israel dan menghasut kekerasan terhadap tahanan," demikian dikutip dari laman resmi Wafa News Agency, Senin (14/10).
Itamar Ben-Gvir sendiri merupakan sosok pengacara terkenal sekaligus politikus pimpinan partai sayap kanan jauh Israel Otzma Yehudit. Kini, dia diketahui menyandang posisi sebagai Menteri Keamanan Nasional.
Dia beberapa kali kedapatan mengambil langkah yang secara sengaja menyulut kemarahan dunia dan kelompok yang tak memiliki satu pandangan dengannya.
Salah satunya mengenai tuduhan hasutan rasis kepada warga Arab Israel yang membuatnya tertulis ke dalam daftar teroris asal Israel. Dia pun pernah dihukum pada tahun 2007 lalu.
Atas rekam jejak Ben-Gvir yang begitu kontroversial, penunjukannya sebagai menteri dalam pemerintahan Netanyahu ini dianggap cukup bertentangan dengan opini dunia.
Israel diketahui melanjutkan ofensif brutalnya di Jalur Gaza setelah serangan oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, lebih dari 41.800 orang telah tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, sementara lebih dari 96.800 lainnya dilaporkan mengalami luka.
Serangan Israel telah memaksa hampir seluruh penduduk Jalur Gaza mengungsi di tengah blokade yang berkelanjutan, menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel kini menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional terkait tindakannya di Jalur Gaza.