4 Penderitaan eks karyawan 7-Eleven, pesangon tak dibayar hingga sulit cari kerja
Merdeka.com - PT Modern Internasional Tbk resmi menutup produk anak usahanya yaitu toko ritel 7-Eleven. Penutupan toko ini disinyalir akibat batalnya kesepakatan penjualan franchise kepada PT Charoen Phokphand Restu Indonesia sebesar Rp 1 triliun.
Penutupan gerai ini serentak dilakukan pada 30 Juni 2017. Perseroan mengaku terbebani oleh biaya operasional gerai 7-Eleven. Banyaknya tempat yang disewa menyebabkan biaya pengeluaran membengkak.
"Mereka mengatakan lumayan beban mereka untuk pembiayaan itu cukup besar sehingga mereka merasa sebaiknya mereka menghentikan kegiatan (7-Eleven) ini dulu. Itu kan memberatkan mereka lumayan banyak lah misalnya karyawan hitung saja 10 karyawan dan ada 4 toko," ujar Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Samsul Hidayat usai bertemu pihak PT Modern Internasional Tbk.
-
Siapa pemilik Toko Riang sekarang? Saat ini, pemilik Toko Riang adalah seorang nenek tangguh bernama Endah Sumarni.
-
Siapa yang diusir pemilik toko? Pemilik toko makanan di Vietnam ini terlihat begitu marah. Ia bahkan mengusir satu keluarga dari tokonya. Pemilik toko ini tidak gentar mengusir paksa keluarga Israel tersebut.
-
Kenapa Toko Gunung Agung tutup? Toko ini ditutup lantaran kerugian operasional semakin membengkak.
-
Kapan Toko Gunung Agung mulai tutup? Sejak 2020, beberapa tokonya ditutup perlahan.
-
Kenapa Pesulap Merah membongkar toko? Pesulap Merah adalah orang yang biasa membongkar praktik perdukunan di Indonesia.
-
Di mana produk-produk itu dijual? Sebuah studi baru mengungkapkan adanya ratusan produk kosmetik yang mengandung bahan terlarang. Pada hari Rabu, European Chemicals Agency (ECHA) merilis temuannya setelah menyelidiki hampir 4.500 produk kosmetik di 13 negara Eropa.
Eks karyawan Seven Eleven minta pesangon ©2017 istimewa
Sementara itu, Direktur PT Modern Internasional Tbk Chandra Wijaya membeberkan penutupan bisnis ritel yang berdiri sejak 2009 tersebut dipastikan tutup usai tidak menemui kesepakatan dengan PT Charoen Pokphand Resto Indonesia.
Penyebab lainnya adalah perseroan melakukan ekspansi gerai 7-Eleven terlalu dini sehingga sebagian besar kebutuhan ekspansi tersebut dibiayai oleh pinjaman. Kewajiban pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang signifikan mengganggu modal kerja yang dapat digunakan untuk operasi bisnis 7-Eleven.
"Selain itu daya beli masyarakat yang melemah sejak 2015 dan terus berlanjut sampai saat ini. Pertumbuhan bisnis retail yang melambat juga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan bisnis 7-Eleven," jelas Chandra.
Keadaan tersebut semakin diperparah dengan pelarangan penjualan minol (minuman beralkohol) di gerai-gerai mini market yang efektif berlaku per April 2015. Pelarangan penjualan minol dianggap mempengaruhi penjualan snack dan cuntectionary. "Sejak pelarangan itu penurunan penjualan sangat terasa," katanya.
Eks karyawan Seven Eleven minta pesangon ©2017 Merdeka.com/Yayu
Direktur Komersial PT Modern Sevel Indonesia Ivan Budiman mengatakan penutupan gerai berdampak pada penghentian 1.300 karyawan di seluruh wilayah operasional. Menurutnya, perusahaan telah mendata seluruh karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Perusahaan juga akan berusaha menyelesaikan kewajiban yang ada sesuai dengan peraturan dan regulasi yang ada. "Total karyawannya kita selesaikan sesuai dengan perUUan tenaga kerja. Itu berdasarkan masa kerja disesuaikan dengan peraturan yang ada," jelasnya.
Namun, hingga kini belum ada kejelasan yang diberikan perseroan ke para eks karyawannya. Bahkan, eks karyawan harus melakukan aksi yang digelar di kantor pusat PT Modern Internasional Tbk di Matraman, Jakarta Timur, Selasa (26/9). Tuntutannya adalah pesangon, THR, BPJS, gaji dan tunjangan.
Perseroan pun belum bisa memenuhi keinginan eks karyawan tersebut. Sebab, perseroan harus membayar utang terlebih dahulu mencapai ratusan miliar.
Ini 4 penderitaan para eks karyawan 7-Eleven yang dijanjikan manajemen terkait kewajiban pembayaran hak-haknya. Berikut penderitaannya seperti dirangkum merdeka.com:
Belum dibayar pesangon Rp 20,7 miliar
Sekitar 150 eks pegawai 7-Eleven menggeruduk kantor PT Modern International Tbk (MDRN), Matraman, Jakarta Timur, Selasa (26/9). Mereka menuntut hak mereka yang belum dibayarkan semenjak gerainya ditutup pada 30 Juni 2017.Pantauan merdeka.com, aksi dimulai sejak pukul 10.00 WIB hingga pukul 13.30 WIB. Salah satu eks karyawan, Ade mengatakan bahwa mereka belum menerima pesangon yang telah dijanjikan oleh pihak perusahaan. Selain itu, iuran BPJS pun tak dibayarkan."Tadi kita perwakilan delapan orang bertemu dengan pihak manajemen," ujar Ade kepada merdeka.com.Dalam pertemuan tersebut, eks pegawai mengajukan lima tuntutan kepada pihak manajemen yaitu pesangon, gaji, THR, tunjangan dan BPJS. Pesangon diberikan kepada 279 karyawan tetap sebesar Rp 20,7 miliar."Rp 20,7 miliar itu untuk 279 karyawan tetap," tegas Ade.Sementara itu, untuk gaji Juni 2017 sudah dibayar semuanya meski pembayarannya dilakukan dengan dicicil. Namun, untuk gaji Juli 2017, eks pegawai belum mendapat bayaran sepeser pun."Kita closing 30 Juni kan enggak bisa langsung ditinggal begitu saja. Harus dijagain barangnya, diaudit buat serah terima itu belum dibayar gajinya. THR baru setengahnya dan BPJS dari Januari sampai Juni yang dipotong lewat gaji belum dibayarkan," tegasnya.
THR dibayar setengah
Sekitar 150 eks karyawan 7-Eleven menunjukkan kekecewaannya dengan cara menggeruduk kantor PT Modern International Tbk (MDRN) di Matraman, Jakarta Timur, Selasa (26/9). Mereka menuntut hak mereka yang belum dibayarkan semenjak gerai ditutup pada 30 Juni lalu.Salah satu eks karyawan 7-Eleven, Ade mengatakan saat gerai ditutup, karyawan mendapat pemberitahuan empat hari sebelum Lebaran Idul Fitri atau tanggal 21 Juli 2017. "Empat hari sebelum lebaran baru dikasih tahu mau tutup. Perwakilan karyawan dipanggil oleh manajemen memutuskan kita setop operasi," ujar Ade kepada merdeka.com.Ade mengaku kaget mendengar pengumuman tersebut. Dengan berat hati, Ade bersama rekannya yang lain menyampaikan kabar tersebut kepada seluruh karyawan 7-Eleven yang berjumlah sekitar 1.500 orang."Pokoknya Lebaran itu kita sedih," tegasnya.Tidak hanya itu, Tunjangan Hari Raya (THR) untuk karyawan juga belum dibayar sepenuhnya. Baru sekitar 50 persen THR yang masuk ke kantong karyawan.Untuk itu, mereka akan terus berjuang untuk memperoleh hak-hak karyawan. Ade dan rekan-rekan pun terpaksa melakukan aksi tersebut agar perusahaan mengabulkan tuntutannya."Biar tahu kalau kami masih ada," jelas Ade.
Sulit cari kerja baru
PT Modern International Tbk (MDRN) telah menutup semua gerai 7-Eleven per tanggal 30 Juni 2017. Penutupan tersebut meninggalkan cerita pilu yang dialami oleh karyawan yang mendadak harus kehilangan pekerjaan.Salah satu eks karyawan 7-Eleven, Ade mengatakan jumlah karyawan 7-Eleven pada saat itu berjumlah sekitar 1.500 dengan status tetap sebanyak 279 orang."Kita kerja bahkan ada yang sudah mengabdi selama 25 tahun sejak zaman Fuji Film," kata Ade kepada merdeka.com, di kantor pusat 7-Eleven, Matraman, Jakarta Timur, Selasa (26/9).Ade mengatakan, banyak rekannya yang kesulitan mencari pekerjaan baru karena usia mereka sudah tak lagi muda. Terutama, karyawan lama yang umurnya rata-rata sudah di atas 40 tahun."Rata-rata usia pegawai disini usia senja. Kalau yang masih muda-muda sih gampang (cari kerja baru)," jelasnya.Ade menambahkan, saat gerai 7-Eleven ditutup, karyawan mendapat pemberitahuan empat hari sebelum Lebaran Idul Fitri atau tanggal 21 Juli 2017.Ade mengaku kaget mendengar pengumuman tersebut. Kemudian dengan berat hati Ade bersama rekannya yang lain menyampaikan kabar tersebut kepada seluruh karyawan 7-Eleven yang berjumlah sekitar 1.500 orang."Pokoknya Lebaran itu kita sedih," ungkapnya.
Lawan Hotman Paris di pengadilan
PT Modern International Tbk (MDRN) telah menutup semua gerai 7-Eleven mereka per tanggal 30 Juni 2017. Penutupan tersebut meninggalkan beberapa masalah terkait pemenuhan hak eks karyawan oleh perusahaan.Sekitar 1.500 eks karyawan belum mendapatkan pesangon dan beberapa tunjangan lainnya. Salah satu eks karyawan 7- Eleven, Ade mengatakan saat ini mereka sedang berjuang untuk memperoleh hak mereka."Kita lagi memperjuangkan hak kita. Kita melayangkan somasi dan kita sudah menunjuk tim pengacara," ujar Ade, di kantor pusat 7-Eleven, Matraman, Jakarta Timur, Selasa (26/9).Ade mengungkapkan, pihak manajeman telah meminta eks karyawan untuk mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Niaga melalui permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU)."Pihak manajemen meminta untuk ikut mendaftarkan PKPU, Mereka pengacaranya Hotman Paris," ungkap Ade.Sementara itu, eks karyawan akan didampingi tim hukum dari Lembaga Bantuan Hukum KSBSI. "Kita ambil langkah hukum dengan tim lawyer LBH KSBI," tegasnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satunya yaitu waralaba asal Jepang yang sangat diganderungi anak-anak remaja.
Baca SelengkapnyaKali ini gerai yang ditutup yaitu Transmart Sunset Road Denpasar Bali. Transmart Sunset Road Bali resmi ditutup pada 3 Juli 2023 kemarin.
Baca SelengkapnyaLangkah ini bagian dari transformasi bisnis menjadi lebih efisien ke depan.
Baca SelengkapnyaDalam laporan keuangannya, manajemen KFC Indonesia menjelaskan kerugian tersebut dipicu oleh dua faktor utama.
Baca SelengkapnyaAyah Mirna Salihin dituduh tak membayar uang pesangon karyawannya sebesar Rp3,5 miliar.
Baca SelengkapnyaGunawan telah bekerja sebagai penjual di Blok M sejak tahun 2015, awalnya di lantai atas sebelum lantai itu ditutup.
Baca SelengkapnyaSedikitnya 10 pabrik tekstil berskala besar di Jawa Tengah bangkrut sehingga sekitar 10 ribu karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca SelengkapnyaTikTok Shop resmi berhenti beroperasi sore ini, Rabu (4/10).
Baca SelengkapnyaPembubaran terhadap tujuh perusahaan BUMN tersebut lantaran secara bisnis sudah tidak mampu lagi bersaing.
Baca SelengkapnyaDennies Soesanto mengatakan penutupan TikTok Shop sangat berdampak pada pendapatan hariannya.
Baca SelengkapnyaPembubaran 7 perusahaan BUMN merupakan bagian dari program transformasi yang diusung sejak 2019 lalu.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli di Pasar Tanah Abang sudah mulai terasa usai Lebaran 2023, dan terus mengalami penurunan pengunjung hingga saat ini.
Baca Selengkapnya