Bisakah Masyarakat Indonesia Berhenti Bergantung pada Beras?
Masyarakat diminta untuk berhenti bergantung pada beras sebagai makanan pokok.
Masyarakat diminta untuk berhenti bergantung pada beras sebagai makanan pokok.
Bisakah Masyarakat Indonesia Berhenti Bergantung pada Beras?
Fenomena El Nino berdampak terhadap kemarau berkepanjangan di Indonesia dan mengakibatkan harga beras terus meroket.
Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian mengimbau masyarakat tidak lagi menjadikan beras sebagai makanan pokok.
-
Bagaimana bansos beras dihentikan? 'Dihentikan sementara untuk menghormati Pemilu dan pemutakhiran data. 'Tanggal 8-9 Februari 2024 hari libur, tanggal 10 Feb 2024 terakhir kampanye, 11-13 Feb 2024 merupakan hari tenang dan 14 Februari 2024 hari pencoblosan,' sambung Arief.
-
Bansos beras apa yang dihentikan? Pemerintah akan menghentikan sementara penyaluran bantuan sosial (bansos) beras kemasan 10 kilogram (kg) mulai 8-14 Februari 2024.
-
Bagaimana nasi jadi makanan pokok orang Indonesia? Saat era pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia pernah menjalankan program swasembada pangan lewat masifnya pembangunan sektor pertanian. Beras jadi komoditas utama yang dibudidayakan buat memenuhi kebutuhan pangan dalam skala besar.
-
Kapan bansos beras dihentikan? Penyaluran bansos beras kemasan 10 kg dihentikan sementara pada 8-14 Februari 2024.
-
Kenapa bansos beras dihentikan? 'Dihentikan sementara untuk menghormati Pemilu dan pemutakhiran data. 'Tanggal 8-9 Februari 2024 hari libur, tanggal 10 Feb 2024 terakhir kampanye, 11-13 Feb 2024 merupakan hari tenang dan 14 Februari 2024 hari pencoblosan,' sambung Arief.
-
Kenapa beras jadi langka? 'Satgas berdalih salah satu penyebab beras gagal panen imbas cuaca tidak menentu di beberapa daerah. Namun begitu, ketersediaan beras saat ini terbilang masih aman meski harganya mengalami perbedaan sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).'
"Tolong ditekankan betul, diversifikasi pangan. Jadi tidak hanya mengandalkan beras sebagai makanan pokok," kata Tito kepada awak media di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (3/10).
Merdeka.com
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, mengatakan jika diselisik lebih jauh, data konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia mengalami penurunan. Hanya saja, masyarakat tidak beralih ke makanan lokal sebagai pengganti beras.
"Pengganti beras kita ini bukan ke makanan lokal seperti singkong, ubi, tapi ini ke terigu, roti-rotian," ujar Tauhid kepada merdeka.com, Rabu (4/10).
Berdasarkan analisa Tauhid, tren peralihan konsumsi beras sudah terjadi sekitar 20 tahun terakhir. Pemerintah bisa saja menerapkan kebijakan yang berdampak mengubah kebiasaan masyarakat mengonsumsi beras. Misalnya, dengan mengatur sajian kue di setiap rapat tidak lagi menggunakan bahan dasar beras.
"Bisa dipaksa by system, misalnya di hotel, di restoran, di perjamuan makan sediakan ubi, jagung, dan pakan lokal lainnya," kata Tauhid.
Sementara itu, merujuk data Statista, dalam rentang tahun 2008 dan 2021, konsumsi beras global mengalami peningkatan lebih dari 65 juta metrik ton, dari 437 juta metrik ton menjadi sekitar 502 juta metrik ton.
Pada tahun 2021/2022, tiga negara dengan konsumsi beras terbanyak adalah Tiongkok, India, dan Vietnam. Pada tahun itu, sekitar 155 juta metrik ton beras dikonsumsi di Tiongkok.
Meski mengalami peningkatan, dalam data Statista juga menunjukan bahwa Indonesia merupakan masuk dalam daftar lima negara penghasil beras terbesar di dunia di tahun 2022.
Urutan pertama penghasil beras yaitu China dengan memproduksi 148,99 juta ton, kedua India dengan memproduksi 129,47 juta ton, ketiga Bangladesh 35,85 juta ton, keempat Indonesia dengan memproduksi 34,4 juta ton, dan Vietnam memproduksi beras sebanyak 26,77 juta ton.
Hanya saja, Indonesia bukanlah negara pengekspor beras.
Masih dalam data Statista, negara Urutan pertama sebagai eksportir beras adalah India 21,5 juta ton, kemudian Thailand 8,2 juta ton, Vietnam 6,8 juta ton, Pakistan 3,8 juta ton, Myanmar 2,4 juta ton, dan China 2,2 juta ton.