Bukan Daya Beli Masyarakat Turun, Ini Faktor Buat Pasar Modern Sepi Pembeli
Menteri Maman mengatakan, pasar tradisional yang sudah direvitalisasi oleh pemerintah menjadi pasar modern di beberapa daerah Indonesia malah sepi pembeli.

Menteri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Maman Abdurrahman menyebut sejumlah faktor yang buat pasar modern yang sepi pembeli di beberapa daerah di Indonesia.
Menteri Maman mengatakan, kalau diperhatikan pasar tradisional yang sudah direvitalisasi oleh pemerintah menjadi pasar modern di beberapa daerah Indonesia malah sepi pembeli, atau masyarakat tidak berbelanja ke pasar modern itu.
"Kalau kita perhatikan program revitalisasi pasar tradisional menjadi pasar modern yang dilakukan oleh pemerintah sudah luar biasa banyak. Tetapi, ada satu situasi yang ternyata setelah direvitalisasi menjadi pasar modern itu ternyata masih sepi. Betul tidak?, ini ada beberapa contoh kasus ini sepi," kata dia, saat ditemui usai menjadi pembicara di Acara Rakornas Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM) di Denpasar, Bali, Kamis (16/1) sore.
Kemudian, setelah dievaluasi ada sejumlah faktor, bahwa ada sebagian yang mengatakan karena daya beli masyarakat yang menurun dan faktor lainnya bahwa masyarakat saat ini kulturnya berubah yang sebelumnya berbelanja di pasar kini berpindah belanja secara online, dan juga ada masalah sosial seperti judi online.
"Kita coba evaluasi sebagian besar ada yang mengatakan bahwa daya beli masyarakat yang menurun. Tetapi, yang saya sampaikan ada dua hal ini permasalahannya, bukan daya beli masyarakat yang menurun," katanya.
"Pertama, kalau teman-teman sudah dapat info temuan PPATK bahwa uang rakyat, uang masyarakat, yang mengalir ke judi online itu hampir kurang lebih Rp900 triliun. Yang seharusnya bisa dibelanjakan baru dapat gaji misalnya, seharusnya bisa dibelanjakan untuk beli makanan, beli apa, tidak dibelikan dan dipakai untuk judi online, itu satu lain yah, itu problem sosial," lanjutnya.
Faktor Selanjutnya
Kemudian yang kedua ialah telah terjadi perubahan kultur dan saat ini sebagai belanja masyarakat yang dulunya belanja di pasar tradisional dan berubah menjadi pasar modern itu sudah bergeser sekarang dan berbelanja secara online.
"Itu belanja di media online. Mau beli sayur, mau beli beras, mau beli daging, beli apapun dan sebagian besar sekarang pelan-pelan sudah mulai bergeser, belum semuanya tapi sudah mulai bergeser," ujarnya.
"Nah makanya, tadi saya mengusulkan ke depan kita harus juga melihat bahwa selain melakukan revitalisasi pasar tradisional ke modern. Kami dari Kementerian UMKM sudah mulai lagi mempersiapkan kajian untuk bergeser menyiapkan marketplace atau e-commerce yang dibuat oleh pemerintah," lanjutnya.
Menurutnya, di Indonesia banyak e-commerce swasta yang bisa ditiru untuk melakukan sebuah terobosan agar para pelaku UMKM ke depannya bisa beradaptasi dengan tantangan digitalisasi.
"Ini kan yang banyak e-commerce- e-commerce swasta nih yang privat-privat ada Lazada, Tokopedia ada Shopee ada beberapa tuh. Saya pikir tidak ada salahnya, kalau kita reflikasi juga itu, tapi yang maju di depan misalnya kayak sekarang ada PD Pasar Jaya iya mungkin saya pikir sudah mulai, ada PD Pasar Jaya digital. Jadi kita sudah harus memulai ini sebagai salah satu terobosan untuk bisa beradaptasi dengan tantangan digitalisasi sekarang," ungkapnya.
Faktor Revitalisasi
Dia juga menyebutkan, ada beberapa pasar tradisional yang direvitalisasi menjadi pasar modern yang sepi pembeli di sejumlah daerah. Dia menduga ini terjadi karena masyarakat belum terbiasa untuk berbelanja di pasar modern dan selain juga ada faktor bahwa sebagian masyarakat sekarang berbelanja secara online.
"Banyak kan ada beberapa daerah-daerah kalau kita perhatikan. Memang ada satu faktor, kan dulu masyarakat sudah terbiasa belanja di sini (Pasar Tradisional). Dan mungkin pada saat digeser (jadi pasar modern) belum terbiasa," ujarnya.
"Tetapi saya melihatnya ada faktor lain juga. Jadi sekarang rata-rata masyarakat kita sudah males keluar rumah. Dia pesan saja itu via handphone, via online, pesan sayur kol saja sekarang kita mau beli sayur kol itu belanja sudah ada itu marketplace, itu sudah ada," jelasnya.
Kemudian, saat ditanya apakah ke depannya akan berkerjasama dengan e-commerce swasta agar para pelaku UMKM bisa meningkatkan pendapatannya.
Menurut Menteri Maman, kalau soal itu ke depannya bisa saja tetapi ada catatan karena pihaknya mengaku sempat mendapatkan keluhan dari pedagang UMKM di Tanah Abang, Jakarta, untuk pajak biaya di e-commerce itu tinggi sekitar 12 persen.
"Kalau memang bekerjasama dengan platform digital e-commerce yang swasta dengan catatan. Ini kita juga lagi evaluasi ini, pajak biaya di situ biaya platformnya juga tinggi. Jadi kemarin pada saat kami di Tanah Abang kami juga baru dapat aspirasi itu dari pedagang- pedagang di Tanah Abang," ujarnya.
"Kenapa, mereka agak enggan untuk masuk bertranformasi di pasar digital atau e-commerce karena dulu mereka dikenakan biaya dua persen, naik-naik terus sekarang 12 persen. Jadi kami nanti akan panggil itu e-commerce itu kenapa mereka bisa mengenakan biaya seperti itu," tambahnya.
Bukan karena PPN
Dia menegaskan, bahwa pajak yang tinggi itu bukan pajak pertambahan nilai (PPN) tapi pajak pemasangan iklan di e-commerce dan ke depannya akan mengatur dan menertibkan soal tingginya pajak tersebut.
"Selain kita menertibkan ataupun mencoba mengatur agar pajak ini tidak terlalu tinggi di e-commerce ini, bukan pajak PPN, ini beda yah ini pajak pemasangan iklan ataupun mereka menggunakan e-commerce itu. Kita melihat pemerintah sudah bisa menginisiasi membuat pasar digital yang memang diinisiasi oleh mungkin BUMN kita atau BUMD kita," ujarnya.
Namun, saat kembali ditanya apakah program revitalisasi pasar tradisional menjadi pasar modern akan dihentikan. Dia menyatakan bahwa program itu tentu tidak akan dihentikan dan akan tetap berjalan.
"Enggak, belum bukan berarti tidak ada. Artinya kita akan melakukan diservifikasi yang sudah ada tetap berjalan, kan ini tidak semuanya juga (pasar modern sepi) kan di daerah Indonesia 500 kabupaten yang mungkin tepat, kalau kita terapkan pasar digital mungkin di daerah-daerah urban sudah bisa," ujarnya.