Ditipu Karyawannya di Family Office Singapura, Pengusaha China Rugi Rp913 Miliar
Selama periode 2019 hingga 2022, tiga terdakwa menerima gaji lebih besar dari yang seharusnya.

Pengusaha China Zhong Renhai, yang dikenal memiliki kekayaan besar, mengklaim bahwa sebanyak 74 juta dolar Singapura (sekitar Rp913 miliar) telah disalahgunakan oleh stafnya yang berbasis di Singapura. Tindak penipuan tersebut melibatkan empat mantan karyawan dari perusahaan Zhong, yaitu Panda Enterprise dan Lee Fung International (LFI), yang disebutkan dalam putusan Pengadilan Tinggi Singapura.
Menurut keputusan pengadilan, keempat mantan karyawan dan entitas yang terdaftar di Kepulauan Virgin yang mereka kendalikan telah dihentikan gerakan asetnya secara global. Pengadilan menyatakan bahwa bukti yang cukup menunjukkan bahwa aset-aset tersebut perlu dibekukan untuk menghindari pergerakan lebih lanjut.
Dilansir dari Nikkei Asia, kasus ini terungkap pada Desember 2023, saat Zhong menemukan bahwa uang yang disalahgunakan telah diambil dari rekeningnya. Sebuah audit forensik menemukan bahwa selama periode 2019 hingga 2022, tiga terdakwa menerima gaji lebih besar dari yang seharusnya, totalnya mencapai SGD2,93 juta, SGD2,67 juta, dan SGD2,76 juta per orang. Selain itu, terdapat dokumen yang diduga dipalsukan untuk menggelapkan dana senilai USD25 juta melalui perusahaan di Kepulauan Virgin.
Keempat mantan karyawan tersebut sempat mengajukan permohonan untuk membatalkan perintah pembekuan aset mereka, dengan klaim adanya penyalahgunaan proses hukum oleh Zhong. Namun, upaya mereka untuk membatalkan perintah pengadilan tersebut tidak berhasil.
Awal Mula Kasus Mencuat
Kasus ini mencuat setelah pandemi COVID-19, ketika Zhong tidak dapat berada di Singapura, memberi kesempatan bagi staf kantor keluarga untuk memanfaatkan celah dalam sistem pengawasan internal. Menurut sumber yang dekat dengan kasus tersebut, staf kantor keluarga bertindak curang selama periode tersebut.
Kasus ini juga mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh Singapura sebagai pusat keuangan regional. Negara ini dalam beberapa tahun terakhir telah menarik lebih banyak family office tunggal, yang kini mencapai lebih dari 2.000 pada akhir 2024. Meskipun demikian, beberapa pengamat menganggap struktur family office tunggal di Singapura rentan terhadap penyalahgunaan karena kurangnya transparansi.
Otoritas Moneter Singapura (MAS) kini meningkatkan pengawasan terhadap kekayaan pribadi asing yang masuk ke negara tersebut, terutama setelah skandal pencucian uang senilai SGD3 miliar yang melibatkan individu-individu dengan kekayaan besar pada tahun lalu. Regulator keuangan tersebut kini mewajibkan kantor keluarga untuk menyimpan akun di bank-bank yang diatur oleh MAS dan melaporkan operasi mereka ke pihak berwenang.