Hilang di pasaran, konsumen mulai kangen tahu dan tempe
Merdeka.com - Biasanya, setiap hari masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan tahu dan tempe di pasar. Tapi untuk hari ini dan tiga hari ke depan, kondisinya berbeda.
Masyarakat akan lebih sulit mendapatkan dua makanan yang selama ini menjadi favorit. Hal itu yang dirasakan Hermanalis (41) warga Mampang, Jakarta Selatan.
Dia menuturkan, aksi mogok produksi dan aksi mogok jualan yang dilakukan perajin serta pedagang, menyusahkannya mendapatkan tahu dan tempe. Namun, dia tidak menyalahkan perajin dan pedagang yang dipandangnya menjadi korban tata niaga perdagangan yang tidak beres.
-
Mengapa impor kedelai sangat penting untuk produksi tempe dan tahu? Dari jumlah keseluruhan volume impor tersebut, sekitar 70 persen dialokasikan untuk produksi tempe, sedangkan untuk yang 25 persennya untuk membuat tahu, dan sisanya untuk produksi lain.
-
Bagaimana pengusaha tempe tahu mengatasi kenaikan harga kedelai? Akibat dampak ini, sejumlah produsen menaikkan harga jualnya, memperkecil ukuran tahu dan tempe, hingga mengurangi produksi.
-
Bagaimana perajin tempe menghadapi kenaikan harga kedelai? Karena hal ini, para perajin tempe terpaksa mengurangi jumlah produksi tempe. Ada pula dari mereka yang mengecilkan ukuran tempe dan ada juga yang menaikkan harga jual.
-
Kenapa tempe banyak diminati? Rasanya yang gurih tidak pernah gagal memanjakan lidah dengan berbagai hidangan olahannya.
-
Siapa yang boleh makan tahu tempe? Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal European Journal of Nutrition pada tahun 2015 menyatakan bahwa mengonsumsi tahu, tempe, atau produk kedelai lainnya dalam jumlah yang wajar tidak signifikan meningkatkan kadar asam urat pada orang dewasa.
-
Dimana harga sembako masih tinggi? Harga sejumlah bahan pokok masih terpantau tinggi di beberapa daerah. Di Pasar Induk Rau, Serang, kondisi tersebut masih terjadi hingga Kamis (13/7) siang.
"Sebernanya kalau pemerintah bisa mengatasi dengan baik, para perajin sampai tidak melakukan aksi mogok seperti ini," ujar Hermanalis saat ditemui merdeka.com di Pasar Mampang, Jakarta, Senin (9/13).
Walaupun kemungkinannya tipis, Hermanalis yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini berharap masih ada pedagang yang menjual tahu dan tempe. "Saya ke pasar jam segini berharap masih ada pedagang yang berjualan, tapi ternyata sampai pasar tidak ada yang jualan," keluhnya.
Sebelum terjadi aksi mogok, Hermanalis terpaksa harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli tahu dan tempe. Dia berharap tingginya harga kedelai yang saat ini jadi pemicu kelangkaan tahu dan tempe, bisa kembali stabil. "Tahu dan tempe sekarang sudah Rp 7.500, ya mahal dulu cuma Rp 5.000," katanya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Naiknya harga kedelai sejak awal November membuat produsen tahu menjerit
Baca SelengkapnyaKenaikan harga kedelai impor sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah kembali memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
Baca SelengkapnyaWalaupun sepi pengunjung, para pedagang pasar memilih bertahan tetap berjualan
Baca SelengkapnyaKenaikan harga dolar AS ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah dan harga kedelai impor pun melonjak drastis.
Baca SelengkapnyaKondisi global turut berkontribusi naiknya harga sejumlah komoditas.
Baca SelengkapnyaBahan takjil yang dijual sendiri mulai dari kolang kaling, berbagai jenis jeli sampai cincau. Harganya murah
Baca SelengkapnyaSepinya pengunjung Pasar Tanah Abang membuat omzet para pedagang terus ambruk.
Baca SelengkapnyaIndustri tahu di Dusun Kanoman muncul sejak tahun 1956. Kini mereka mengalami masa-masa sulit.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca Selengkapnya