Ini Alasan Menteri Bahlil 'Ngotot' Ingin Pilpres Satu Putaran
Bahlil berharap pemilihan presiden (pilpres) kali ini hanya berlangsung satu putaran saja.
Bahlil berharap pemilihan presiden (pilpres) kali ini hanya berlangsung satu putaran saja.
Ini Alasan Menteri Bahlil 'Ngotot' Ingin Pilpres Satu Putaran
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia melihat kondisi politik dalam negeri pasca pemilihan umum (pemilu) 2024 sudah mulai kondusif.
Dia berharap pemilihan presiden (pilpres) kali ini hanya berlangsung satu putaran saja.
"Alhamdulillah kita punya pemilihan umum presiden dan wakil presiden (pilpres), semoga apa yang diputuskan oleh KPU bisa hanya sekali putaran," ucap Bahlil pada Konferensi Pers Prospek Investasi Pasca Pemilu 2024, di Jakarta Selatan, Senin (18/3)
Kondisi tersebut membuatnya berani lakukan formulasi target investasi tahun 2024, sambil menunggu keputusan KPU.
"Karena kita melihat perbedaannya jauh sekali. Kita tunggu hasil keputusan KPU, Tapi kami berani lakukan formulasi," imbuh Bahlil.
Sebelumnya Bahlil pernah mengatakan belum bisa memutuskan kinerja investasi tahun 2024.
Mengingat situasi politik sangat berpengaruh pada sikap para investor untuk berinvestasi.
"Kemarin saya katakan bahwa belum bisa saya memutuskan apakah bisa tercapai atau tidak tergantung dari kondisi politik," kata Bahlil.
Tahun ini, Bahlil menargetkan investasi bisa mencapai Rp1.650 triliun.
Ini menjadi salah satu syarat pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali di atas 5 persen.
"Target kita adalah Rp1.650 triliun," tutur Bahlil.
Keputusannya untuk membuat target investasi juga tentunya mempertimbangkan ekonomi global dan beberapa hal yang menjadi kendala.
Meski demikian dia yakin target tersebut bisa tercapai di akhir jabatannya ini.
"Insyaallah bisa tercapai dengan melihat perkembangan catatannya, dengan melihat perkembangan ekonomi global," kata Bahlil.
merdeka.com
Meskipun ekonomi global belum pulih secara total, Indonesia diyakini bisa mencapai minimum target penyertaan modal asing (PMA) yakni 52 persen.
Terlebih konflik geopolitik di Timur Tengah dan Rusia versus Ukraina belum juga mereda.
Kondisi ini pun telah membuat beberapa negara mengalami resesi. Namun demikian Bahlil berharap kendala apapun dapat terselesaikan sehingga investor bisa datang dan berinvestasi di Indonesia.
merdeka.com