Kemenko Perekonomian: Pengusaha Tahan Investasi Sampai Ada Presiden Terpilih
Memasuki tahun politik 2024, banyak investor yang mempertanyakan peluang berinvestasi di Indonesia.
Memasuki tahun politik 2024, banyak investor yang mempertanyakan peluang berinvestasi di Indonesia.
Kemenko Perekonomian: Pengusaha Tahan Investasi Sampai Ada Presiden Terpilih
Pengusaha Tahan Investasi Sampai Ada Presiden Terpilih
Realisasi investasi di akhir tahun 2023 tercatat mencapai sebesar Rp1.418,9 triliun. Angka ini telah melampaui target pemerintah di tahun 2023 sebesar Rp1.400 triliun.
Memasuki tahun politik 2024, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan banyak investor yang mempertanyakan peluang berinvestasi di Indonesia.
Hanya saja mereka tetap menahan investasinya hingga puncak pesta demokrasi ini menghasilkan calon presiden dan wakil presiden terpilih.
"Mereka memang wait and see dengan hasil Pemilu nanti, tapi mereka sudah punya rencana konkret," kata Susiwijono dalam acara Investortrust Economic Outlook 2024, Jakarta, dikutip Jumat (26/1).
Maka dari itu, Kemenko Perekonomian mengoordinasikan sejumlah proyek mulai dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) hingga Proyek Strategis Nasional (PSN) kepada para pengusaha.
"Jadi kami tahu persis saat ini banyak investor yang menanyakan peluang berinvestasi di Indonesia," kata pria yang akrab disapa Susi ini.
Meski demikian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian optimis investasi di tahun ini akan berlangsung lebih baik selama stabilitas politik terjaga.
"Sepanjang stabilitas politik nanti terjaga, investasi di tahun ini juga akan lebih baik," kata Susi.
Susi menyampaikan, kinerja perekonomian Indonesia menjadi salah satu yang relatif kuat di antara negara setara. Tercermin dengan tingkat inflasi yang terkendali dan jauh di bawah rata-rata inflasi di negara berkembang.
"Soliditas perekonomian nasional terutama sekali ditopang oleh konsumsi dan investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto yang terus tumbuh positif," kata Susi.
Kinerja sektor eksternal juga resilien di tengah kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian. Cadangan devisa terus meningkat hingga mencapai Rp146,4 miliar di akhir 2023.
Rasio utang luar negeri terhadap PDB masih terjaga sebesar 28,92 persen, dan kinerja neraca perdagangan juga mampu mempertahankan tren surplus selama 44 bulan secara berturut-turut.
Tak hanya itu, aktivitas manufaktur Indonesia di level 52,5. Artinya, kinerja industri ini terus berada di level ekspansif selama 28 bulan berturut-turut. Bahkan berada di atas tren kawasan ASEAN dan global.
"Kita ingin mendorong pertumbuhan industri manufaktur yang menjadi andalan. Di berbagai program, utamanya kita dorong industri manufaktur pengolahan, yang share-nya terhadap PDB di 2023 adalah 19,72 persen,"
kata Susi.
Tak hanya itu, perekonomian Indonesia selama 8 kuartal berturut-turut berhasil tumbuh di atas 5 persen hingga Kuartal III-2023.
"Pertumbuhan ekonomi di 2023 sudah cukup kuat, dan kita optimis di 2024 akan lebih baik lagi. Apalagi pada Kuartal I-2024 ini kita akan menyambut hajatan Pemilu, tepatnya pada 14 Februari 2024. Tentunya hal ini akan menjadi momentum positif bagi Indonesia," kata Susi.
Secara historis, periode Pemilu cenderung mendorong aktivitas ekonomi dalam negeri melalui belanja Pemerintah dan belanja konsumsi lainnya terutama Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga.
Selain itu, aktivitas Pemilu juga akan menumbuhkan PDB riil dan meningkatkan perputaran jumlah uang beredar.
Maka agenda pembangunan di 2024 juga didukung dengan fokus kebijakan APBN. Kebijakan fiskal dirancang dengan tujuan untuk mengakselerasi target dan prioritas pembangunan nasional.
Agenda transformasi ekonomi, termasuk hilirisasi sumber daya alam baik hasil tambang maupun pangan, juga akan terus dilanjutkan.
"Semangat dan optimisme yang sudah dimiliki harus dilengkapi dengan strategi dan implementasi kebijakan yang didukung semua pihak. Oleh karena itu, sinergi dan kolaborasi para pihak harus dijaga dan diperkuat karena akan menjadi kunci utama mencapai tujuan bersama yakni pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat," pungkas Susi.