Jumlah Perokok Aktif di Indonesia Capai 70 Juta Orang, Butuh Upaya dari Pemerintah untuk Mengurangi
Indonesia dapat mengurangi dampak negatif dari masalah merokok sambil tetap memberikan pilihan kepada perokok dewasa.
Di Asia Pasifik, dampaknya sangat signifikan, baik dalam hal kesehatan masyarakat maupun sosio-ekonomi.
Jumlah Perokok Aktif di Indonesia Capai 70 Juta Orang, Butuh Upaya dari Pemerintah untuk Mengurangi
Jumlah Perokok Aktif di Indonesia Capai 70 Juta Orang, Butuh Upaya dari Pemerintah untuk Mengurangi
Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR), Ariyo Bimmo menyebut bahwa masalah merokok telah menjadi tantangan kesehatan global maupun nasional yang serius. Di Indonesia, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah perokok aktif telah mencapai 70 juta orang.
Ariyo menyebut di Asia Pasifik, dampaknya sangat signifikan, baik dalam hal kesehatan masyarakat maupun sosio-ekonomi. Namun, di tengah-tengah tantangan ini ada juga kesempatan besar untuk menciptakan perubahan positif yang signifikan.
Dia menilai kesempatan untuk mengurangi masalah akibat merokok tersebut dapat diwujudkan dengan upaya serta dukungan dari para pemangku kepentingan untuk fokus pada pendekatan pengurangan bahaya berbasis bukti ilmiah serta inovasi.
Dengan berfokus terhadap pendekatan tersebut, negara-negara di Asia Pasifik, khususnya Indonesia, dapat mengurangi dampak negatif dari masalah merokok sambil tetap memberikan pilihan kepada perokok dewasa untuk beralih ke produk tembakau alternatif atau berhenti secara total.
"Forum ini bukan sekadar tentang mengatasi masalah merokok saja, tetapi juga tentang mendorong pendekatan yang komprehensif dalam kebijakan publik, advokasi, edukasi masyarakat, dan dukungan terhadap solusi yang lebih rendah risiko, serta praktis bagi perokok dewasa," kata Ariyo dalam acara Asia Pacific Harm Reduction Forum (APHRF) 2024, Jakarta, Rabu (3/7).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penggunaan tembakau telah menyebabkan kematian hampir delapan juta orang setiap tahunnya.
Konsumsi tembakau juga merupakan salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti kanker, kardiovaskular, hingga penyakit paru-paru kronis.
"Sebagai organisasi yang mendukung upaya pengurangan bahaya di Indonesia, saya optimistis kolaborasi antara KABAR dan para pemangku kepentingan terkait dapat mencapai kemajuan yang signifikan dalam mengurangi prevalensi merokok. Khususnya mengatasi masalah perokok dewasa yang sukar berhenti demi terciptanya peningkatan kualitas kesehatan publik secara keseluruhan dan berkelanjutan," tutup Ariyo.
Sebagai informasi forum Asia Pacific Harm Reduction Forum (APHRF) 2024 membahas isu mengenai pengurangan bahaya dari penggunaan tembakau di Asia Pasifik, diadakan pada hari ini, Rabu, 3 Juli 2024 di Jakarta Convention Center.
Forum ini menghadirkan berbagai narasumber dari instansi pemerintah, akademisi, pakar kesehatan, pelaku industri, dan asosiasi konsumen yang diharapkan dapat bersinergi untuk menekan bahaya penggunaan tembakau.
merdeka.com