Kekayaan Miliarder RI ini Naik Lagi, Jumlahnya Setara Anggaran Pendidikan di Indonesia
Kekayaan salah satu orang terkaya di Indonesia ini kembali naik tahun ini.
Kekayaan salah satu orang terkaya di Indonesia ini kembali naik tahun ini.
Kekayaan Miliarder RI ini Naik Lagi, Jumlahnya Setara Anggaran Pendidikan di Indonesia
Sebagai konglomerat, naik turun nilai Kekayaan menjadi sebuah keniscayaan. Seperti halnya bagi konglomerat Prajogo Pangestu yang menempati posisi pertama sebagai orang terkaya di Indonesia, menurut Forbes.
Berdasarkan data terbaru real time Forbes, kekayaan Prajogo sebesar USD42,5 miliar atau setara Rp651 triliun dengan kurs Rp15.501 per USD.
Dalam laman Forbes menunjukan adanya kenaikan nilai kekayaan Prajogo sebesar USD2,2 miliar atau Rp34 triliun. Kenaikan Kekayaan tersebut bahkan menempatkan Prajogo di ranking 28 orang terkaya di dunia.
Jika dibandingkan, maka jumlah kekayaan ini pun setara dengan anggaran pendidikan di Indonesia di 2024 yang mencapai Rp660,8 triliun.
Kekayaan yang dimiliki oleh taipan yang lahir pada tanggal 13 Mei 1944 di Bengkayang, Kalimantan Barat, tidaklah mudah.
Dia tumbuh di keluarga sangat miskin. Orang tuanya merupakan pedagang karet kecil. Pekerjaan orang tuanya itu tak mampu mengantarkan Prajogo untuk menempuh pendidikan SMA.
Tidak ingin terkungkum kemiskinan, Prajogo merantau ke Jakarta demi mendapat kehidupan yang lebih baik.
Namun, jalan menuju kelayakan hidup belum juga direngkuhnya. Prajogo tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Kalimantan.
Untuk menyambung hidup, Prajogo bekerja sebagai sopir angkot. Pekerjaan itu ia lakoni pada tahun 1960. Pekerjaan sopir angkot itu menjadi sebuah batu loncatan dalam kehidupannya. Saat sedang menjadi sopir, Prajogo bertemu dengan pria yang bernama Bon Sun On atau dikenal dengan nama Burhan Uray. Pria tersebut berprofesi sebagai pengusaha kayu asal Malaysia. Pertemuan itulah yang kemudian mengubah kehidupannya.
Dia kemudian bekerja sebagai karyawan dari Burhan Uray yang dikenal sebagai pendiri dari PT Djajanti Group di tahun 1969. Tujuh tahun bekerja di sana dengan keras, Burhan Uray mengangkat Prajogo sebagai General Manager (GM) di Pabrik Plywood Nusantara yang berada di Gresik, Jawa Timur.
Kariernya sebagai General Manager di PT Plywood Nusantara hanya berlangsung setahun saja. Dia memutuskan keluar dari perusahaan tersebut.
Setelah keluar, Prajogo mencoba menjalankan bisnisnya sendiri. Langkah pertama yang dia ambil yaitu meminjam modal melalui BRI untuk membeli perusahaan kayu bernama CV Pacific Lumber Coy. Perusahaan tersebut kala itu sedang mengalami kesulitan keuangan.
CV Pacific Lumber Coy pun sepenuhnya milik Prajogo. Berbekal pengalaman yang dia miliki dan insting bisnis yang baik, CV tersebut berganti nama menjadi PT Barito Pacific.
Kala itu perusahaan berhasil memiliki hak konsesi hingga 6 juta hektare di seluruh Indonesia. Produk yang dihasilkan perusahan tersebut yaitu plywood, blockboard, particle board, dan woodworking product. Produknya juga diekspor ke luar negeri seperti Eropa dan Amerika.
Barito Pacific berkembang pesat. Di zaman pemerintahan presiden Soeharto, Prajogo banyak bekerja sama dengan perusahaan dari anak-anak dan kolega dari Soeharto.
Dengan begitu, bisnisnya semakin berkembang dan melebar ke sektor lainnya selain pengolahan kayu yaitu properti, petrokimia dan minyak sawit mentah. Tak heran jika saat itu Prajogo sudah dikenal sebagai salah satu pengusaha terkaya di Indonesia.