Kembali Digelar, Bali & Beyond Travel Fair 2024 Targetkan Transaksi hingga Rp8,1 Triliun
Target itu ditentukan berdasarkan pencapaian dari tahun-tahun sebelumnya.
Target itu ditentukan berdasarkan pencapaian dari tahun-tahun sebelumnya.
-
Apa tujuan utama dari CMA Bali? Konferensi diharapkan akan mengakselerasi perkembangan ICT di Indonesia dengan melihat pengalaman-pengalaman yang sudah dilalui oleh negara-negara lain.
-
Apa tujuan utama CMA Bali? Dengan ketertiban kita bisa mendatangkan wisatawan berkualitas tidak hanya meningkatkan perekonomian lokal tapi juga memberi dampak bagi masyarakat dan lingkungan.
-
Kapan CMA Bali diadakan? Komunitas Information Technology (IT) Leaders ICION menggelar konferensi ke-11 di Bali pada 4-6 Maret 2024.
-
Bagaimana CMA Bali ingin mencapai pariwisata berkualitas? Upaya yang bisa dilakukan diantaranya, pengaturan dan pengawasan, pelatihan dan sertifikasi, pengembangan infrastruktur, promosi yang tepat, konservasi dan keberlanjutan, kolaborasi antara pemerintah, industri dan masyarakat.
-
CMA Bali itu apa? Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya resmi meluncurkan program Pungutan Wisatawan Asing atau Tourism Levy sebesar Rp 150 ribu pada Senin (12/2) di Puri Santrian, Sanur, Denpasar.
-
Siapa yang berpartisipasi di CMA Bali? Konferensi menghadirkan pembicara dari para pionir pengembangan ICT di kawasan Asia. Pesertanya sekitar 150 orang dimana selain dari Indonesia juga ada yang berasal dari Singapura, Malaysia dan Thailand.
Kembali Digelar, Bali & Beyond Travel Fair 2024 Targetkan Transaksi hingga Rp8,1 Triliun
Event tahunan Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) bakal kembali diselenggarakan pada 12-14 Juni 2024. Gelaran ke-10 ini diharapkan akan menghasilkan transaksi hingga Rp 8,1 triliun.
Target itu ditentukan berdasarkan pencapaian dari tahun-tahun sebelumnya.
“Pada tahun 2023 transaksi mencapai Rp 6,7 triliun, menunjukkan peningkatan sebesar 29,7 persen dibandingkan dengan Rp 5,2 triliun yang dihasilkan pada tahun 2022,” kata I Putu Winastra, ketua komite BBTF 2024 sekaligus ketua ASITA Bali dalam konferensi pers Kamis (21/3).
BBTF juga menargetkan kehadiran 400 buyers dari 51 negara untuk bertemu dengan 250 sellers dari seluruh Indonesia. Pihaknya telah membuka pendaftaran secara online dan hingga hari ini kami telah menerima 125 sellers dari 7 provinsi. Yakni, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Bali.
Kemudian sudah ada 190 buyers dari dalam dan luar negeri yang telah mendaftar yakni 39 Negara diantara yaitu dari Indonesia, India, Spain, Belgium, Turkey, UAE, South Africa, Nigeria, Germany, Italy, UK, France, Australia, China, Japan, Netherlands, Canada, USA, Singapore, South Korea, dan lain-lain.
Kepercayaan para pelaku pasar utama terhadap penyelenggaraan BBTF juga ditunjukkan dengan kehadiran operator hotel ternama seperti Marriott International group, Archipelago International group, Accor.
Lalu, Ubud Hotel Association (UHA), Swiss-Belhotel International, Melia Hotel International, Hotel Indonesia Group, Louvre Hotels Group, Kempinski Hotels Chain, dan masih banyak lagi perusahaan-perusahaan terkemuka dan asosiasi sebagai seller.
Tahun ini beberapa industri baru yang terintegrasi dari BUMN seperti Bali International Hospital akan bergabung dengan BBTF - juga pertama kali seperti Pemerintah Kota Surakarta, lalu juga F&B Operator seperti Taurus Gemilang,
Selanjutnya, Beach Club seperti Potato Head, Canna Bali, dan peserta pameran Indonesia yang menarik lainnya yang sebagian besar merupakan repeater seller dari BBTF di tahun sebelumnya - baik dari Pemerintahan maupun industri.
BBTF tahun ini memilih tema “Exploring & Experiencing Sense of Indonesia’s beauty”.Tema ini untuk merespons tantangan era ini yang ditandai dengan meningkatnya kesadaran budaya, pariwisata berkualitas, kepedulian terhadap lingkungan, dan keinginan untuk melakukan perjalanan yang bertanggung jawab.
“Kita juga akan mengadakan talkshow Tourism Seminar dengan judul: “Indonesia - Embracing Technology, Preserving Heritage” sebagai upaya merespon arahan pemerintah untuk fokus tidak lagi hanya pada pencapaian jumlah turis, namun ‘quality of spending' wisatawan, sustainable environment, serta wellness and gastronomy,” jelasnya.
Sementara itu Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali IB Agung Partha Adnyana menyatakan, event BBTF diperlukan untuk memastikan kembali pariwisata bali setelah terhempas oleh masa pandemi. “Masih ada sekitar 20 persen pelaku industri pariwisata yang belum bisa bangkit setelah pandemi,” jelasnya.
Selain itu, Bali pun menghadapi persaingan yang makin ketat dengan destinasi lain di dunia yang juga terus mempromosikan dirinya. Karena itu, dia berharap event BBTF tidak hanya didukung oleh kalangan industri pariwisata, tapi juga oleh pemerintah dan pihak-pihak lain.