Kemenhub Jawab Bos Garuda soal Evaluasi Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra meminta Kemenhub meninjau ulang TBA tiket pesawat.
Juru Bicara Kemenhub, Adita Irawati merespons permintaan meninjau ulang TBA tiket pesawat.
Kemenhub Jawab Bos Garuda soal Evaluasi Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Kementerian Perhubungan mengaku belum berencana untuk mengubah besaran Tarif Batas Atas dan Tarif Batas Bawah (TBA-TBB) pesawat terbang. Hal ini sempat jadi perhatian para maskapai penerbangan nasional.
Juru Bicara Kemenhub, Adita Irawati menyampaikan, sudah ada diskusi yang dilakukan dengan para maskapai penerbangan yang ada di Indonesia. Namun, pihaknya belum memutuskan perubahan besaran TBA yang berpengaruh ke harga tiket pesawat itu.
"Sampai saat ini sebenarnya diskusinya sudah ada. Tetapi kita juga melihat situasi bagi kalangan pengguna itu sendiri," kata Adita ditemui di Jakarta Convention Center, Selasa (21/5).
"Jadi kita jaga keberimbangannya dan sampai saat ini memang belum ada rencana menaikkan dalam waktu dekat ya," sambungnya.
Adita mengatakan, pihaknya masih menunggu waktu yang tepat untuk melakukan revisi ketentuan acuan harga tiket pesawat itu. Termasuk hingga berakhirnya masa pemerintahan kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) habis di Oktober 2024 ini.
"Jadi tetap diskusinya ada, masukan tetap kita dengar, tetapi pasti kita harus cari momentum yang tepat, waktu yang tepat juga untuk melakukan penyesuaian. Kita lihat aja nanti ya," ungkapnya.
Dia mengatakan, adanya TBA-TBB pesawat terbang ini untuk menjaga keseimbangan antara biaya yang dibutuhkan maskapai dan kemampuan daya beli penggunanya.
"TBA-TBB ini kan juga sebenarnya representasi bagaimana kita menjaga keberimbangan antara pengguna dalam hal ini masyarakat dengan industri kan. Industri seperti maskapai, industri yang ada di aviasi, kebandaraan dan sebagainya. Jadi ini yang kita jaga gitu," tegasnya.
Permintaan Maskapai
Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra berharap Kemenhub meninjau ulang TBA tiket pesawat.
Hal ini karena adanya pengaruh kondisi eksternal yang menjadi tantangan perusahaan.
Menurut Irfan, exchange rate atau nilai tukar dan harga avtur merupakan tantangan bagi Garuda Indonesia. Kedua komponen eksternal ini memiliki dampak signifikan terhadap biaya operasional.
“Artinya jangan Tarif Batas Atas selama 5 tahun tidak naik, kan exchange rate dibanding 5 tahun lalu berapa, harga avtur dibanding 5 tahun berapa. Kalau terus seperti ini semua maskapai akan menghadapi tantangan yang sama,” kata Irfan kepada wartawan usai acara Dharma Santi Nyepi BUMN, di TMII Minggu (12/5).
"Exchange rate dan harga avtur kita tidak dapat kontrol. Kita tidak bisa minta Pertamina turun terus kasih diskon, enggak begitu caranya,” jelasnya.
Untuk menunjang kinerja, pada 2024 Garuda Indonesia menargetkan penguatan armada dengan penambahan delapan pesawat menggunakan operational expenditure yang (Opex), pesawat ini akan datang secara bertahap.
Sedangkan untuk Capital Expenditure (Capex) Garuda Indonesia mengungkapkan tidak menyiapkan dana terlalu besar.
Tak Setuju Ada Iuran
Pada kesempatan yang sama, Irfan juga mengatakan pihaknya tidak setuju terkait iuran pariwisata jika dibebankan melalui tiket pesawat.
"Kita tidak setuju, bukan tidak setuju dananya, tapi kita tidak setuju proses itu dilakukan lewat tiket, karena nanti ujung-ujungnya masyarakat tahunya harga tiket naik,” ujar Irfan
Irfan menambahkan dirinya setuju terkait rencana penggalangan dana pariwisata karena hal tersebut menjadi salah satu cara untuk meningkatkan event tourism. Event-event tersebut menurut dia yang dapat mendorong pergerakan turis.
"Kalau di Indonesia ada event Mandalika, di Singapura ada Taylor Swift, tapi ini jangan lewat harga tiket," pungkasnya.