Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kepastian hukum pasar modal lemah, Indonesia kalah dengan Jepang

Kepastian hukum pasar modal lemah, Indonesia kalah dengan Jepang

Merdeka.com - Direktur Utama PT Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI), Hasan Fawzi menyatakan Indonesia jauh tertinggal dengan negara-negara lain dalam hal struktur hukum industri keuangan nasional. Ini dikarenakan Bank Indonesia belum memperkenankan self-regulatory organization (SRO) pasar modal dalam memberi modal ke lembaga pembiayaan.

Padahal, pembiayaan modal bagi pembentukan perusahaan sekuritas sudah diterapkan di Jepang dan Korea Selatan, karena sudah didukung oleh struktur hukum di masing-masing negara.

"Tetapi di Indonesia, kita masih terkendala dengan beberapa Peraturan BI," ucapnya di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (13/10).

Orang lain juga bertanya?

Menurutnya, sesuai UU No. 3 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 23 1999 tentang Bank Indonesia, semestinya bank sentral sudah mengeluarkan aturan hukum untuk membiayai lembaga pembiayaan.

"Nantinya, securities financing bentukan SRO akan membiayai sekuritas terkait penyediaan dana bagi investor yang akan melakukan transaksi margin," papar dia.

Hasan menjelaskan, pembentukan securities financing pada tahap awal membutuhkan dana sebesar Rp 3 triliun. Di mana pembiayaan tersebut berasal dari internal SRO sebesar Rp 1 triliun, dari pihak ketiga Rp 1 triliun dan sisanya dari penerbitan surat berharga.

Sementara itu, besaran nilai pembiayaan sekuritas untuk fasilitas transaksi margin tersebut akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan di masing-masing broker. "Saat ini ada sekitar 70 perusahaan efek yang menawarkan fasilitas transaksi margin," jelasnya.

Namun, pihaknya akan mengutamakan pembiayaan kepada sekuritas yang memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) minimal sebesar Rp250 miliar.

"Kami akan membuat skema, nantinya perusahaan efek bisa meminjam untuk transaksi di akhir hari, agar dana pembiayaan itu tidak terlalu lama menganggur di sekuritas," kata Hasan.

(mdk/sau)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mahfud Nilai Indonesia Terjadi Kemunduran, Investasi dan Pembangunan Ekonomi Tidak Maksimal
Mahfud Nilai Indonesia Terjadi Kemunduran, Investasi dan Pembangunan Ekonomi Tidak Maksimal

Lanjut Mahfud, ada orang yang mau berinvestasi dengan prospek yang besar atau gede.

Baca Selengkapnya
Cak Imin: Salah Satu Kekacauan Hukum Pemain Bisnis Jadi Pembuat Aturan
Cak Imin: Salah Satu Kekacauan Hukum Pemain Bisnis Jadi Pembuat Aturan

Cak Imin menegaskan dalam kepemimpinannya nanti bersama Anies Baswedan, harus dilandasi pada objektifitas, kalkulatif dan memahami skala prioritas.

Baca Selengkapnya
Pengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor
Pengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor

Ekonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian, Begini Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI
Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian, Begini Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

Perekonomian global secara umum mengalami pelemahan dengan inflasi yang terjaga moderat.

Baca Selengkapnya
OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan Stabil Karena Permodalan yang Kuat dan Likuiditas Memadai
OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan Stabil Karena Permodalan yang Kuat dan Likuiditas Memadai

Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Mahfud Sindir Bobrok Hukum di Indonesia: Kasus Bisa Dijual, Vonis Bisa Dibeli
VIDEO: Mahfud Sindir Bobrok Hukum di Indonesia: Kasus Bisa Dijual, Vonis Bisa Dibeli

Mahfud mengaku hukum di Indonesia belum sepenuhnya betul.

Baca Selengkapnya
Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global
Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global

Tensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.

Baca Selengkapnya
Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Kalah Saing dengan Malaysia dan Filipina
Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Kalah Saing dengan Malaysia dan Filipina

Dukungan yang diberikan pemerintah kepada franchise lokal hanya pada tahap akhir, seperti pameran.

Baca Selengkapnya
Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga di Tengah Ancaman Geopolitik Timur Tengah & Pelemahan Ekonomi Global
Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga di Tengah Ancaman Geopolitik Timur Tengah & Pelemahan Ekonomi Global

Mahendra menyampaikan, kondisi ini dipengaruhi oleh dinamika ekonomi yang beragam di negara-negara utama, seperti Amerika Serikat, Eropa dan China.

Baca Selengkapnya
Pengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor
Pengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor

Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam penerapan ekonomi hijau.

Baca Selengkapnya
Mendag: Malaysia Itu Cuma Seperti Jawa Timur, tapi Kita Kalah soal Penjualan Produk Halal
Mendag: Malaysia Itu Cuma Seperti Jawa Timur, tapi Kita Kalah soal Penjualan Produk Halal

Oleh karena itu, menurutnya sertifikasi halal pada produk UMKM di Indonesia sangatlah penting.

Baca Selengkapnya
Jokowi Puji BRI Jadi Bank Terbesar Salurkan KUR, tapi Porsi Indonesia Masih Kalah dari China & India
Jokowi Puji BRI Jadi Bank Terbesar Salurkan KUR, tapi Porsi Indonesia Masih Kalah dari China & India

Pembiayaan UMKM harus dipermudah, karena penyaluran kredit perbankan ke UMKM baru 21 persen dari total kredit yang ada.

Baca Selengkapnya