KKP Gandeng MDPI dan YKCI, Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan dan Industri Rumput Laut
Merdeka.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan langkah konkret dalam menjaga keberlanjutan ekologi sekaligus mendorong kesejahteraan nelayan. Kali ini, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) menggandeng Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) guna memperkuat sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional (STELINA).
"Kenapa kita perlu bekerja sama dengan MDPI, karena kita tahu, mereka memiliki track record dalam mengembangkan skema fair trade," kata Direktur Jenderal PDSPKP, Artati Widiarti usai penandatanganan kerja sama KKP-MDPI di Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Artati mengungkapkan, skema fair trade bertujuan untuk memberikan insentif berupa dana premium bagi nelayan dengan mengutamakan keberlanjutan sumber daya ikan. Dengan pendampingan dari MDPI ini, pada tahun 2014, kelompok nelayan Pulau Buru telah memperoleh sertifikat USA-Fair Trade Tuna Handline yang pertama di dunia sekaligus menjadi bagian integral sertifikasi eco-labelling Marine Stewardship Council (MSC).
-
Apa yang ingin KKP dorong di sektor perikanan? Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong penerapan zero waste pada perikanan. Semua bagian pada ikan dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis, seperti aneka ragam makanan hingga produk farmasi.
-
Kenapa KKP mendorong konsumsi ikan yang berkelanjutan? Fakta yang menggembirakan harus didukung ketersediaan ikan yang bermutu secara kontinyu dan mudah diakses oleh masyarakat. Mengingat kecukupan kebutuhan ikan berbanding lurus dengan ketersediaan sumber daya perikanan,' ujar Budi.
-
Siapa yang mendukung KKP dalam menggaungkan perikanan berkelanjutan? Sementara Direktur Program Kelautan dan Perikanan Yayasan WWF Indonesia, Dr. Imam Musthofa Zainudin, mengaku siap mendukung KKP terkait perikanan berkelanjutan untuk ketahanan pangan Indonesia.
-
Bagaimana KKP ingin memperkuat daya saing tuna? Pencanangan tersebut, melalui branding seafood Indonesia yang safe, eco-friendly, dan sustainable diharapkan sinergi dan kolaborasi seluruh stakeholders dapat semakin memperkuat akses pasar dan manfaatnya, baik bagi masyarakat Indonesia khususnya maupun masyarakat global pada umumnya.
-
Mengapa Kementerian ATR dan KKP perlu bersinergi? Sinergi dan kolaborasi antara Kementerian ATR/BPN dan KKP sungguh sangat tepat. Apa yang harus kita kerjakan adalah mengatur tata ruang dan pertanahan. Sedangkan KKP, mengatur ruang laut. Kegiatan di darat dan di laut bisa kita kolaborasikan,' tegas Hadi Tjahjanto.
-
Bagaimana Kementerian ATR dan KKP akan berkolaborasi? Kerja sama tersebut di antaranya berkaitan dengan pendaftaran dan pemeliharaan data tanah; pelaksanaan Reforma Agraria; integrasi Rencana Tata Ruang darat dan laut; hingga pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM).
Hasilnya, 123 nelayan kecil penangkap ikan tuna sirip kuning (yellowfin tuna) di Pulau Buru berhasil meraih sertifikasi eco-labelling Marine Stewardship Council (MSC).
"Tentu ini bukti nyata bahwa keberlanjutan bisa berdampingan dengan kesejahteraan nelayan," jelasnya.
Melalui kerja sama ini, Artati berharap MDPI bisa berkolaborasi dalam penguatan kelembagaan korporasi nelayan, supplier, dan Unit Pengolahan Ikan, serta pengembangan dan pemanfaatan teknologi ketertelusuran. Selain itu, KKP-MDPI berkomitmen untuk melakukan penguatan pemasaran dan promosi, khususnya pasar ekspor produk kelautan dan perikanan Indonesia yang berasal dari nelayan, terutama nelayan kecil.
"Ini pekerjaan besar, kita harus mengawal keberlanjutan dan kesejahteraan nelayan-nelayan kecil," ujar Artati.
Senada dengan Artati, Ketua MDPI, Saut Tampubolon, menyebutkan melalui kerja sama ini setidaknya akan menjawab 4 isu besar yang menjadi perhatian pasar ekspor terkait praktek pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Keempat isu tersebut, yakni: kualitas ikan, kesejahteraan nelayan (termasuk karyawan Unit Pengolahan Ikan), keberlanjutan sumber daya ikan, dan ketertelusuran produk perikanan.
Dalam kesempatan ini, Artati juga melakukan penandatangan kerja sama dengan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI) dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas rumput laut, meliputi peningkatan nilai tambah, pengelolaan rantai pasok, promosi dan pemasaran, peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia, serta peningkatan akses pembiayaan.
"Kerja sama ini tidak kalah penting mengingat rumput laut adalah salah satu komoditas prioritas ekspor dari Indonesia. Selain itu, peran rumput laut dalam isu climate change sangat penting, saya mengharapkan YKCI dapat menginisiasi penghitungan serapan karbon ataupun carbon credit dari rumput laut," tutur Artati.
Ketua YKCI Meyza Irmadhiany menyambut baik kerja sama dengan KKP. Menurutnya, kerja sama ini akan mengembangkan investasi industri rumput laut yang bernilai positif terhadap lingkungan yang dapat diterima baik oleh masyarakat lokal maupun internasional.
Artati berharap masyarakat bisa merasakan dampak langsung dari kedua kerja sama ini. Terlebih Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, telah menetapkan 3 program prioritas jangka menengah, meliputi penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota di setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia untuk keberlanjutan ekologi dan kesejahteraan nelayan, yang akan didukung dengan sistem pengawasan terintegrasi berbasis teknologi satelit.
Kedua, pengembangan perikanan budidaya dengan komoditas yang berorientasi ekspor, antara lain udang, lobster, kepiting, dan rumput laut. Dan ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.
"Dua kerja sama ini menunjukkan komitmen kita dalam mengimplementasikan 3 program prioritas KKP, semoga niat baik kita semua dimudahkan dan dirahmati Tuhan YME," tutup Artati.
Sebelumnya, Menteri Trenggono mendorong akselerasi program prioritas melalui sinergi dan kerja sama dengan berbagai pihak, baik dengan Instansi Pemerintah, Swasta, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat terkait. Pihak mitra kerja sama ini diharapkan dapat mengisi ceruk kosong yang tidak bisa dijangkau oleh KKP.Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan langkah konkret dalam menjaga keberlanjutan ekologi sekaligus mendorong kesejahteraan nelayan. Kali ini, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) menggandeng Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) guna memperkuat sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional (STELINA).
"Kenapa kita perlu bekerja sama dengan MDPI, karena kita tahu, mereka memiliki track record dalam mengembangkan skema fair trade," kata Direktur Jenderal PDSPKP, Artati Widiarti usai penandatanganan kerja sama KKP-MDPI di Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Artati mengungkapkan, skema fair trade bertujuan untuk memberikan insentif berupa dana premium bagi nelayan dengan mengutamakan keberlanjutan sumber daya ikan. Dengan pendampingan dari MDPI ini, pada tahun 2014, kelompok nelayan Pulau Buru telah memperoleh sertifikat USA-Fair Trade Tuna Handline yang pertama di dunia sekaligus menjadi bagian integral sertifikasi eco-labelling Marine Stewardship Council (MSC).
Hasilnya, 123 nelayan kecil penangkap ikan tuna sirip kuning (yellowfin tuna) di Pulau Buru berhasil meraih sertifikasi eco-labelling Marine Stewardship Council (MSC).
"Tentu ini bukti nyata bahwa keberlanjutan bisa berdampingan dengan kesejahteraan nelayan," jelasnya.
Melalui kerja sama ini, Artati berharap MDPI bisa berkolaborasi dalam penguatan kelembagaan korporasi nelayan, supplier, dan Unit Pengolahan Ikan, serta pengembangan dan pemanfaatan teknologi ketertelusuran. Selain itu, KKP-MDPI berkomitmen untuk melakukan penguatan pemasaran dan promosi, khususnya pasar ekspor produk kelautan dan perikanan Indonesia yang berasal dari nelayan, terutama nelayan kecil.
"Ini pekerjaan besar, kita harus mengawal keberlanjutan dan kesejahteraan nelayan-nelayan kecil," ujar Artati.
Senada dengan Artati, Ketua MDPI, Saut Tampubolon, menyebutkan melalui kerja sama ini setidaknya akan menjawab 4 isu besar yang menjadi perhatian pasar ekspor terkait praktek pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Keempat isu tersebut, yakni: kualitas ikan, kesejahteraan nelayan (termasuk karyawan Unit Pengolahan Ikan), keberlanjutan sumber daya ikan, dan ketertelusuran produk perikanan.
©2022 Merdeka.comKKP Juga Melakukan Kerja Sama dengan YKCI Untuk Tingkatkan Kualitas Industri Rumput Laut
Dalam kesempatan ini, Artati juga melakukan penandatangan kerja sama dengan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI) dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas rumput laut, meliputi peningkatan nilai tambah, pengelolaan rantai pasok, promosi dan pemasaran, peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia, serta peningkatan akses pembiayaan.
"Kerja sama ini tidak kalah penting mengingat rumput laut adalah salah satu komoditas prioritas ekspor dari Indonesia. Selain itu, peran rumput laut dalam isu climate change sangat penting, saya mengharapkan YKCI dapat menginisiasi penghitungan serapan karbon ataupun carbon credit dari rumput laut," tutur Artati.
Ketua YKCI Meyza Irmadhiany menyambut baik kerja sama dengan KKP. Menurutnya, kerja sama ini akan mengembangkan investasi industri rumput laut yang bernilai positif terhadap lingkungan yang dapat diterima baik oleh masyarakat lokal maupun internasional.
Artati berharap masyarakat bisa merasakan dampak langsung dari kedua kerja sama ini. Terlebih Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, telah menetapkan 3 program prioritas jangka menengah, meliputi penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota di setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia untuk keberlanjutan ekologi dan kesejahteraan nelayan, yang akan didukung dengan sistem pengawasan terintegrasi berbasis teknologi satelit.
Kedua, pengembangan perikanan budidaya dengan komoditas yang berorientasi ekspor, antara lain udang, lobster, kepiting, dan rumput laut. Dan ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.
"Dua kerja sama ini menunjukkan komitmen kita dalam mengimplementasikan 3 program prioritas KKP, semoga niat baik kita semua dimudahkan dan dirahmati Tuhan YME," tutup Artati.
Sebelumnya, Menteri Trenggono mendorong akselerasi program prioritas melalui sinergi dan kerja sama dengan berbagai pihak, baik dengan Instansi Pemerintah, Swasta, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat terkait. Pihak mitra kerja sama ini diharapkan dapat mengisi ceruk kosong yang tidak bisa dijangkau oleh KKP. (mdk/dzm)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kerja sama kedua pihak yang telah dirintis sejak tahun 2019.
Baca SelengkapnyaProgram SMART-Fish 3 dimaksudkan memperkuat produksi, standar mutu, diversifikasi produk, dan peluang pasar produk udang dan rumput laut.
Baca SelengkapnyaPenandatangan MoU ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo
Baca SelengkapnyaBKI menginginkan agar kegiatan Pembahasan Kerja Sama ini menjadi katalisator BKI untuk selalu bersinergi dengan Direktorat KPLP dalam menjalankan program.
Baca SelengkapnyaPupuk Kaltim berkomitmen untuk terus meningkatkan kontribusi dalam pemulihan ekosistem laut yang rusak.
Baca SelengkapnyaTujuan kebijakan ini untuk menciptakan lapangan pekerjaan serta mendongkrak pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
Baca SelengkapnyaKementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong produktivitas nelayan di Indonesia, termasuk keluarganya.
Baca SelengkapnyaGelaran Bulan Bakti Kelautan Perikanan juga dimeriahkan oleh kegiatan lain yang dihadirkan Ditjen PSDKP pada 20-26 Oktober.
Baca SelengkapnyaPenangkapan Ikan Terukur (PIT) berbasis kuota akan dilaksanakan bertahap tahun ini, sebelum diterapkan sepenuhnya mulai tahun 2024.
Baca SelengkapnyaAturan ini menjadi landasan penangkapan ikan berdasarkan kebutuhan pasar.
Baca SelengkapnyaAdwil Kemendagri Amran mengungkapkan ada yang spesial tahun ini dimana ada satu kepala dinas yang mendapatkan tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya.
Baca SelengkapnyaPupuk Kaltim mendorong perbaikan lingkungan dan ekosistem sesuai prinsip Environment, Social dan Governance (ESG) yang terus dikembangkan perusahaan.
Baca Selengkapnya