Kondisi Ekonomi Israel, Mata Uang Melemah Hingga Jual Cadangan Devisa Rp470 Triliun
Langkah Bank Sentral Israel sebagai upaya menopang mata uangnya yang anjlok setelah serangan militan Hamas pada akhir pekan lalu.
Shekel atau Syikal Israel melemah 1,63 persen dan diperdagangkan 3,90 terhadap dolar AS atau USD.
Kondisi Ekonomi Israel, Mata Uang Melemah Hingga Jual Cadangan Devisa Rp470 Triliun
Kondisi Ekonomi Israel, Mata Uang Melemah Hingga Jual Cadangan Devisa Rp470 Triliun
Lebih dari 5.000 roket menghujani Israel ketika kelompok Hamas yang berbasis di Gaza mengumumkan operasi "Al-Aqsa Flood", Jumat (6/10). Para pejabat Hamas mengaitkan serangan baru ini dengan penjajahan yang telah berlangsung selama 75 tahun.
Ada alasan mengapa Hamas memilih tanggal 6 Oktober untuk menyerang Israel. Tanggal tersebut bertepatan dengan Simchat Torah, hari libur Yahudi.
Kondisi ini membuat ekonomi Israel cukup berantakan. Terbukti, Bank of Israel atau Bank Sentral Israel mengumumkan akan jual cadangan devisa hingga USD 30 miliar atau sekitar Rp470,49 triliun (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.683).
Langkah Bank Sentral Israel sebagai upaya menopang mata uangnya yang anjlok setelah serangan militan Hamas pada akhir pekan lalu.
"Bank sentral akan beroperasi di pasar selama periode mendatang untuk mengurangi volatilitas nilai tukar syikal dan menyediakan likuiditas yang diperlukan agar pasar dapat terus berfungsi baik,” tulis bank sentral dikutip dari CNBC, Senin (9/10).
Merdeka.com
Shekel atau Syikal Israel melemah 1,63 persen dan diperdagangkan 3,90 terhadap dolar AS atau USD. Mata uang Israel itu berada di posisi terendah dalam tujuh bulan. Selain program senilai USD 30 miliar, bank sentral akan sediakan likuiditas ke pasar melalui mekanisme SWAP di pasar hingga USD 15 miliar.
"Bank Israel akan terus memantau perkembangan, melacak semua pasar dan bertindak dengan alat yang tersedia jika diperlukan," keterangan bank sentral.
Sementara itu, pada Minggu, 8 Oktober 2023, indeks acuan TA-35 Israel melemah 6,47 persen dan mencatat koreksi terbesar dalam tiga tahun lebih, sejak Maret 2020.
"Perekonomian Israel sangat kuat. Kecuali jika ada serangan fisik dari Iran, kemungkinan besar Israel akan kembali berfungsi penuh secara ekonomi dalam waktu satu atau dua minggu,” ujar Mantan Wakil Gubernur Bank Sentral Israel, Zvi Eckstein kepada CNBC.
"Mata uang Israel akan sedikit terdevaluasi karena baik masyarakat Israel maupun asing akan mengurangi paparan mereka terhadap Israel seiring dengan meningkatnya risiko Israel,” ujar Eckstein yang kini menjabat sebagai Profesor di Tel Aviv University.
Saat fajar pada Sabtu, 7 Oktober 2023 tepatnya hari libur besar Yahudi, kelompok militan Hamas melancarkan serangan ke Israel melalui darat, laut dan udara memakai paralayang. Serangan itu terjadi beberapa jam setelah serangan roket dari Gaza ke Israel.