Menteri ESDM Ungkap Penyebab Perusahaan Asal Jerman Batal Investasi Smelter di Indonesia
Kebijakan hilirisasi di Indonesia tetap menarik bagi investor asing.
Kebijakan hilirisasi di Indonesia tetap menarik bagi investor asing.
Menteri ESDM Ungkap Penyebab Perusahaan Asal Jerman Batal Investasi Smelter di Indonesia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara soal mundurnya rencana investasi pemurnian (smelter) nikel oleh BASF dan Eramet di Proyek Sonic Bay, Maluku Utara.
Dia menyebut, pada awalnya BASF ingin menjadi pengguna produk akhir fasilitas tersebut.
Akan tetapi, pihak BASF mengaku telah mendapatkan pengamanan pasokan. Dengan ini, perusahaan kimia asal Jerman tersebut memutuskan untuk membatalkan rencana investasi di Indonesia.
"BASF dia kan yang mau menggunakan produk akhirnya dari industrinya BASF. Dia tuh dan dalam dikatakan dia bisa mendapatkan pengamanan suplai," kata Arifin saat ditemui awak media di Gedung Migas, Jakarta, Jumat (28/6).
Lebih lanjut, Arifin menduga BASF telah menyepakati investasi di negara lain. Namun, dia enggan menyebutkan lebih lanjut terkait keputusan untuk membatalkan investasi di Indonesia.
"Dia memutuskan untuk enggak masuk ke Indonesia mungkin dia sudah di tempat lain, tapi kita enggak tahu lah alasan di baliknya apa" ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menegaskan bahwa pembatalan rencana investasi pemurnian nikel oleh BASF dan Eramet di Proyek Sonic Bay, Maluku Utara, tidak mengurangi minat investor asing dalam sektor hilirisasi di Indonesia.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan, di Jakarta, Kamis, menyatakan bahwa meskipun perusahaan tersebut membatalkan investasi senilai USD2,6 miliar atau mencapai Rp 42 triliun, potensi investasi di sektor hilirisasi baterai kendaraan listrik masih sangat besar di pasar domestik.
"Kami melihat bahwa hilirisasi ekosistem baterai kendaraan listrik memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Terlebih lagi, Indonesia baru saja mencapai peringkat 27 dalam World Competitiveness Ranking (WCR) 2024, dan termasuk dalam tiga besar terbaik di kawasan ASEAN," ujar Nurul, dikutip dari Antara, Kamis (27/6/2024).
Ia menambahkan bahwa kebijakan hilirisasi di Indonesia tetap menarik bagi investor asing. Beberapa proyek hilirisasi bahkan sudah memasuki tahap realisasi, seperti smelter tembaga terbesar di dunia milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, yang mulai beroperasi pada 27 Juni 2024.