Nasib mobil listrik Indonesia bergantung China
Merdeka.com - Pemerintah diharapkan bisa menarik produsen baterai asal China untuk membangun pabrik di Indonesia. Hal ini guna memuluskan pengembangan mobil listrik di dalam negeri.
Pendiri Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (APPI) Jonatan Handojo mengatakan, saat ini bahan baku dan teknologi baterai, termasuk untuk mobil listrik dikuasai oleh China. Salah satunya nikel yang merupakan bahan baku baterai untuk kendaraan tersebut.
"Ini dikuasai oleh China. Ini yang menjadi persoalan. Ketika kita ingin membuat baterai sendiri, cari bahan bakunya nikel harus 100 persen murni, musti beli dari China," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Rabu (30/5).
-
Apa peran nikel untuk baterai kendaraan listrik? 'Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, memainkan peran kunci dalam menyediakan nikel berkualitas yang dibutuhkan untuk pembuatan baterai lithium-ion, yang merupakan komponen vital untuk baterai kendaraan listrik. Nikel meningkatkan densitas energi baterai yang sangat penting untuk meningkatkan jangkauan dan efisiensi EV,'
-
Kenapa permintaan nikel untuk baterai kendaraan listrik meningkat? 'Dengan komitmen global untuk mengurangi emisi dan mengadopsi kendaraan listrik, permintaan untuk baterai EV akan terus meningkat, yang pada gilirannya akan mendorong permintaan terhadap nikel,' ujar Toto.
-
Siapa yang terlibat di PT Industri Baterai Indonesia? MIND ID melalui ANTAM melakukan kolaborasi bersama PLN dan Pertamina dalam membentuk PT Industri Baterai Indonesia (IBC). Kemudian IBC bersama Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co., Ltd., (CBL) telah menandatangani framework agreement mencakup kegiatan pertambangan bijih nikel hingga industri daur ulang baterai pada 14 April 2022 silam.
Dia mengungkapkan, sebenarnya Indonesia memiliki sumber daya nikel yang cukup melimpah. Namun sayangnya, Indonesia belum menguasai teknologi pengembangan baterai berbahan baku nikel.
"Meski kita punyanya Vale. Itu barang dari Sulawesi Tengah dikirim ke Jepang, kadar nikelnya 78 persen. Di Jepang diolah, nikelnya tidak diambil, tapi komponen lain yang lebih mahal, namanya mineral tanah jarang. Nikelnya dikirim ke China, dimurnikan untuk menjadi 100 persen. Karena dia punya limbah bukan B3, tapi B12, lebih pekat racunnya. Jadi nikel 100 persennya bisa beli dari China," jelas dia.
Selain nikel, bahan baku baterai lain seperti kobalt dan lithium juga dikuasai China. Dengan posisi seperti ini, semakin sulit bagi Indonesia memproduksi sendiri baterai untuk mobil listrik di dalam negeri.
"Kobalt, tidak ada di Indonesia. Adanya di Afrika Barat. Seluruh kobalt di Afrika Barat sudah dibooking oleh China. Sekarang tinggal lithium. Ini juga seluruhnya di-booking oleh China. Semua China. Jadi China ini sudah menjadi produsen yang luar biasa untuk produk baterai baik lithium maupun nikel," kata dia.
Jonatan menyatakan, pihaknya telah melaporkan hal ini kepada Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Agar program pengembangan mobil listrik ini tetap bisa berjalan secara efisien, maka mau tidak mau Indonesia harus mengundang produsen baterai China untuk membangun pabriknya di dalam negeri.
"Arahan Pak Menteri, bawa saja pabrik-parik China suruh dibangun di Indonesia, kerja sama dengan swasta di sini untuk membuat baterai di indonesia. Karena bahan baku dan teknologinya sudah dikuasai China. Kita mau tidak mau bersahabat dengan China. Sistem kerja samanya dia bikin di sini, kita beli untuk membantu perakitan mobil-mobil listrik di sini. Kita tidak bisa menjadi produsen baterai secara utuh," tandas dia.
Reporter: Septian DenySumber: Liputan6.com
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Volkswagen dan Ford Tertarik Investasi EV di Indonesia
Baca SelengkapnyaIndonesia sudah mulai menapaki jejak sebagai pemain global dalam rantai pasok EV dunia,
Baca SelengkapnyaKemitraan strategis ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi bagian penting dari rantai pasokan global baterai kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaPermintaan global untuk kendaraan listrik tumbuh pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca SelengkapnyaIndonesia adalah pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaJokowi menuturkan, ekosistem kendaraan listrik ini akan menyatukan seluruh proses produksi mobil listrik
Baca SelengkapnyaLFP dipakai Tesla untuk memproduksi mobil listrik yang masih tergolong standar.
Baca SelengkapnyaIndonesia tercatat memiliki 6,2 juta pengguna kendaraan listrik roda dua dan 1 juta pengguna kendaraan listrik roda empat, menambah keunggulan kompetitif.
Baca SelengkapnyaIndonesia berencana untuk memperkuat pengembangan bahan baku untuk material baterai EV.
Baca SelengkapnyaJokowi mengapresiasi peresmian pabrik tersebut sebagai langkah penting dalam mewujudkan ekosistem kendaraan listrik
Baca SelengkapnyaArifin juga angkat suara terkait wacana Kementerian Perindustrian yang akan membatasi penggunaan kendaraan listrik yang menggunakan baterai berbasis LFP.
Baca SelengkapnyaProgram hilirisasi ini merupakan kebijakan strategis jangka panjang yang pemerintah Indonesia telah lakukan.
Baca Selengkapnya