NTB Jadi Satu-Satunya Daerah dengan Pertumbuhan Negatif, Ini Penyebabnya
Berbeda dengan ekonomi di Nusa Tenggara Timur yang tumbuh positif sebesar 0,09 persen, juga ekonomi di Bali sebesar 2,59 persen.
Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi satu-satunya wilayah yang pertumbuhan ekonominya negatif sebesar -0,48 persen di triwulan II-2023.
NTB Jadi Satu-Satunya Daerah dengan Pertumbuhan Negatif, Ini Penyebabnya
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Moh. Edy Mahmud menyatakan, hal itu diakibatkan oleh adanya penurunan kegiatan pertambangan dan penggalian, khususnya produksi tembaga serta produksi padi.
"Ada dua kegiatan yang mewarnai penurunan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di NTB, pertama tadi pertambangan dan penggalian dan pertanian, kehutanan dan sebagainya," ujar Edy dalam acara rilis BPS, Senin (7/8).
Merdeka.com
Namun berbeda dengan ekonomi di Nusa Tenggara Timur yang malah tumbuh positif sebesar 0,09 persen. Sementara ekonomi di Bali sebesar 2,59 persen.
Dengan demikian, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di Bali dan Nusa Tenggara menyumbang 3,01 persen pada triwulan II-2023.
"Nusa Tenggara Barat ini -0,48 persen, jadi satu-satunya yang tumbuh negatif pada triwulan II 2023," jelasnya
Selain, itu jika dilihat dari struktur ekonomi di Indonesia secara spasial di triwulan II 2023 masih didominasi oleh Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB ADHB sebesar 57,27 persen. Kemudian dilanjutkan pada wilayah Sumatera 21,94 persen, Kalimantan 8,32 persen, bali dan Nusa Tenggara 2,77 persen, Sulawesi 7,13 persen, Maluku dan Papua 2,57 persen.
Sementara pertumbuhan triwulan II 2023 pada pulau-pulau tersebut antara lain Jawa tumbuh 5,18 persen secara tahunan (yoy), Sumatera 4,90 persen, Kalimantan 5,56 persen, Sulawesi 6,64 persen, Maluku dan Papua 6,35 persen dan Bali-Nusa Tenggara 3,01 persen.
"Kalau kita dalami lagi masing-masing pulau sumber pertumbuhan yang diberikan oleh pulau Sumatera yang tumbuh 4,90 persen di dekomposisikan menurut wilayah spasial provinsi disumbang oleh Sumatera Utara (Sumut) 1,19 persen, Riau 1,02 persen. Untuk Sumut sumber pertumbuhannya yang paling besar adalah perdagangan, pertanian kehutanan dan perikanan serta industri pengolahan," terang dia.
Di pulau Jawa, kata Edy, dekomposisi wilayahnya adalah DKI Jakarta menyumbang 1,44 persen, yang mana sumber pertumbuhan utamanya adalah sektor-sektor tersier semacam infokom, perdagangan, dan jasa perusahaan. Sedangkan di Kalimantan, wilayah penyumbang tertinggi adalah Kalimantan Timur, dengan sumber utamanya adalah pertambangan dan penggalian, konstruksi serta industri pengolahan barang konstruksi."Di Kalimantan Timur ini juga terkait dengan pembangunan yang masif di Kalimantan Timur terutama terkait dengan pembangunan IKN (Ibu Kota Nusantara)," jelas Edy.
Untuk Sulawesi penyumbang tertinggi yakni di wilayah Sulawesi Tengah 2,54 persen dari 6,64 persen, dengan sumber paling besar adalah manufaktur dan pertambangan dan penggalian bijih besi. "Kita tahu semua barangkali di Sulawesi Tengah banyak smelter yang mengolah bijih nikel menjadi veronical dan ini menjadi komoditas utama perdagangan luar negeri kita," imbuhnya.
Khusus di Maluku dan Papua yang tumbuh 6,35 persen ini separuhnya di sumbang oleh Maluku Utara 3,06 persen juga banyak pembangunan smelter. "Maluku Utara barangkali sama seperti di Sulawesi Tengah banyak dibangun smelter yang besar disana makanya sumber pertumbuhannya mirip ya sama dengan yang berada di Sulawesi Tengah, yaitu manufaktur pengolahan terumana veronical, kemudian pertambangan dan penggalian dan ketiga pertanian, kehutanan dan perikanan," tambahnya.