Pemerintah Pilih Lokasi Ini untuk Bangun Pembangkit Listrik Nuklir Pertama di Indonesia
Harris menyampaikan Indonesia akan memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir pertama pada tahun 2023. Adapun, kapasitas PLTN tersebut sekitar 320 megawatt.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM kian serius menggarap proyek pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Penggunaan nuklir ini tergolong bagian dari energi baru dan terbarukan (EBT) yang terus didorong pemerintah.
Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konversi Energi ESDM, Harris menyampaikan Indonesia akan memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir pertama pada tahun 2023. Adapun, kapasitas PLTN tersebut sekitar 320 megawatt.
"Nuklir yang kita rencana itu sekitar 320 megawatt di tahun 2033," kata Harris dalam acara Media Gathering di Kantor Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM, Jakarta, Senin (9/9).
Adapun, lokasi potensial untuk dibangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Indonesia yakni pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni. Nantinya pulau terseut dilalui jaringan transmisi nasional dari Pulau Kalimantan hingga Jawa.
Namun, belum disebutkan secara spesifik nama pulau yang akan dijadikan lokasi PLTN pertama di Indonesia tersebut.
"(PLTN) ada di daerah-daerah yang memang penduduk tidak ada, yaitu memanfaatkan pulau-pulau kecil yang nanti akan dilewati oleh jalur transmisi laut dari Kalimantan ke Jawa," ujar Harris.
Alasan Pilih Pulau Tak Berpenghuni
Dia menyebut pemilihan pulau-pulau ini terkait aspek keamanan terhadap masyarakat sekitar. Hal ini berkaca pada peristiwa bencana nuklir yang terjadi di Fukushima, Jepang beberapa waktu lalu.
"Pelajaran-pelajaran permasalahan nuklir, misalnya terbaru yang di Fukushima itu juga menjadi pertimbangan juga, lalu potensi masyarakat di minimalisir," ucap dia.
Pemerintah menilai nuklir memiliki potensi besar sebagai pembangkit listrik ramah lingkungan pengganti batubara. Mengingat, kapasitas nuklir yang dapat terpakai hingga 100 persen dibandingkan pembangkit ramah lingkungan lainnya.
"Kalau PLTS matahari, ada angin, itu kan dia juga kapasitas kuat tapikan fluktuatif, sehingga untuk bisa menerapkan secara maksimal itu harus di backup oleh pembangkit yang stabil atau kita memberikan baterai, tapi kan baterai mahal. Maka kita perlu nuklir," tandas dia.