Pemilik Mal yang Dijarah di India Ternyata Miliarder Pernah Jatuh dari Helikopter
Saat ini, Yusuff berada di posisi 500 dalam daftar orang terkaya di dunia.
Lulu Mal merupakan bisnis ritel milik Yusuff Ali Musaliam Veettil Abdul Kader. Dia merupakan miliarder India yang menetap di Abu Dhabi.
Pemilik Mal yang Dijarah di India Ternyata Miliarder Pernah Jatuh dari Helikopter
Pemilik Mal yang Dijarah di India Ternyata Miliarder Pernah Jatuh dari Helikopter
Media sosial sempat dihebohkan dengan aksi penjarahan Lulu Mall di Hyderabad India, pada 27 September. Penjarahan makanan Dan camilan itu terjadi saat pembukaan Lulu Mall. Aksi masyarakat itu sontak dikecam pengguna media sosial.
Pembukaan Lulu Mall di Hyderabad memantik euforia tinggi mengingat mal tersebut menjadi mal terbesar di wilayah Hyderabad.
Lulu Mal merupakan bisnis ritel milik Yusuff Ali Musaliam Veettil Abdul Kader. Dia merupakan miliarder India yang menetap di Abu Dhabi.
Hidup dikelilingi harta dan kemewahan, Yusuff bahkan menjadikan helikopter sebagai sarana transportasinya. Namun, satu waktu, dia dan keluarganya juga pernah mengalami insiden cukup mengkhawatirkan.
Pada 11 April 2021, helikopter yang ditumpangi Yusuff Ali, istrinya dan tiga orang lainnya termasuk pilotnya jatuh di rawa dekat Kochi, Kerala.
Beruntung, keduanya tidak terluka dan dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan pertama. Helikopter pribadi milik pengusaha tersebut sempat mengalami gangguan teknis akibat cuaca buruk.
Yusuff diketahui memiliki tiga anak, dan Masih tinggal di Abu Dhabi. Putri sulungnya Sabeena menikah dengan pengusaha miliarder Shamsheer Vayalil.
Putri keduanya, Shafeena, menikah dengan Adeeb Ahamed yang menjalankan Lulu International Exchange dan Twenty14 Holdings, divisi investasi perhotelan grup tersebut.
Sementara itu, meski sudah terlahir kaya, Yusuff tetap tekun untuk melihat peluang pasar agar tetap eksis di Industri ritel.
Menurut Forbes, Yusuff Ali memiliki kekayaan bersih real-time sebesar USD5,6 miliar per 29 Juli 2023, yaitu sekitar Rp87 triliun