Rendahnya Pendidikan Petani Sebabkan Teknologi di Industri Pertanian Tertinggal
Merdeka.com - Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudistira, menyebut teknologi pertanian di Indonesia masih tertinggal di era digitalisasi. Sebab, kesadaran teknologi di kalangan petani masih rendah.
"Ketika revolusi digital, banyak teknologi pertanian yang masih belum maju," cetusnya pada acara Seminar Nasional yang diselenggarakan di Fairmont Hotel Senayan, Jakarta, Selasa (11/2).
Rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya pelatihan penggunaan teknologi modern merupakan faktor utama sektor pertanian masih bersifat tradisional. "Di level daerah pendidikan banyak yang tamatan SMP ke bawah. Selain itu, memang diperlukan bantuan dari pemerintah. Seperti, pelatihan teknologi terbaru," ungkapnya.
-
Bagaimana teknologi informasi berkembang di Indonesia? Sejak diperkenalkannya radio, teknologi informasi terus mengalami perkembangan pesat yang mempengaruhi peradaban masyarakat informasi di Indonesia. Kemudian, dengan berkembangnya internet, teknologi informasi semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan masyarakat.
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Mengapa teknologi pertanian penting? Perkembangan teknologi pertanian telah memungkinkan produksi makanan yang lebih besar dan efisien.Mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia, dan menghasilkan hasil pertanian yang lebih berkualitas.
-
Bagaimana cara mengatasi kekurangan talenta digital di Indonesia? Untuk mencapai jumlah itu dibutuhkan kolaborasi pentahelix. Model kolaborasi yang melibatkan lima unsur yaitu: Akademisi, Bisnis, Masyarakat, Pemerintah, Media.
-
Dimana kualitas jaringan telekomunikasi di Indonesia masih kurang? 'Penetrasi internet di masyarakat sudah 80% bisa kita bilang karena data terakhir APJII 2024, data menunjukkan 79,5%. Hanya saja, kita masih punya problem yang namanya digital divide, belum semua wilayah memiliki kualitas layanan telekomunikasi yang baik,' jelasnya.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
Bhima menyarankan pemerintah melakukan kerjasama bidang pertanian dengan sektor swasta terkait penggunaan teknologi yang tepat guna. "Harapannya, di situ pemerintah bisa memfasilitasi pelaku usaha dengan CSR nya (Corporate Social Responsibility) dengan bantuan-bantuannya. Intinya teknologi penting tapi tepat sasaran tidak?," tutupnya.
Mentan Beri Perhatian Khusus Riset dan Teknologi Pertanian
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengukuhkan tiga Profesor Riset lingkungan Kementerian Pertanian (Kementan) yang ke 523, 524, 525 secara nasional dan ke 139, 140 dan 141 di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangtan) bertempat di Kota Bogor, Selasa (29/10).
Ketiga Profesor tersebut yakni Ali Asgar di bidang teknologi pascapanen, Sholihin di bidang pemuliaan dan genetika tanaman dan Sukarman di bidang pedologi dan penginderaan jauh.
Dalam pengukuhan ini, SYL menegaskan orasi pengukuran ini bertepatan dengan dua momentum yang sangat strategis. Pertama, saat ini berada pada tahap awal masa bakti Kabinet Indonesia maju sehingga di tahun 2019-20124, hasil riset pasti akan menjadi bagian yang harus diimplementasikan atau dicoba seluruh jajaran Kementan agar riset dan teknologi menjadi energi dalam menyusun kebijakan dan program pembangunan pertanian.
"Oleh karena itu, para peneliti akan menggunakan seluruh kekuatan untuk menemukan hasil riset baru, varietas baru dan cara bertani baru yang bisa lebih efektif dan efisien bahkan mampu menopang kebutuhan pangan industri yang bergerak di bidang pertanian. Ini sangat penting dan tentu akan memberikan kontribusi kuat untuk hadirnya petani menghasilkan pangan berkualitas. Indonesia ini bisa hebat kalau risetnya bagus," demikian tegas SYL di hadapan tamu undangan sekitar 500 orang yang berasal dari Kementan, LIPI, Badan Litbang kementerian/lembaga, perguruan tinggi dan pejabat daerah lainnya.
Momentum Kedua, lanjutnya, Presiden Jokowi telah menandatangani UU SISNAS IPTEK pada tanggal 13 Agustus 2019, disertai pula dengan terbentuknya Kementerian Riset/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pembentukan BRIN bertujuan untuk memperkuat koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan program penelitian nasional, termasuk bidang pertanian.
Badan Litbang Pertanian, sambungnya, tentu tidak akan terlepas dari perubahan kebijakan tersebut. Para peneliti masa pensiunnya 60 menjadi 65 tahun untuk Peneliti Madya dan dari 65 menjadi 70 tahun untuk Peneliti Utama.
"Sejalan dengan semangat UU tersebut, acara pengukuhan pada hari ini merupakan bagian dari upaya kita untuk meningkatkan profesionalisme peneliti. Akumulasi pemikiran dari para Profesor Riset Kementerian Pertanian selama ini, telah turut mewarnai perencanaan program dan kebijakan pembangunan pertanian, dan peran tersebut diharapkan dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang," sebut SYL.
Terkait akselerasi pembangunan pertanian, SYL langsung memberi tantangan langkah praktis dan implementasi inovasi kepada profesor secara luas. Ia meminta ketiganya langsung berkolaborasi dan bersinergi dalam wadah Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) sekaligus menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yang lebih muda dalam pengembangan jati diri.
"Sinergi ini tidak saja akan jadi model bagi peneliti lainnya, namun secara konkret dapat menjawab berbagai permasalahan riil yang dihadapi petani di lapangan saat ini," terangnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaSituasi ini sudah berlangsung lama, terutama sejak kebijakan pemerintah yang tidak lagi mendukung sektor pertanian pascareformasi.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menjadi salah satu faktor rendahnya produktivitas pertanian di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kebutuhan pangan sejalan dengan pertumbuhan laju penduduk.
Baca SelengkapnyaBerbagai faktor memperburuk jumlah produksi beras Indonesia yang selalu turun.
Baca SelengkapnyaPadahal, generasi milenial memiliki potensi besar dalam mewujudkan program ketahanan pangan melalui pemanfaatan teknologi digital.
Baca SelengkapnyaAngka itu didapat dari hasil survei yang dilakukan Kementerian Kominfo.
Baca SelengkapnyaTerutama bagi petani yang menggarap lahan kecil. Mereka masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Baca Selengkapnya99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?
Baca SelengkapnyaIndonesia-Korea Selatan meluncurkan platform Ekonomi Digital Hijau (GDEP).
Baca SelengkapnyaKetidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini.
Baca Selengkapnya