Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Perang Dagang AS-China Memanas, BI Revisi Perkiraan Defisit Transaksi Berjalan

Perang Dagang AS-China Memanas, BI Revisi Perkiraan Defisit Transaksi Berjalan Pelabuhan. ©2013 Merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) merevisi perkiraan defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) tahun 2019 semula 2,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 2,5 - 3,0 persen terhadap PDB.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menegaskan, meskipun tidak serendah perkiraan semula, sinergi kebijakan Bank Indonesia, Pemerintah dan Otoritas terkait akan terus diperkuat guna meningkatkan ketahanan eksternal.

Salah satu pemicu revisi perkiraan defisit tersebut adalah kondisi perekonomian global yang melambat serta kondisi saat ini yang dinilai kian memanas. Terutama setelah berlanjutnya ketegangan perang dagang atau trade war antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Orang lain juga bertanya?

"Bagaimanapun juga seluruh dunia itu tidak bisa menafikan bahwa perlambatan ekonomi dunia dan perang dagang itu berdampak pada seluruh negara," kata dia saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei, di kantornya, Kamis (16/5).

Kondisi tersebut, membuat hampir semua negara akan semakin kesulitan mendongkrak pertumbuhan ekspor negaranya. Oleh karena itulah BI melakukan revisi perkiraan defisit CAD tersebut. "Karena sumber pertumbuhan ekspor itu semakin sulit untuk dijadikan andalan," ujarnya.

"Itulah kenapa kami melakukan revisi transaksi CAD," dia menambahkan.

Sementara itu, beberapa upaya yang telah dilakukan BI bersama pemerintah dalam hal menjaga stabilitas defisit CAD selama ini dinilai sudah cukup kelihatan hasil positifnya, meski pengaruhnya belum terlalu dirasakan.

Upaya tersebut di antaranya penggunaan B20, kebijakan pengenaan bea masuk untuk menekan impor, penghentian sementara proyek infrastruktur yang memiliki kandungan impor bahan baku cukup tinggi serta kebijakan lainnya yang bertujuan menjaga kestabilan neraca perdagangan.

"Langkah-langkah itulah yang kemudian juga untuk menghindari defisit transaksi yang lebih tinggi. Dari berbagai faktor ini dan dengan semakin melambatnya ekonomi global tadi kami menyampaikan berdasarkan prakiraan terkini, defisit transaksi berjalan di tahun 2019 kisarannya adalah 2,5 - 3,00 persen terhadap PDB. Memang sebelumnya kami perkirakan dan mengupayakan defisit ke arah 2,5 persen dari PDB," tutupnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gubernur BI: Ekonomi AS Menguat, Ketidakpastian Global Masih Tinggi
Gubernur BI: Ekonomi AS Menguat, Ketidakpastian Global Masih Tinggi

Kondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya
Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya

Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.

Baca Selengkapnya
Gubernur BI: Masih Ada Ruang Penurunan Suku Bunga Acuan
Gubernur BI: Masih Ada Ruang Penurunan Suku Bunga Acuan

Kebijakan suku bunga BI akan terus mempertimbangkan sejumlah faktor, terutama pergerakan nilai tukar Rupiah.

Baca Selengkapnya
Kurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Kurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.

Baca Selengkapnya
Ada Ketegangan Geopolitik, BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,9 Persen
Ada Ketegangan Geopolitik, BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,9 Persen

Ekonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.

Baca Selengkapnya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.

Baca Selengkapnya
BI Klaim Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Bath Thailand hingga Won Korea, Ini Datanya
BI Klaim Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Bath Thailand hingga Won Korea, Ini Datanya

Kebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.

Baca Selengkapnya
Tak Takut The Fed Naikkan Suku Bunga, Gubernur BI: Kami Tak Peduli dengan Pernyataan IMF
Tak Takut The Fed Naikkan Suku Bunga, Gubernur BI: Kami Tak Peduli dengan Pernyataan IMF

Bank Indonesia tetap akan menjalankan bauran kebijakan untuk menjaga geliat ekonomi nasional di tengah situasi tak menentu saat ini.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Kuartal III-2024 Melambat, Gubernur BI: Tahun Ini Bisa 5,1 Persen
Ekonomi Kuartal III-2024 Melambat, Gubernur BI: Tahun Ini Bisa 5,1 Persen

Bank Indonesia komitmen menjaga inflasi sekaligus stabilitas dari nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya
Bos BI Beberkan Alasan Masih Tahan Suku Bunga Acuan Saat Tren Penurunan Inflasi
Bos BI Beberkan Alasan Masih Tahan Suku Bunga Acuan Saat Tren Penurunan Inflasi

Ternyata ini alasan Bank Indonesia masih tahan suku bunga acuan di tengah penurunan inflasi.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Waspada Jika Donald Trump Menang Pilpres
Bank Indonesia Waspada Jika Donald Trump Menang Pilpres

Diprediksi dollar akan menguat, suku bunga Amerika Serikat akan tinggi, bahkan perang dagang juga diprediksi akan terus berlanjut.

Baca Selengkapnya
Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global
Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global

Tensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.

Baca Selengkapnya