Perkuat kebijakan moneter, BI keluarkan aturan baru tahun depan
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) terus berupaya memperkuat kebijakan moneter dalam menjaga perekonomian Indonesia. Salah satunya, bank sentral akan memperkenalkan Giro Wajib Minimum (GWM) Averaging (rata-rata).
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan rencananya aturan tersebut akan diterapkan pada semester II-2017.
"Di sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia terus konsisten menjaga inflasi, bahkan pada 2017 Bank Indonesia akan mulai mengenalkan GWM Averaging," kata Agus, Selasa (23/11) malam.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Kenapa Bank Mandiri siapkan uang tunai di Bali? Langkah ini diharapkan dapat membantu nasabah memenuhi berbagai kebutuhan pada periode bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mendatang, terutama pada masa pembayaran gaji dan THR ASN.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana Bank Jago membantu dalam mengatur keuangan? Aplikasi Jago menghadirkan fitur di mana pengguna bisa menyusun rencana keuangan bersama keluarga atau orang terdekat lainnya. Jadi bisa mengatur dan wujudkan rencana keuangan bersama-sama.
-
Bagaimana cara Bank Pemerintah mengelola keuangan negara? Bank pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola keuangan publik, termasuk penerimaan dan pengeluaran negara. Mereka memproses transaksi keuangan pemerintah, mengelola anggaran, dan memastikan keseimbangan keuangan yang sehat.
-
Apa fungsi utama Bank Pemerintah? Bank pemerintah memiliki sejumlah fungsi penting dalam mengelola keuangan negara dan menyelenggarakan sistem keuangan.
Agus menjelaskan dengan adanya GWM rata-rata ini dapat memberikan ruang kepada perbankan dalam pengelolaan likuiditasnya. Sehingga, kebijakan moneter mengenai simpanan minimum dapat semakin lengkap, setelah sebelumnya ada GWM Primer dan GWM Sekunder.
"Dengan aturan ini, GWM primer yang semula presentasenya ditentukan secara harian. Diubah menjadi menjadi rata-rata periode tertentu. Saat ini besaran yang berlaku 6,5 persen dari jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dimiliki perbankan," jelas dia.
Kebijakan moneter baru ini dengan perbankan memiliki fleksibilitas pengelolaan likuiditas diharapkan perbankan langsung menjadi penopang dalam penguatan operasi moneter. GWM merupakan simpanan minimal baik rupiah dan valas yang wajib dipelihara oleh bank dalam rekening giro di BI.
"Jadi tidak perlu tiap hari maintainance likuiditasnya minimum sama dengan GWM. Ada kesempatan bisa lebih rendah. Tapi dalam waktu tertentu, rata-rata dia harus memenuhi kewajiban GWM," tukasya.
Pada 2017, Agus mengharapkan dengan berbagai kebijakan dan operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan tahun depan pada kisaran 5-5,4 persen. "Terutama ini ditopang oleh permintaan domestik," tegas Agus.
Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) dari seluruh perbankan ditargetkan meningkat 9-11 persen di 2017. Selain itu, kredit perbankan juga ditargetkan mencapai pertumbuhan 10-12 persen.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satunya dengan melakukan sinergi lintas kementerian/lembaga, termasuk dengan Bank Indonesia (BI) untuk insentif likuiditas.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen demi menjaga stabilitas Rupiah.
Baca SelengkapnyaDari angka tersebut disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp120,9 triliun, bank Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp110,9 triliun.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia juga terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk untuk menjaga stabilitas.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga ini bertujuan menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Baca SelengkapnyaKeputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi pada sasaran 2,5±1 persen pada tahun 2024 dan 2025.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaDengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Baca SelengkapnyaOJK berencana menetapkan modal minimum Rp3 triliun bagi Industri Jasa Keuangan (IJK) yang mau masuk ke bisnis emas atau bulion.
Baca SelengkapnyaBank sentral mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DDR) di level 6 persen.
Baca Selengkapnya