PLN Sebut Pemasangan Alat Pengendali Emisi Tambah Beban Subsidi Listrik
Merdeka.com - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Zulkifli Zaini mengatakan, pemasangan alat pengendali emisi akan berdampak pada peningkatan biaya pokok produksi (BPP) sebesar Rp 104 per KWH, yang menyebabkan penambahan beban subsidi listrik sebesar Rp 10,7 triliun setiap tahun.
Kendati begitu, dia optimis PLN tetap berkomitmen penuh untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan memenuhi ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri LHK nomor 15 tahun 2019 tentang baku mutu emisi pembangkit listrik tenaga termal.
Menurutnya, peraturan tentang baku mutu emisi pembangkit termal tersebut merupakan pengganti regulasi sebelumnya, yaitu permen lingkungan hidup Nomor 21 Tahun 2008 dengan melakukan pengetatan baku mutu emisi baik untuk pembangkit existing maupun pembangkit baru yang akan dibangun.
-
Bagaimana PLN meningkatkan pendapatan? Peningkatan laba bersih PLN ini ditopang semakin tumbuhnya penjualan listrik yang mencapai 6,3% atau total 273,8 Terawatt hour (TWh) sehingga berdampak pada kenaikan pendapatan penjualan listrik hingga 7,7% dari Rp288,8 triliun di 2021 menjadi Rp311,1 triliun di 2022.
-
Mengapa PLN butuh investasi besar untuk nol emisi? PT PLN (Persero) membutuhkan investasi lebih dari USD700 miliar atau setara dengan Rp11.323 triliun untuk mencapai emisi nol bersih (Net Zero Emisi) pada 2060.
-
Siapa yang memimpin PLN? Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, selain fokus menyediakan kelistrikan yang andal, PLN juga terus menjalankan berbagai kegiatan yang membantu kesejahteraan masyarakat melalui Program TJSL PLN.
-
Apa yang dilakukan Jakarta Electric PLN? Jakarta Electric PLN berhasil menang dengan skor 3-2.
-
Siapa yang memimpin Jakarta Electric PLN? Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, mengapresiasi semangat juang yang diberikan oleh seluruh pemain Jakarta Electric PLN, sehingga berhasil memberikan kemenangan pada pertandingan ketiga ini.
"Peraturan ini sangat berdampak kepada PLTU existing saat dibangun dan selama beroperasi pembangkit-pembangkit tersebut, telah memenuhi standar baku mutu emisi berdasarkan Permen LH nomor 21 tahun 2008," kata Zulkifli dalam Paparannya pada RDP dengan DPR komisi VII, di Jakarta, Selasa (25/8).
Selain itu, peraturan ini berdampak pada PLTU yang sedang dalam tahap pembangunan, dan PLTU yang Power Purchase Agreement (PPA)-nya sudah ditandatangani sebelum peraturan ini diundangkan. Sementara, berdasarkan kondisi operasi saat ini terdapat beberapa Unit pembangkit existing yang perlu dilengkapi dengan alat pengendali emisi, baik untuk mengendalikan emisi Sulfur Dioksida (SO2), maupun pengendalian Nitrogen Oksida (NOx).
Sehingga, seperti yang sudah disebutkan di atas pemasangan alat pengendali emisi akan berdampak pada peningkatan BPP, yang menyebabkan penambahan beban subsidi listrik. Maka dari itu PLN melakukan beberapa upaya yang sudah, sedang dan akan dilakukan kedepan oleh PLN yakni, pertama pengendalian kadar sulfur batubara.
"Kegiatan ini sudah kami lakukan dengan cara koleksi dan pemilihan batubara dengan komposisi campuran sulfur yang dapat memenuhi baku mutu emisi SO2," ujarnya.
Kedua, pengalihan bahan bakar pembangkit termal, kegiatan ini juga telah dilakukan yaitu dengan menggantikan penggunaan HSD ke bahan bakar gas atau B30 biofuel 30 persen. Ketiga, penggunaan teknologi rendah karbon.
Keempat, pemasangan CEMS (Continuous emissions monitoring system) di semua PLTU dengan kapasitas diatas 25 megawatt untuk melakukan pengendalian emisi secara real-time. Kelima, co-firing yaitu pemanfaatan biomassa sampah yang merupakan renewable energi sebagai pencampur batubara untuk bahan bakar PLTU.
Keenam, pengembangan pembangkit EBT sesuai dengan RUPTL dan juga telah masuk dalam inisiatif strategis 2020-2024. Dan upaya ketujuh, yakni pemasangan pengendali emisi. "Untuk pemasangan pengendali emisi pada pembangkit existing memiliki beberapa tantangan antara lain waktu konstruksi, selama lebih kurang 2 sampai 3 tahun dan perlu disesuaikan dengan jadwal pemeliharaan agar ketersediaan pasokan listrik tetap terjamin," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam RAPBN 2024, subsidi dan kompensasi untuk BBM, gas Elpiji dan listrik sebesar Rp329,9 triliun.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan anggaran tersebut disiapkan demi menjaga stabilitas harga energi.
Baca SelengkapnyaBila dikonversi ke dalam kapasitas pembangkit, ini setara dengan penambahan sekitar 1 gigawatt per tahun.
Baca SelengkapnyaProgram ini akan memberikan dampak positif bagi negara dengan mengurangi konsumsi batu bara sebesar 2,98 juta ton per tahun.
Baca SelengkapnyaPenggunaan PLTS atap disinyalir bakan bikin PLN merugi.
Baca SelengkapnyaPLN melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penjualan listrik.
Baca SelengkapnyaPerdagangan karbon PLN Indonesia Power telah mencapai 2.428.203 ton CO2 dan akan meningkat dua kali lipat pada tahun-tahun selanjutnya.
Baca SelengkapnyaSelain pelanggan rumah tangga, ada empat golongan lain yang berhak menerima subsidi listrik.
Baca SelengkapnyaAinul mengatakan akibat pemakaian listrik ilegal, dalam kurun tiga tahun terakhir terjadi peningkatan kerugian negara.
Baca SelengkapnyaPLN menyetorkan dividen bagi negara sebesar Rp3,09 triliun.
Baca SelengkapnyaBesaran insentif motor listrik akan dinaikkan, dari Rp7 juta menjadi Rp10 juta.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan aset ini menjadikan PLN sebagai BUMN utilitas terbesar di Indonesia.
Baca Selengkapnya