Konsumsi Naik, Subsidi Listrik di 2024 Membengkak Jadi Rp75,8 Triliun
Dalam RAPBN 2024, subsidi dan kompensasi untuk BBM, gas Elpiji dan listrik sebesar Rp329,9 triliun.
Alokasi subsidi listrik dalam RAPBN 2024 lebih tinggi dibanding subsidi di 2023.
Konsumsi Naik, Subsidi Listrik di 2024 Membengkak Jadi Rp75,8 Triliun
Dalam Buku II Nota Keuangan, tertulis untuk subsidi listrik pada rancangan APBN 2024 sebesar Rp75,83 triliun atau lebih tinggi 7,0 persen apabila dibandingkan dengan outlook tahun 2023 sebesar Rp70,8 triliun.
"Peningkatan alokasi ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan volume listrik bersubsidi dan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik," demikian penjelasan dalam Buku Nota II Keuangan yang dikutip Kamis (17/8).
Merdeka.com
Adapun penyebab kenaikan BPP sebagaimana dimaksud antara lain; kenaikan fuel mix BBM, dan peningkatan pemakaian bahan bakar biomassa untuk cofiring pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Tertulis juga bahwa arah kebijakan subsidi listrik tahun 2024 adalah untuk memberikan subsidi listrik kepada golongan yang berhak, subsidi listrik untuk rumah tangga diberikan secara tepat sasaran bagi rumah tangga miskin dan rentan.
Nantinya, pemerintah akan mendorong kebijakan penyesuaian tarif untuk pelanggan non-subsidi yang diselaraskan dengan kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat.
Pada buku tersebut juga tertulis pemerintah fokus mendorong transisi energi yang lebih efisien dan adil dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, fiskal, dan lingkungan. Sementara itu, total anggaran subsidi yang dialokasikan pemerintah pada rancangan APBN 2024 sebesar Rp442.2 triliun. Dari total anggaran tersebut, untuk subsidi dan kompensasi BBM, gas Elpiji dan listrik sebesar Rp329,9 triliun. Sedangkan sisanya sebesar Rp114,3 triliun untuk subsidi non energi.Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan anggaran tersebut disiapkan demi menjaga stabilitas harga energi.
"Untuk menjaga stabilitas harga terutama harga energi dan non energi. Untuk energi ini seperti LPG, listrik dan BBM," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers RAPBN dan Nota Keuangan 2024 di Kantor Ditjen Pajak, Jakarta, Rabu (16/8).
Sri Mulyani menjelaskan, besarnya anggaran tersebut karena konsumsi energi masyarakat mengalami peningkatan.
Hal ini juga dipengaruhi nilai tukar rupiah menjadi Rp15.000, sehingga subsidi energi juga mengalami peningkatan