PMI Manufaktur China Merosot, Apa Dampaknya Bagi Indonesia?
Merdeka.com - Pemerintah diminta mewaspadai dampak rambatan dari turunnya PMI Manufaktur China yang turun ke level 49,2 pada akhir bulan April 2023. Mengingat China merupakan negara mitra dagang Indonesia terbesar.
"Berkaitan dengan turunnya PMI di China ini perlu dilakukan kajian lebih dalam, apakah penurunan ini bisa mempengaruhi kinerja perdagangan Indonesia-China," kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS, Imam Machdi dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (15/5).
Imam menjelaskan sampai April 2023, neraca perdagangan Indonesia dengan China masih mengalami surplus sebesar USD479,6 juta atau setara Rp7,09 triliun.
-
Kenapa PMI manufaktur mencapai titik tertinggi? Angka ini merupakan posisi tertinggi sejak Oktober 2021, atau dalam 29 bulan terakhir.
-
Kapan PMI Manufaktur Indonesia berada di level tertinggi? Data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global untuk bulan Maret 2024 menunjukkan bahwa PMI Manufaktur Indonesia berada di level 54,2.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Bagaimana Purchasing Manager's Index (PMI) menunjukkan pertumbuhan? Pencapaian ini mencerminkan bahwa sektor manufaktur Indonesia sedang berada dalam fase ekspansi, dengan PMI di atas level 50 yang menandakan pertumbuhan.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
Dalam periode yang sama, nilai ekspor non migas Indonesia ke China tercatat sebesar USD4,62 miliar atau setara Rp68,38 triliun. Meskipun jumlahnya besar, namun angka ini mengalami penurunan 18,49 persen (mtm) dibandingkan pada posisi Maret 2023.
"Ekspor non migas Indonesia ke China sebesar USD4.620,5 juta, kalau kita lihat ini turun 18,49 persen (mtm)," kata Imam.
Sementara itu, impor non migas Indonesia dari China sebesar USD4,14 miliar atau setara Rp61,25 triliun. Angka ini juga mengalami penurunan sebesar 27,12 persen dibandingkan bulan Maret 2023.
"Jadi artinya nilai ekspor non migas Indonesia ke China nilainya lebih besar ekspor non migas dari China ke Indonesia. Makanya neraca perdagangan Indonesia dengan China surplus sebesar USD479,6 juta," kata Imam.
Surplus neraca perdagangan Indonesia - China tersebut didorong oleh beberapa komoditas. Antara lain bahan bakar mineral sebesar USD1,29 miliar, besi dan baja sebesar USD1,02 miliar dan nikel dan barang daripadanya sebesar USD425,6 juta.
"Ada beberapa komoditas yang mendorong surplus neraca perdagangan Indonesia-China, sebagian besar ini pada bahan bakar mineral besi dan baja, serta nikel dan barang daripadanya," kata dia.
Dengan demikian, Imam meminta pihak-pihak terkait untuk melakukan pendalaman dari penurunan kinerja perdagangan Indonesia-China. Agar risiko turunnya PMI Manufaktur di China bisa diantisipasi sejak dini.
"Maknaya pihak terkait yang bisa melihat data ini untuk melakukan pengkajian yang lebih mendalam," pungkasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak bisa dipungkiri, China merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia.
Baca SelengkapnyaChina merupakan salah satu dari 3 negara yang jadi mitra dagang utama RI.
Baca SelengkapnyaKinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.
Baca Selengkapnyapenurunan PMI Manufaktur ini tergambar dari pelemahan tingkat daya beli masyarakat, khususnya pada kelompok kelas menengah untuk kebutuhan sekunder/tersier.
Baca SelengkapnyaHal ini menunjukkan sektor manufaktur Tanah Air ini dalam kategori ekspansif dan akseleratif bersama dengan India, Filipina, dan Meksiko.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut PMI manufaktur Indonesia berada dalam tren menanjak di atas 50, bersama dengan beberapa negara seperti Turki dan Meksiko.
Baca SelengkapnyaPerlambatan ekonomi China memberikan pengaruh ke ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi minta semua menteri mencari tahu penyebab PMI Indonesia terkontraksi setelah 34 bulan berturut-turut mengalami trens ekspansi.
Baca SelengkapnyaPMI Manufaktur Indonesia pada Juli 2024 terkontraksi atau berada di zona negatif.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani ungkap penyebab PMI manufaktur Indonesia turun drastis.
Baca SelengkapnyaSejumlah negara yang tidak menerapkan libur Lebaran hingga 10 hari justru mencatatkan tren PMI di bawah 50 poin. Antara lain Thailand, Malaysia dan Jepang.
Baca SelengkapnyaPlt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan turunnya kinerja ekonomi tersebut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.
Baca Selengkapnya