Produsen Baja Nasional Siap Genjot Ekspor Non-Migas, Kini Sudah Rambah 20 Negara
Perusahaan telah mengekspor baja lapis sebagai bahan baku produk baja ringan struktural dan genteng metal untuk pembangunan rumah di Australia.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan terus mendorong peningkatan ekspor demi terwujudnya Indonesia Emas 2045. Hal ini disampaikan Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) membuka secara virtual Rapat Koordinasi dan Pertemuan Teknis (Rakornis) Perwakilan Perdagangan (Perwadag) RI di Luar Negeri, di Grand Hyatt Melbourne, Australia beberapa waktu lalu.
Dalam sambutannya, Mendag berharap, setiap Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri dapat meningkatkan ekspor dan mendorong terwujudnya visi Indonesia Emas.
"Kami berharap setiap perwakilan perdagangan dapat menunjukkan kinerja terbaiknya. Mari kita wujudkan visi Indonesia emas dengan semangat kolaborasi dan inovasi," terang Mendag Zulkifli Hasan dalam sambutannya, sebagaimana dalam keterangan yang diterima, Minggu 14 Juli.
Dalam kesempatan ini, PT Tata Metal Lestari produsen baja lapis asal Indonesia yang mulai beroperasi 2019 dan telah merambah ekspor ke 20 negara, mengikuti mini expo yang diadakan dalam rangka Rakornis Perwadag 2024 yang dilakukan di Melbourne 10 – 12 Juli 2024.
Mini Expo dilakukan dalam rangka menyemarakkan kegiatan rakornis sebagai bentuk dukungan perwakilan perdagangan Australia dalam rangka mendukung penetrasi produk Indonesia ke Australia.
Head of Government & Public Relations PT Tata Metal Lestari, Maharany Putri menjelaskan, IA-CEPA berdampak signifikan pada industri baja tanah air dan Australia dengan meningkatkan peluang perdagangan barang dan jasa, investasi dan kerja sama ekonomi (economic cooperation) kedua negara.
Menurutnya, dengan dibukanya akses bea masuk dari 15 persen menjadi 0 persen untuk Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) sebanyak 250.000 ton di tahun pertama dan meningkat 5 eprsen setiap tahunnya, maka daya saing harga akan produk akhir di kedua negara bahkan di negara ketiga akan tercipta.
Inovasi, knowledge transfer serta penelitian dan pengembangan dalam industri baja lapis hingga konstruksi baja ringan pun teraktivasi sebagai manifestasi dari elemen kerjasama ekonomi yang pasti berujung kepada investasi.
"Perjanjian ini terbukti mampu meningkatkan akses pasar dengan mengurangi hambatan dan biaya bagi pelaku usaha yang melakukan ekspor ke Australia. Di sisi lain perjanjian ini juga membuka potensi sumber daya bagi industri baja hilir Indonesia dengan menunjukkan efisiensi biaya dan keadilan harga yang lebih baik. Produk akhirnya juga bisa dikirim ke negara ketiga," terang Maharany.
Dia menambahkan, hingga saat ini PT Tata Metal Lestari telah mengekspor baja lapis sebagai bahan baku produk baja ringan struktural dan genteng metal untuk pembangunan rumah di Australia yang cukup pesat peningkatan permintaannya.
Maharany berharap, dengan adanya Rakornis Perwadag 2024 dan kunjungan ke mitra strategis PT Tata Metal Lestari ini, dapat menjadi bukti kehebatan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha Indonesia yang bertujuan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor non-migas Indonesia, termasuk peningkatan ekspor produk baja Indonesia ke pasar global.