Saat Bos Manchester United Marah-Marah kepada Staf Agar Bekerja dari Kantor
Manchester dan London tidak punya cukup ruang untuk mewajibkan pekerja bekerja dari kantor secara penuh.
Manchester dan London tidak punya cukup ruang untuk mewajibkan pekerja bekerja dari kantor secara penuh.
Saat Bos Manchester United Marah-Marah kepada Staf Agar Bekerja dari Kantor
Miliarder Jim Ratcliffe "marah-marah" kepada staf karena sering bekerja dari rumah.
Pemilik klub sepak bola Inggris, Manchester United itu melarang iklim bekerja dari rumah dan mewajibkan seluruh staf bekerja dari kantor.
Melansir The Guardian, kewajiban bekerja dari kantor disampaikan Ratcliffe saat menggelar panggilan video terhadap para staf.
Perlu diketahui, Ratcliffe merupakan orang terkaya ke-103 di dunia. Dia membeli 27,7 persen saham klub Manchester United pada bulan Februari.
Pengelolaan klub tersebut kemudian dijalankan oleh Ineos, perusahaan Ratcliffe.
Finansial miliarder ini menjadi kuat ditengarai kebijakannya yang menolak kerja fleksibel perusahaan pasca Covid-19, demi meningkatkan produktivitas.
Ratcliffe mengatakan kepada karyawan Manchester United bahwa traffic perusahaan turun 20 persen setelah salah satu perusahaannya melakukan uji coba bekerja dari rumah pada hari Jumat.
Staf juga mendapat kecaman setelah Ratcliffe menyebut lokasi klub tidak rapih.
Bahkan dia mengatakan staf IT klub tersebut dianggap aib.
Di satu sisi, kebijakan bekerja secara penuh tidak cukup efektif.
The Athletic melaporkan bahwa lokasi perusahaan di Manchester dan London sebenarnya tidak memiliki cukup ruang untuk menampung semua staf yang datang ke kantor secara penuh waktu.
Banyak bisnis lain yang mengambil pendekatan garis keras yang sama dalam mengembalikan karyawan ke kantor.
Dell menyampaikan ultimatum serupa kepada karyawannya awal tahun ini dengan menyampaikan pesan "kembalilah ke kantor, atau Anda tidak akan dipromosikan."
Sementara itu, tidak semua orang setuju bekerja dari kantor adalah cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas.
Globant, sebuah perusahaan perangkat lunak dengan 30.000 karyawan, mengizinkan semua karyawannya untuk melakukan pekerjaan jarak jauh.
Beberapa penelitian juga mempertanyakan efektivitas bekerja dari kantor.
Sebuah studi baru-baru ini terhadap perusahaan-perusahaan S&P 500 yang dilakukan oleh para peneliti di Katz Graduate School of Business menemukan bahwa perusahaan dengan mandat kerja dari kantor yang ketat belum tentu lebih menguntungkan, dan pekerjanya belum tentu lebih produktif.