Speaker Korsel Putar Lagu K-pop ke Korea Utara Tak Mempan, Begini Ceritanya
Penyetelan lagu-lagu K-pop ke Korea Utara dianggap salah satu propaganda efektif.
Penyetelan lagu-lagu K-pop ke Korea Utara dianggap salah satu propaganda efektif.
Speaker Korsel Putar Lagu K-pop ke Korea Utara Tak Mempan, Begini Ceritanya
Pengeras suara Korea Selatan yang diarahkan ke Korea Utara dinilai kurang keras.
Sehingga, tujuan pemasangan speaker sebagai perang psikologis, dinilai tidak cukup menjangkau Kaesong, Korea Utara.
Melansir Reuters, Korea Selatan melancarkan siaran pengeras suara yang ditujukan ke Korea Utara pada tanggal 9 Juni untuk pertama kalinya sejak perjanjian antar-Korea.
Speaker yang ada saat ini, termasuk di antara 40 sistem, dibeli pada tahun 2016 setelah kedua Korea saling baku tembak dalam perselisihan tahun 2015 mengenai siaran tersebut.
Perwakilan Militer Korea Selatan mengatakan, sistem tersebut dirancang untuk menyiarkan musik pop dan pesan-pesan politik sejauh 10 kilometer. Jangkauan ini dinilai cukup untuk menjangkau kota Kaesong dan hampir 200.000 penduduknya.
Namun audit yang dirilis pada saat itu, menunjukkan pengeras suara yang dipakai tidak memenuhi standar dan tidak sekeras yang diminta oleh militer.
Menurut mantan perwira angkatan laut Kim Young-su, meskipun speaker tersebut lulus dua dari tiga tes awal pada tahun 2016, uji coba dilakukan pada pagi atau malam hari.
Selain itu, pengeras suara jarang dioperasikan dalam beberapa waktu agar tidak terlalu mengganggu warga Korea Selatan.
Akibat speaker yang dianggap tidak terlalu keras, Kementerian Pertahanan Nasional menggugat produsen speaker tersebut.
Hanya saja, pengadilan menolak dengan pertimbangan terlalu banyak faktor lingkungan dapat mempengaruhi kinerja.
Kim mengatakan, pengujian pada tahun 2017 menunjukkan bahwa pesan atau lagu dari pengeras suara tidak dapat terdengar lebih dari 7 kilometer.
"Dan itu tidak cukup untuk menjangkau kota seperti Kaesong," kata Kim.
Kementerian mengatakan kepada Reuters dalam sebuah pernyataan bahwa kinerja pengeras suara dapat bervariasi tergantung pada kondisi seperti suhu, kelembapan, dan medan, namun pihaknya tidak menganggap kinerja pengeras suara menjadi buruk.
Kim Sung-min, yang membelot dari Korea Utara pada tahun 1999 dan mengoperasikan stasiun radio Seoul yang menyiarkan berita ke Korea Utara, mengatakan daerah perbatasan yang bergunung-gunung dan pengeras suara milik Korea Utara di wilayah tersebut semakin mengurangi jangkauan perang psikologis Korea Selatan.
Siaran-siaran di Korea Utara tidak ditujukan untuk memenangkan hati masyarakat Selatan dan lebih bertujuan untuk “menekan” siaran-siaran di Korea Selatan dengan mengacaukan atau mengacaukan pesan yang disampaikan.
Namun, bagi warga Korea Utara yang mendengar pesan-pesan Korea Selatan atau lagu-lagu K-pop menarik yang dilarang di Korea Utara, siaran tersebut dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan.
“Siaran-siaran ini berperan dalam menanamkan kerinduan terhadap dunia luar, atau menyadarkan mereka bahwa buku pelajaran yang diajarkan kepada mereka tidak benar,” ujar Kim.
Setidaknya dua tentara Korea Utara dari garis depan membelot ke Korea Selatan pada tahun 2017 setelah mendengarkan siaran melalui pengeras suara, media lokal melaporkan, mengutip pejabat Korea Selatan.
Reaksi Korea Utara yang marah terhadap siaran tersebut juga menunjukkan bahwa pengeras suara tersebut mengganggu negara otoriter tersebut, kata Steve Tharp, pensiunan perwira Angkatan Darat AS yang menghabiskan waktu bertahun-tahun bekerja di sepanjang perbatasan.
“Kami tahu bahwa Korea Utara menganggapnya efektif karena mereka telah menghabiskan banyak waktu untuk mematikannya,” katanya.