Survei: Anak-Anak di Indonesia Masih Sulit dengan Pelajaran Matematika
Matematika pelajaran yang masih dianggap sulit bagi sebagian siswa sekolah.
Matematika pelajaran yang masih dianggap sulit bagi sebagian siswa sekolah.
Survei: Anak-Anak di Indonesia Masih Sulit dengan Pelajaran Matematika
Banyak siswa di Indonesia yang merasa takut dan cemas akan kesalahan dalam menghitung yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya pemahaman matematika dasar sejak dini dan kurangnya mendapatkan metode belajar yang tepat baik di sekolah maupun di rumah.
Kemampuan Matematika anak Indonesia berdasarkan survei yang dilakukan Programme for International Student (PISA) 2018, menunjukan kemampuan matematika Indonesia berada di peringkat 75 dari 81 negara.
Sebesar 71 persen kemampuan anak Indonesia tidak mencapai kompetensi minimum atau dengan kata lain masih banyak siswa Indonesia mengalami kesulitan dengan pelajaran Matematika.
Artinya, masih banyak siswa Indonesia kesulitan dalam menghadapi situasi yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah menggunakan matematika.
Biasanya mereka tidak mampu mengerjakan soal perhitungan aritmatika yang tidak menggunakan bilangan cacah atau soal yang instruksinya tidak gamblang dan terinci dengan baik.
Rata-rata, anak usia 15 tahun mendapat nilai 379 poin dalam matematika dibandingkan dengan rata-rata 489 poin di negara-negara OECD.
Anak perempuan mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan anak laki-laki dengan selisih 10 poin yang signifikan secara statistik.
"Pelajaran Matematika memang sering dianggap sulit, akan tetapi kami menggunakan metode dan pendekatan kepada anak sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Kami percaya tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak yang tidak mendapatkan metode belajar yang tepat," kata Hindra Gunawan founder dari Bimbingan Belajar Sinotif spesialis Matematika, Fisika dan Kimia, di Jakarta, Minggu (10/9).
Sejak masa pandemi 2020 lalu, Sinotif mengubah gaya belajar sesuai perkembangan zaman yakni secara Live interaktif, dua arah dengan guru melalui aplikasi Zoom."Saat mengubah metode belajar dari onsite menjadi live interaktif, memang tidak mudah. Banyak anak dan guru saat itu yang belum siap. Akan tetapi kami terus melakukan improvement baik terhadap guru, metode pengajaran serta keterlibatan orang tua untuk berdiskusi tentang perkembangan anak dalam belajar," ungkap Hindra.
Meizy Risdiyanto salah satu orang tua siswa Sinotif, telah merasakan pengajaran Sinotif untuk kedua Putrinya sejak 2014.
"Kedua anak saya sudah merasakan belajar secara onsite, maupun live interaktif di Sinotif selama 9 tahun. Saya merasa metode live interaktif menawarkan waktu yang lebih fleksibel. Bahkan anak bisa menyesuaikan jam belajarnya sehingga tidak kelelahan karena jadwal sekolah yang padat," jelasnya.
Dalam semangat memajukan kompetensi Matematika untuk anak-anak di Indonesia. Sinotif memberikan kesempatan gratis bagi siswa-siswi tingkat SD hingga SMA di seluruh Indonesia untuk mengikuti Big Bang Competition Season 2 yakni kompetisi Matematika secara live interaktif, bekerja sama dengan Pusat Olimpiade Sains Indonesia (POSI) yang pendaftarannya sudah dibuka sejak 19 Agustus hingga 5 Oktober 2023.
Pada Big Bang Season 1 sebelumnya, Sinotif berhasil menjaring 3987 peserta dari +300 sekolah di 170 kota dan kabupaten di Indonesia.
"Kami melihat antusias anak-anak pada kompetisi Matematika begitu besar. Sebab seluruh peserta di berbagai daerah memiliki kesempatan yang sama. Mereka bisa mengikuti lomba secara live interaktif dari sekolah maupun rumah masing-masing dengan hanya bermodalkan koneksi internet."
"Pada Big Bang Season 2, kami menyediakan hadiah untuk sang juara seperti laptop, uang pembinaan, voucher belajar, hingga hadiah untuk pihak Sekolah yang mengirimkan siswa terbanyak. Seluruh peserta yang telah mendaftar, nantinya dapat mengikuti kelas workshop persiapan kompetisi secara gratis pada 29 September 2023 mendatang," ungkap Hindra.